Gombong, Kota Kecilku yang Penuh Cerita dan Selalu Buatku Rindu!

Setiap kali saya pulang ke Gombong, saya belajar banyak hal.

“Dik, minggu depan kita akan pulang Gombong, ketemu oma opa”. Begitulah yang dikatakan mama dari tahun ke tahun setiap menjelang liburan Natal di Bulan Desember. Setiap tahun, aku dan sekeluarga selalu pulang ke Gombong untuk mengunjungi oma dan opa. Gombong adalah tempat masa kecil papa dan mama. Menyimpan begitu banyak memori, Gombong menjadi salah satu bagian dari diriku.

Advertisement

Gombong hanyalah sebuah kecamatan kecil dalam jalur perlintasan truk-truk pembawa barang atau orang-orang yang bepergian antar provinsi. Menjadi bagian dari kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Gombong nyatanya tak hanya sekadar kota kecil yang tak berarti. Di dalamnya menyimpan begitu banyak cerita dan kebudayaan.

Gombong menyimpan banyak budaya dan tempat wisata. Gombong dikatakan merupakan salah satu kota peninggalan historis masa penjajahan Belanda. Salah satu benteng tua bekas Belanda terletak di Gombong. Benteng tersebut adalah Benteng Van Der Wijck.

Dahulu benteng ini digunakan sebagai tempat pertahanan dan perisitirahatan tentara-tentara Belanda yang sedang bertugas. Benteng ini sangat besar, terdiri dari banyak ruangan dan lorong. Suasana masa Belanda masih terasa saat kita berkunjung kesana. Ketika benteng ini ditemukan, ia kemudian dilestarikan dan banyak dipugar. Benteng ini adalah salah satu saksi biksu atas kolonialisme yang terjadi pada zaman Belanda. Sekarang benteng ini dibuat menjadi komplek untuk tempat rekreasi keluarga dan wahana permainan anak.

Advertisement

Selain itu, terdapat pula Roemah Martha Tilaar. Martha Tilaar adalah seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang kosmetik dan jamu dengan nama dagang Sariayu. Ibu Martha Tilaar lahir dan besar di Gombong. Ia adalah salah satu orang terpandang pada masa dulu juga sampai saat ini. Rumah masa kecilnya di Gombong sangat besar dan luas.

Bangunan rumahnya dijadikan rumah budaya  oleh beliau dengan harapan sebagai salah satu ikon kekayaan heritage Indonesia. Di dalamnya berisi banyak informasi perjalanan hidup dan keluarga Martha Tilaar.  Lewat bangunan ini, beliau ingin kontribusi untuk membangun kota Gombong. Martha Tilaar sendiri berharap bahwa semoga lahir bibit muda bangsa asal Gombong. Setiap tahunnya, lewat rumah ini banyak program dan berbagai macam kegatan seperti diskusi, lokalatih, festival, pameran seni, dan sebagainya.

Advertisement

Tak hanya tempat wisata budaya, Gombong juga terkenal akan kuliner khasnya. Salah satu, makanan iconic kota Gombong adalah Tempe Mendoan. Tempe Mendoan adalah tempe goreng yang sebelumnya telah dilapisi adonan tepung dicampur dengan daun bawang. Tempe Mendoan menjadi khas karena dalam proses menggoreng, tempe tidak digoreng sampai kering atau matang.

Tempe digoreng mendo artinya tempe digoreng dengan tidak matang juga tidak mentah. Sehingga hasilnya adalah kulit tempe yang berasal dari adonan tepung tadi masih terlihat basah dan empuk. Uniknya, tempe mendoan dari Gombong memiliki potongan ukuran yang sangat besar dan lebar tidak seperti pada umumnya potongan tempe goreng. Kira-kira ukuran tempe mendoan Gombong bisa selebar gadget Ipad.

Selain Tempe Mendo, juga terdapat cemilan khas bernama Lanting. Lanting adalah makanan ringan sejenis kerupuk yang terbuat dari singkong berbentuk angka delapan. Lanting yang terkenal dari Gombong adalah Lanting Bawang. Sekarang ini, varian rasa Lanting mulai banyak dikembangkan.

Gombong menjadi tempat tinggal ribuan masyarakat Jawa. Daerahnya yang tidak terlalu luas membuat orang-orang banyak saling mengenal satu sama lain. Kekerabatan yang tercipta di Gombong sangatlah kuat. Meski teknologi gadget sudah mulai merambah di Gombong, gotong royong tetaplah ada.

Masyarakat Gombong memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan tidak bekerja di kantoran seperti realitas yang ada pada umumnya pencari nafkah di Jakarta. Masyarakat Gombong masih banyak yang bertani dan berdagang. Kebutuhan hidup di Gombong masih sangat murah dibandingkan harga kebutuhan di Jakarta.

Setiap kali saya pulang ke Gombong, saya belajar banyak hal. Pelajaran-pelajaran yang mungkin tidak saya dapatkan dari hiruk piruk kesibukan kota Jakarta. Kekerabatan, gotong royong, dan belajar hidup sederhana. Nilai dan norma juga masih tertanam kuat pada setiap insan di kota Gombong.  Sekarang ini, Gombong telah semakin maju dan banyak berubah.

Kota yang kecil dan tradisional tersebut, kini semakinn berusaha mengikuti zaman. Kota ini semakin dikembangkan, mulai terdapat banyak kafe-kafe kecil, restoran, bahkan hotel-hotel kecil yang dikhususkan bagi orang-orang untuk singgah dan mampir. Gombong mungkin hanya terlihat dan dianggap sebagai kota kecil yang tak memiliki apa-apa, namun Gombong memiliki kesan yang mendalam dan kekhasan tersediri bagi para penikmatnya. Yuk kita ke Gombong !    

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE