Yang Tak Sampai
Aku berlari dan kau menangis
Aku menangis dan kau berlari
Aku berdiam, kau bergidik
Aku menghardik, kau terdiam
Memapah angin menjatuhkan daun
Rantingnya meraung menjerit histeris
Tapi kau masih kecut dan berlalu
Lalu kubawakan seikat bunga, kau terbahak
Hujan di belantara ini belum reda
Lalu menyampaikan lelahnya pada tanah
Kemanakah yang dulu bersemi?
Kuyup yang menyuburkan tunas-tunas muda
Belantara adalah jelmaan rindu
Yang tak sampai tertiup angin tertutup kabut
Menggamit waktu di sela badai
Yang harus tertumpah di telaga bisu
Kelam
Dalam masa silam yang kelam
Kau memendam remuk redam
Yang bersemayam di lubuk terdalam
Kau mendendam pada sang jahanam
Yang kejam menghujam malam
Ketika kalam menjadi langgam
Kau tenggelam dalam riam
Tinggal cerita
Belum juga usai apa yang kumulai
Belum juga hilang semua bayang
Masih belum mengerti apa yang terjadi
Semua cerita tinggal cerita
Maut kan merenggut
Segala yang bernyawa
Kembali pada yang memiliki
Mempertanggungjawabkan kehidupan
Sesayang apa, secinta apa
Manusia hanya berencana
Dunia fana sementara
Nyawa kan lepas dari raga
Belantara di Tengah Telaga
Hujan yang deras sejak dari tadi malam
Seperti berbisik di telingaku
"Ayolah datanglah, menarilah denganku!"
Dengan genitnya mencoba merayuku
Tapi, ku bukan orang yang mudah tersentuh
Apalagi pada hujan yang slalu menebar rindu
Tanpa tahu harus merindu pada siapa
Hujan…hujan…
Kau selalu memberikan kenangan
Tanpa bisa kau kembalikan kenangan itu
Kembali menjadi nyata
Ayolah hujan, jangan memberiku semua itu
Sudah cukup suaramu yang menenangkanku
Jangan kau bumbui dengan rindu dan kenangan itu
Tak pantaslah aku kau goda
Hujan semakin deras seperti tak mau berhenti
Semakin menggodaku untuk merindu menikmati kenangan
Berhentilah!
Biarlah kunikmati kopi hangat ini
Sambil kugoreskan pena di atas kertas
Dengan kata-kata acak yang terangkai
Aku kan terus menulis, bukan menari bersamamu
Bukan menikmati dimensi khayal ciptamu
Tapi, mengeluarkan beban di otakku
Aku sudah cukup penat dengan hidup
Lelah tapi tak ingin menyerah
Kata-kataku mengalir begitu deras
Tak terbendung meski aku sudah lelah
Tanganku sudah menyerah
Tapi otakku terus menumpahkan
Apa yang harus diceritakan
Terus mengalir, mengalir dan mengular
Lalu terciptalah telaga
Apa bisa?
Koq bisa?
Bagaimana bisa?
Hahahaha…
Aku terbahak tanpa bisa berkata
Hujan pun berhenti
Karena malu, mungkin
Aku tak mudah tergoda
Apalagi pada sosok yang tak selamanya ada
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”