All I ask is
If this is my last night with you
Hold me like I’m more than just a friend
Sagita menghela napas panjang lalu menatap seseorang yang sangat berarti baginya sedang latihan basket Bersama temannya. Ini bukan kehendak Sagita yang datang kesini, tetapi sahabatnya lah yang menyuruhnya kesini. Sahabat? Sagita tersenyum miris melihat kenyataan ini.
“Woi, Git! Ngelamun aja lo”
Lelaki tersebut duduk di samping Sagita lalu meneguk air mineral sampai habis, segera Sagita mengulurkan handuk dan diambil oleh lelaki tersebut.
“Sudah ini lo mandi gih, Chan. Bauk!”
Chandra memayunkan bibirnya kesal, “Gapapa bauk, yang penting ganteng!” seru Chandra semangat.
“Pede, gila!”
Namanya Chandra Adhitma Gilang, orangnya humoris banget, humble, selalu tersenyum, dermawan. Ada lagi nih point lebihnya, selain orangnya humble, Chandra merupakan ketua BEM Tekhnik yang telah menjabat selama 1 tahun. Bisa dibayangkan bukan betapa sempurna-nya dia? Tetapi ada kelemahannya, dia tidak pernah tahu ada seseorang yang selalu disisinya sedang menyimpan rasanya sejak dulu.
***
Gini nih kalau sedang berjalan disamping Chandra, selain Chandra tuh orangnya tinggi banget. Banyak mahasiswi yang ngelirik sinis ke arah Sagita, itu yang buat Sagita selalu enggan berjalan disamping Chandra.
“Kesel banget ya jalan di samping orang ganteng?”
Sagita mendongak lalu mendengus, “Iya kesel banget, rasanya pengen gue colok mata orang satu-satu.”
“Eh jangan dong, mereka nggak lihat lagi dong wajah ganteng gue.”
Sagita memutar kedua bola mata, lalu mengambil jalan berbeda. Mood Sagita sudah hancur.
Entah apa yang terjadi, Sagita tertarik ke belakang lalu sudah berada di rangkulan Chandra.
Sagita ingin protes tetapi terpotong oleh Chandra, “Gue tau ya jadwal perkuliahan lo, jadi jangan ngeles. Ikut makan sama gue kuy, laper banget gue setelah latihan basket.”
Sagita jadi menyesal memberitahu semua jadwalnya kepada Chandra.
“Bayarin gue.”
“Mudah itu bos.” Chandra melirik menunduk dan melihat Sagita sedang menahan kesal karena masih ada orang yang melirik Sagita sinis. Chandra terkekeh kecil lalu mengecak rambut Sagita gemas, dan tentu saja Sagita mencubit perut Chandra.
***
“Nasi geprek-nya dua ya buk!”
“Kamu nggak bilang aja, ibuk sudah hapal nak!”
Chandra tertawa sambil menepuk tangan, “Mantul banget buk!”
“Chan.” Panggil Sagita
Sagita baru saja teringat, di mana pacarnya Chandra disaat Chandra sedang latihan? Biasanya pacarnya selalu ada di samping Chandra.
“Oit, kenapa?”
“Pacar lo kemana?”
Chandra terdiam, sedetik kemudian ia edarkan pandangan lalu terhenti, terlihat dua orang sedang bercengkrama sambil tertawa lepas. Sagita ikuti pandangan Chandra lalu mengerti apa yang sedang terjadi.
“Ciaahh, jomblo juga lu!” Sagita tertawa lepas dan Chandra memayunkan bibirnya, “Mampus lu, doa orang teraniayah akhirnya terkabul kan!”
Chandra melempar pipet bekas dan langsung di tepis Sagita, “Jorok, ih!”
“Lo sih, ngapain nanyain segala.”
“Kan gue penasaran” Chandra ingin membalas tetapi dipotong Sagita, “Dan gue nggak mau cari tahu soal hubungan kalian.”
“Sialan lo, pulang nanti balik sendiri.”
Sagita tidak membalas, ia hanya terdiam. Bukannya ini salah satu impiannya? Chandra putus? Apakah Sagita menjadi orang jahat karena bahagia di atas penderitaan Chandra?
Sagita membuyarkan lamunannya ketika merasakan kedua pipi-nya ditarik oleh Chandra, “Gue kangen banget nih Tarik-tarik pipi lo!” Chandra tertawa seperti tertawa yang dipaksakan, Sagita tahu itu.
“Sakit bego! Gue nggak mau nih temenin lo rapat!”
Ampuh, Chandra langsung berhenti dan mencebik kesal lalu langsung makan karena pesanan mereka sudah ada.
