#HipweePuisi Hujan, Belantara, dan Telaga

Yang Tak Sampai

Advertisement

Aku berlari dan kau menangis

Aku menangis dan kau berlari

Aku berdiam, kau bergidik

Advertisement

Aku menghardik, kau terdiam

 

Advertisement

Memapah angin menjatuhkan daun

Rantingnya meraung menjerit histeris

Tapi kau masih kecut dan berlalu

Lalu kubawakan seikat bunga, kau terbahak

 

Hujan di belantara ini belum reda

Lalu menyampaikan lelahnya pada tanah

Kemanakah yang dulu bersemi?

Kuyup yang menyuburkan tunas-tunas muda

 

Belantara adalah jelmaan rindu

Yang tak sampai tertiup angin tertutup kabut

Menggamit waktu di sela badai

Yang harus tertumpah di telaga bisu

 

 

Kelam

Dalam masa silam yang kelam

Kau memendam remuk redam

Yang bersemayam di lubuk terdalam

Kau mendendam pada sang jahanam

Yang kejam menghujam malam

Ketika kalam menjadi langgam

Kau tenggelam dalam riam

 

Tinggal cerita

Belum juga usai apa yang kumulai

Belum juga hilang semua bayang

Masih belum mengerti apa yang terjadi

Semua cerita tinggal cerita

 

Maut kan merenggut

Segala yang bernyawa

Kembali pada yang memiliki

Mempertanggungjawabkan kehidupan

 

Sesayang apa, secinta apa

Manusia hanya berencana

Dunia fana sementara

Nyawa kan lepas dari raga

 

 

Belantara di Tengah Telaga

Hujan yang deras sejak dari tadi malam

Seperti berbisik di telingaku

"Ayolah datanglah, menarilah denganku!"

Dengan genitnya mencoba merayuku

Tapi, ku bukan orang yang mudah tersentuh

Apalagi pada hujan yang slalu menebar rindu

Tanpa tahu harus merindu pada siapa

Hujan…hujan…

Kau selalu memberikan kenangan

Tanpa bisa kau kembalikan kenangan itu 

Kembali menjadi nyata

Ayolah hujan, jangan memberiku semua itu

Sudah cukup suaramu yang menenangkanku

Jangan kau bumbui dengan rindu dan kenangan itu

Tak pantaslah aku kau goda

Hujan semakin deras seperti tak mau berhenti

Semakin menggodaku untuk merindu menikmati kenangan

Berhentilah!

Biarlah kunikmati kopi hangat ini

Sambil kugoreskan pena di atas kertas 

Dengan kata-kata acak yang terangkai

Aku kan terus menulis, bukan menari bersamamu

Bukan menikmati dimensi khayal ciptamu

Tapi, mengeluarkan beban di otakku

Aku sudah cukup penat dengan hidup 

Lelah tapi tak ingin menyerah

Kata-kataku mengalir begitu deras

Tak terbendung meski aku sudah lelah

Tanganku sudah menyerah

Tapi otakku terus menumpahkan

Apa yang harus diceritakan

Terus mengalir, mengalir dan mengular

Lalu terciptalah telaga

Apa bisa?

Koq bisa?

Bagaimana bisa?

Hahahaha…

Aku terbahak tanpa bisa berkata

Hujan pun berhenti 

Karena malu, mungkin

Aku tak mudah tergoda

Apalagi pada sosok yang tak selamanya ada

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya bukan siapa - siapa dan saya bukan penulis handal. Tujuan saya menulis adalah untuk berbagi sesuatu sesuai yang saya ketahui, saya rasakan dan saya alami.

Editor

Writing...

CLOSE