Hadirmu Kembali dalam Sekejap Hanya untuk Mengatakan Bahwa Kau Pernah Ada

Segala yang hilang darimu akan kembali dalam wujud lain, tulisku dalam buku harian. Tadinya, hati ini begitu terasa gaduh. Ada suara-suara yang menggelegar, berteriak memanggil sesuatu yang telah menghilang. Gaduh nian terasa. Sama gaduhnya ketika kamu menjawab pesanku dan mengatakan, Gapapa jadi diri sendiri, tetapi jadi lebih baik dari diri kamu yang kamu bisa. Kita udah mau uliah jadi pandai-pandai menempatkan diri. Seolah engkau datang kembali. Seperti lima tahun yang lalu saat kau katakan betapa lelahnya dirimu membadut hanya demi melihat aku tertawa lebar. Aku hanya tersenyum palsu. Satu hal yang tidak aku katakan adalah aku telah kehilangan alasan untuk tersenyum.

Ada satu kisah pada masa putih abu-abu yang kamu perlu tahu bahwa aku bertemu dengan seseorang yang seperti dirimu. Namun, ia telah mendapati aku seperti yang kamu inginkan. Aku berubah untuk sesaat pada masa itu. Ketika hari yang berat datang untuknya, aku mendapati ia dalam wujud lain, sosok yang muram tak seperti biasanya.

Dia tak lagi mendendangkan lirik Senyumanmu yang indah bagaikan candu yang biasanya diiringi oleh petikan gitar dan diselingi ledekan teman-temannya. Jujur aku merindukan suasana kelas yang ia ciptakan, aku ingin mengatakan, If you lost your gingsul, I hope you never lost your smile. Aku bahkan tidak mengatakan turut berbela sungkawa, tak sama seperti dirinya yang dengan mudah mengatakan maaf hanya karena tidak turut membeli minuman cokelat yang sama denganku. Sekarang aku paham, tersenyum itu bukan hanya sekadar menunjukan kebahagiaan yang kita punya, tetapi juga berbagi rasa bahagia itu. Sangat menyayat saat aku tidak bisa melihat senyum yang aku inginkan.

Mungkin kamu akan bertanya, mengapa aku bersikap acuh tak acuh padanya. Ya, aku membiarkan diriku kehilangan lagi. Namun, rasa kehilangan itu ada padamu. Jika kamu pernah merasa gagal membuat aku tertawa maka, kamu harus tahu bahwa aku merasa bersalah untuk itu. Kuharap kamu tak mengabaikan pesanku waktu itu, ….. tetapi aku respect ke kamu sekarang.

Seolah menutup kisah putih abu-abu dengan quotes Manusia biasa datang dan pergi, jadi biasakan dirimu yang kamu tulis pada buku tahunan maka, lihatlah aku sekarang, aku berusaha membiasakan diri.

Aku telah mengikhlaskan, melepaskan hingga kini hanya tersisa rasa tentram. Suara gaduh itu datang kembali ketika kita berjumpa di angkot. Hi, kamu tahu? Setelan hitam itu terlihat keren, cocok untukmu, ucapku ketika tahu seseorang yang tadinya disampingku adalah kamu, mungkin jika aku tahu aku tidak akan pindah ke bangku lain:

Aku membiarkan diriku kehilangan kesempatan untuk menyapamu, tetapi aku mendapati sosok aku yang baru.

Kita udah mau kuliah jadi pandai-pandai menempatkan diri.

Selamat berjuang di jalan masing-masing.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pelajar yang terus berproses meraih impiannya.