Mereka tidak menyadari, ada dua orang yang sedang mengepal tangannya kesal melihat kedekatan mereka lagi.
***
Setelah kejadian Sagita mengetahui Chandra putus, Chandra selalu ada di sampingnya lagi. Awalnya Sagita ingin marah dan berteriak keras meluapkan kekesalannya tetapi semuanya sirnah melihat Chandra tersenyum dan tertawa, apakah efek jatuh cinta sebesar ini? Sagita menutupi wajahnya menggunakan bantal untung menutupi wajahnya yang memerah.
“Gue kenapa sih!!” teriak Sagita keras.
“Sagita jangan teriak-teriak! Di rumah sebelah ada anak bayi, Git!” teriak ibu-nya kembali, Sagita meringis mendengar teriakan ibu-nya.
“Woi, kerbau mandi!”
Sagita terkejut mendengar suara Chandra yang ada di kamarnya, Sagita mengintip celah dan ternyata dugaannya benar! Wajahnya makin memerah dan jantungnya berdegub kencang. Sudah tiga minggu sejak Chandra putus, Chandra kembali datang kerumahnya, seperti biasanya tetapi kenapa harus hari ini?!
“Lo keluar dulu sana mangkanya!” ucap Sagita yang masih menempelkan bantal diwajahnya.
“Gue tunggu satu jam, lo harus ikut gue party pokoknya.”
Otomatis Sagita terduduk dan menatap Chandra, “Gila lo? Bokap pasti nggak izinin! Ngapain sih ikut party segala, ingat lo itu…”
“Ketua BEM? Bukan party yang ada dikepala lo, ada teman gue yang ultah dan lo harus datang. Itu dress-nya sudah gue siapin semua. Dan soal izin, bokap lo sudah izin. Cepet sana.” Chandra melempar boneka otomatis Sagita menangkapnya.
Sebelum keluar, Chandra memundurkan badannya lalu menoleh ke arah Sagita yang masih terdiam.
“Umur sudah duapuluh tahun, tapi belum pernah ikut party. Lo ikut aja deh, kali aja ada yang mau sama lo.” Setelah itu Chandra langsung keluar sambil tertawa puas melihat wajah Sagita yang kesal.
“Sialan.” Sagita kesal, kenapa Chandra masih belum peka? Ada orang yang selalu menunggu-nya, ialah Sagita orangnya.
***
Sagita menuruni anak tangga sambil melihat ayah dan ibu, yang Sagita lihat hanya ad Chandra sambil memainkan ponsel. Mungkin terdengar ketukan highl heels, Chandra mendongak lalu terdiam melihat Sagita. Sagita segera mendekat lalu menggoyangkan tas didepan wajah Chandra, Chandra membuyarkan lamunannya lalu berdeham.
“Masih aja kelihatan jelek.”
“Ish. Bokap sama nyokap gue kemana?”
“Kerumah gue, ngelihat anaknya kak Rani. Kuy.”
Sagita mengangguk lalu berjalan duluan. Sagita terkejut lalu menunduk untuk melihat tangan Chandra memegang erat tangannya.
“Takutnya lo jatuh, kan nggak lucu.”
Sagita membiarkan itu, dan tetap berjalan menuju mobil Chandra. Kedua-nya sama-sama tersenyum dalam diam.
***
Selama berjalannya pesta berlangsung, Chandra tidak melepaskan tangannya yang masih menggenggam erat tangan Sagita. Mereka selalu berbicara, mengejek satu sama lain, dan terkadang ikut nimbrung percakapan temannya Chandra.
“Kapan nih kalian go public?” tanya Dion gemas, Dion yang merupakan teman Chandra dan Sagita sejak Sma sudah tau apa yang terjadi walaupun mereka tidak memberitahunya.
“Go public apaan njir.” Jawab Chandra.
“Pacaran anjir, mau diperjelas banget.” Umpat Dion kesal.
“Nah, bener nih! Apa jangan-jangan kalian friendzone ya?!”
Ingin rasanya Sagita menimpuk kepala Bagas karena berkata seperti itu.
“Friendzone apaan dah, kita hanya sahabat sejak kecil dan selamanya juga tetap sahabat kok.” Ucap Sagita cepat, “Gue ke toilet sebentar.” Sagita melepaskan genggaman lalu berlalu dan menuju toilet, selama menuju kesana Sagita menaruh tangan kirinya didepan dada. Ada perasaan sakit yang teramat dalam.
Acara pesta-nya di hotel bintang lama dan merupakan teman Chandra saat di Sma, dan Sagita tahu siapa orangnya.
