Guru Muda Zaman Now, Apakah Masih Merasa Digugu lan Ditiru?

Istilah digugu lan ditiru juga mempunyai makna yang mendalam bagi seorang guru.

Guru dalam pengertian Bahasa Jawa adalah singkatan dari “digugu lan ditiru” (orang yang dipercaya dan diikuti). Guru memang mempunyai tugas untuk mengajar mata pelajaran. Tapi, selain itu guru juga harus mampu mendidik unggah-ungguh muridnya. Istilah “digugu lan ditiru” juga mempunyai makna yang mendalam bagi seorang guru. Perilaku tanpa cela adalah yang diharapkan bagi orang yang berprofesi sebagai seorang guru.

Advertisement

Melihat peran seorang guru yang diharuskan mempunyai perilaku tanpa cela, sepertinya itu layak disematkan untuk guru-guru yang mempunyai kemampuan mengajar yang luar biasa dan memiliki hati seperti malaikat. Dan kebanyakan itu adalah guru-guru senior yang berusia di atas 50 tahun. Mereka seakan punya hati seluas samudera sehingga mampu mengkombinasikan pengajaran yang meresap di otak dan mampu membimbing murid-muridnya ke jalan yang lurus. 

Dulu ketika zaman sekolah, saya lebih tertarik mendengarkan guru-guru yang usianya kisaran 40-50 tahun. Entah kenapa, lebih mudah dipahami dan cara penyampaiannya sederhana walaupun tanpa menggunakan metode-metode pembelajaran yang aneh-aneh. Saat di luar kelaspun, guru-guru senior punya daya tarik sendiri untuk lebih dihormati murid-muridnya daripada guru-guru yang berusia kisaran 20-30 tahun.

Saya sendiri adalah seorang guru. Masih dibilang muda dengan usia 20 tahunan. Awalnya, menjadi seorang guru menurut saya adalah pekerjaan yang berat. Ternyata memang sangat berat. Semua perilaku saya menjadi sorotan. Bahkan pernah suatu ketika saya sedang ngobrol dengan teman saya dan dengan spontan saya tertawa lumayan keras. Saya langsung ditegur oleh guru senior. “Kalau tertawa jangan keras-keras, nanti didengar murid tidak sopan”. Seketika saya langsung diam. Sambil menahan malu.

Advertisement

Belum lagi ketika seorang guru update di media sosial. Baik update status di WA, Instagram, Facebook, dan teman-temannya. Guru harus jaim. Kalau asal nulis, ceplas-ceplos, post foto sembarangan, bisa-bisa ada kalimat yang muncul, “masak guru kelakuannya begitu sih?” Haduh, ampun deh.

Selama beberapa tahun menjadi guru, saya sering mengamati murid-murid saya ketika sedang berbicara dengan guru. Ketika mereka berbicara dengan guru yang berusia 40-50 tahun, mereka cenderung malu-malu dan tutur bahasanya lebih sopan. Beda ketika mereka berbicara dengan guru yang berusia 20-30 tahun. Mereka lebih ceplas-ceplos dan menggunakan bahasa yang santai.

Advertisement

Melihat perbedaan itu, sebagai guru muda saya sering menganggap bahwa itu bukan hal yang lumrah. Banyak murid yang menganggap bahwa guru muda itu sebagai kakaknya karena usianya yang memang tidak terlalu jauh. Padahal, kenyataannya guru adalah pengganti orang tua/wali ketika berada di sekolah yang wajib dihormati tanpa ada perbedaan apakah itu guru muda atau senior.

Ternyata ada beberapa hal yang menyebabkan murid-murid kurang menghormati guru-guru muda. Selain karena usia yang masih muda dan pengalaman belum memadai, saya sering mengamati perilaku-perilaku guru muda yang saya anggap kurang pas. Sebagai contoh, kebanyakan guru melarang murid-muridnya untuk pacaran. Tapi oknum guru itu sendiri yang upload foto mesra dengan pasangannya padahal belum menikah. Ada lagi oknum guru yang kesehariannya memakai kerudung, eh pas liburan kerudungnya dilepas. Tanpa disadari, perilaku-perilaku seperti itulah yang mengakibatkan kurangnya rasa hormat murid-murid kepada guru muda.

Menjadi guru bukanlah suatu profesi yang hanya dijabat ketika berada di sekolah. Dimanapun guru berada identitas seorang guru haruslah tetap melekat di hati walaupun tidak ada orang yang mengenal. Unggah-ungguh yang baik tidaklah hanya sekedar teori tapi harus dibarengi dengan praktek nyata. Kalau tidak, jangan sedih ketika ada murid yang bilang, “wong gurune bae kelakuane kokui kok (orang gurunya saja kelakuannya begitu kok)”.

Guru muda jaman now seharusnya tahu profesinya sebagai guru bukanlah sekedar untuk mencari uang. Ada pelajaran-pelajaran hidup yang semestinya diajarkan walaupun tanpa spidol dan papan tulis. Ketika seseorang sudah bertekad untuk berprofesi sebagai guru, dia sebetulnya tahu akan hal itu. Tapi ada beberapa yang acuh dan menganggap guru adalah suatu pekerjaan yang hanya menghasilkan uang lalu pulang dan menghabiskannya.

Guru juga manusia biasa yang tidak akan pernah luput dari kesalahan. Guru senior maupun guru muda seharusnya bisa sama-sama dihormati dan dihargai oleh siapapun sehingga “digugu lan ditiru” memang benar adanya bukan hanya istilah. Dengan catatan guru bisa menjadi orang yang benar-benar dipercaya untuk mengajarkan pelajaran yang bermanfaat dan memberikan contoh perilaku yang baik sehingga bisa ditiru oleh murid-muridnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jangan Bosan Jadi Orang Baik."

CLOSE