Kunci Hubungan Jarak Jauh, Mintalah Izin Saat akan Pergi dari Rumah

Perjalanan bahtera rumah tangga kami sudah setahun setelah sebelumnya melewati janji suci di depan altar Tuhan. Kisah kami bermula dari masa putih abu-abu. Walau saat itu tidak begitu dekat, semesta malah memberi kejutan di ujung jalan. 

Advertisement

Setelah menikah kami menjalani hubungan jarak jauh. Pemicunya gara-gara demi urusan meningkatkan perekonomian. Tempat tugas kami berjauhan. Kami terpaksa melewati hubungan dengan dipisahkan oleh jarak. 

Saban akhir pekan saya harus mengunjunginya. Jarak tempat tinggal kami sejauh empat puluh kilometer. Ditempuh dengan kendaraan roda dua selama lima puluh menit. Saya datang ke tempatnya setelah pulang dari tempat kerja. 

Kerjaan kami sama-sama sebagai guru. Ia guru di Sekolah Menengah Atas, sementara saya di Sekolah Dasar. Karakter kami berbeda. Manusia memang tak ada yang sama karakternya. Namun, cinta menyatukan dua anak manusia ini dengan latar belakang yang berbeda untuk berdua hingga tua. 

Advertisement

Saat menjalani hubungan jarak jauh seperti yang kami alami, penting untuk saling meminta izin untuk suatu urusan di luar rumah. Bila tidak maka akan terjadi suatu kesalahpahaman yang fatal. Misalnya, saat ada urusan luar rumah, sebisa mungkin disampaikan dengan gamblang pada pasangan.

Pernah di suatu waktu, saya kecolongan. Ada kegiatan di luar tempat tinggal kami yang lupa memberi tahu pada pasangan saya. Justru ia mengetahui saya keluar rumah ketika ia melihat postingan media sosial dari seseorang yang berteman dengannya di media sosial. 

Advertisement

Sontak saja hal yang barang kali sepele untuk saya itu memperuncing permasalahan di antara kami. Seketika ia marah. Beberapa panggilan masuk dengan namanya tertulis di layar handphone. Saya menyadari bila ia hendak mengonfirmasi kehadiran saya di tempat itu.

Dengan tergopoh-gopoh saya mengangkat teleponnya. Ia langsung memasang nada tinggi, suaranya mengelegar di ujung telepon. Saya hanya diam membisu. Tak ada suara. Hanya mendengar setiap kata-kata yang dilontarkannya. 

Akhirnya komunikasi berlanjut. Saya menyadari langkah saya salah. Dugaan saya yang sebelumnya beranggapan akan baik-baik saja malah menjadi api yang memanaskan situasi. Berulang kali saya memohon maaf, sesal atas segala khilaf dan kekeliruan. Akhirnya ia maklum walau melewati ragam bujuk rayu agar hatinya luluh.

Kasus ini pada akhirnya menyadarkan saya untuk meminta izin bila keluar dari rumah walau hanya sekadar pesan singkat lewat media sosial. Pasangan kita sangat membutuhkan kabar yang pasti dari kita setiap waktunya, apalagi untuk cerita sepasang suami isteri yang terpisah ruang dan waktu.

Hubungan jarak jauh sebagai sepasang suami isteri seperti kami ini baiknya diperkaya dengan komunikasi yang intens. Kontrol jarak jauh antara pasangan memang serba kewalahan. Bisa saja kita menganggapnya sedang rebahan di rumah atau kos-kosan, namun ia malah ke sana kemarin tanpa tujuan, berleha-leha, atau sekadar nongkrong dengan teman-temannya. 

Dalam konteks ini, hal yang paling utama adanya kejujuran dari masing-masing pasangan. Ceritanya berbeda saat di antara keduanya berbohong, memberitahu yang tidak sesuai dengan kenyataan. 

Buah dari kejujuran akan menambah pundi-pundi kebaikan dari hubungan tersebut. Hal semacam itu akan memupuk hubungan terjalin ke arah yang lebih baik. Intensitas kepercayaan pada akhirnya menambah hubungannya kian romantis.

Barangkali dari sekarang mulailah untuk melihat ke dalam diri. Temukan ketidakjujuran-ketidakjujuran yang sebelumnya pernah dilakukan. Ubah hal itu menjadi energi baik untuk membentuk hubungan semakin berkualitas. 

Catatan ini semacam alarm juga untuk penulis. Selama ini saya kerap berbohong dengan pasangan. Walau pada konteks tertentu sebenarnya berbohong untuk kebaikan. Misalnya, berbohong demi mengikuti diskusi yang amat penting, tapi ia tidak mengizinkannya untuk pergi. Dengan terpaksa saya memakai cara yang curang, dengan membohong misalnya.

Saat kalian membaca catatan ini, kami sedang merindukan dua garis biru. Sampai sejauh ini, Tuhan belum menganugerahkannya. Semoga suatu hari nanti. Semangat wahai pejuang dua garis biru. 

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.

CLOSE