Sesampainya di toilet, ia menatap cermin lekat. Sagita terdiam lalu mengambil napas, ia tidak boleh menangis. Tetapi sialnya air matanya menetes satu persatu, Sagita terisak pelan.
“Bodoh, kenapa masih mau menunggu Chandra yang jelas-jelas tidak melihat saya? Dia selalu menganggap aku sebagai sahabat bukan? Kenapa gue yang nggak pernah sadar? Bodoh, bodoh, bodoh!” sagita langsung mengambil handphone yang ada didalam tas lalu mengirim pesan kepada Chandra.
Sagita: Gue pulang duluan ya, kepala gue pusing.
Ketukan sepatu membuat Sagita menoleh lalu terdiam melihat mantan Chandra sedang berjalan lalu berdiri disamping Sagita.
“Hallo, lama nggak jumpa.”
Sagita terdiam dan perbaiki make-upnya, seolah-olah hanya dirinya saja yang ada didalam toilet.
“Kesian banget ya cinta yang bertepuk sebelah tangan.”
Awalnya Sagita ingin pergi tetapi tidak jadi karena ucapan Viola, mantan Chandra.
“Chandra yang nggak sadar apa lo yang nggak sadar? Dan tahu nggak kenapa gue sama Chandra bisa putus?”
Sagita hanya melirik, tidak tahu apa yang dimaksud Viola.
“Karena lo!” Suara hentakkan Viola mengangetkan Sagita, “Setiap hari, disetiap chattan Chandra selalu bicara tentang lo! Perbedaan gue sama lo! Kesukaan makan lo! Gue bosen Chandra bicara lo terus! Sedangkan pacarnya aku, di depannya! Gue kesal dan benci sama lo yang selalu berpura-pura tersakiti ketika gue jalan sama Chandra, yang harusnya tersakiti itu gue!
Dan lo juga harus tahu, mantannya Chandra saat sma juga mengalami hal yang sama! Disini, lo yang bego karena menyia-nyiakan perasaan Chandra!” Viola mengambil napas lalu melanjutkan, “Gue masih cinta sama Chandra, Git! Karena Chandra selalu bicara tentang lo yang bikin gue muak, gue selingkuh karena lo! Mati aja anjir.”
Sagita diam membeku, jadi selama ini dirinya yang tidak peka? Seketika kenangan-kenangan saat Sma bermunculan. Saat dirinya baru putus, Chandra selalu ada di sisinya dan memukul mantannya. Chandra yang selalu bertingkah romantic, yang bertingkah konyol.
Sagita jatuh, terduduk dilantai sambil meratapi nasibnya. Sagita menangis sepuasnya, tidak peduli penampilannya seperti apa.
Pintu toilet terbuka sangat keras lalu terdengar suara salah satu temannya Chandra, Dion.
Dion memegang kedua bahu Sagita sehingga Sagita menatap Dion sambil tersengguk.
“Dengar apa yang gue omong ya, Git.”
“Chandra di mana?”
“Chandra tadi izin pulang karena nyokapnya jatuh dari kamar mandi, pas diperjalanan….”
“Chandra baik-baik aja kan? Jawab Dion!” tanya Viola cemas.
Sagita menatap Dion sambil menangis, ia berteriak keras lalu memukul lantai toilet. Dion dengan sigap memeluk Sagita yang histeris, “Gue mau nyatain cinta gue ke Chandra, Dion.”
***
Kemarin merupakan hari terburuk bagi Sagita, Chandra telah dinyatakan meninggal karena luka yang di tubuh, tangan, dan kepala Chandra. Mobil Chandra masuk kedalam jurang saat menghindari truk yang tiba-tiba ada di depannya. Dan hari ini, hari dikebumikan Chandra dan Sagita masih terus menangis. Ibu selalu ada di samping Sagita untuk menguatkannya. Sagita belum merelakan kepergian Chandra dari sisinya.
‘Apa yang harus aku lakukan ketika tidak ada kamu disampingku? Apa saja yang aku lakukan ketika tanpa kamu? Aku kacau, sangat kacau. Disetiap malam aku selalu berteriak, kapan kamu peka? Apakah selamanya aku ditakdirkan sebagai seorang menunggu kamu? Dan ternyata aku yang bodoh di sini, ia sangat bodoh. Aku tidak akan pernah melupakan kenangan ketika berdua.
Aku merindukan senyum kamu. Bisakah takdir memberikan aku kesempatan agar aku bisa bilang kepadamu, aku jatuh cinta sama kamu. You mean the world to me, Chandra.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”