Sora, 22 tahun, duduk sambil mengeluarkan air matanya. Tatapanya tertuju penuh pada layar komputer. Speaker audio berbunyi kencang dari lantai 2 kamarnya. Tertegun ia melihat sekumpulan laki-laki bernanyi dan menari. Sesekali keluar teriakan kecil menyebutkan nama para member dan gumaman nada yang entah tidak jelas pelafalannya. Jelajah Instagram tidak pernah terlepas dari foto-foto kelima laki-laki itu.
Kamarnya penuh dengan poster. Bangun tidur, kuliah, buka Instagram, bersama teman-temannya selalu teringat oleh mereka. Hatinya pun tenang mendapati mereka selamat sampai tujuan dari penerbangan satu ke penerbangan lain. Sampai suatu hari, hatinya remuk mendapai kenyataan bahwa kelima laki-laki tersebut tidak akan lagi bersama. Seketika semangatnya menguap, terpecah. Hari-harinya mendung, gelap. Akhirnya Sora mendapati dirinya patah hati bersama harapan yang dibawa oleh para laki-laki itu. Teman-temannya heran dengan perubahan perilakunya itu. Sora bercerita apa yang baru saja terjadi dan perasaannya saat ini. Alih-alih menghibur, teman-temannya justru tertawa. Mereka menganggap Sora aneh. Sora menjadi malas untuk bercerita lagi, teman-temannya tidak akan memahami dengan dunia fandom yang berarti bagi dirinya.
Itu tadi adalah sepenggal kisah nyata dari Sora bukan nama sebenarnya, seorang fangirl salah satu boyband Korea. Cerita ini didapat dari sebuah tugas penelitian saya sendiri mengenai well-being seorang fangirl K-pop. Well-being secara umum diartikan sebagai kesejahteraan atau praktisnya kebahagiaan dalam hidup. Well-being dikaitkan dengan emosi positif dan negatif individu dalam menilai kehidupan pribadinya. Artinya, seorang fangirl atau pun fanboy memiliki kepuasan dan kebahagian hidupnya dari pengaruh idolanya.
Nah sekarang kita simak yuk, apa sih yang membuat hiburan dari negara asal Gong Yoo itu candu hingga mempengaruhi well-being seseorang?
Pada dasarnya manusia itu makhluk bergantung pada sesuatu yang bermakna dalam hidupnya. Perasaan positif & negatif, kepribadian, dan kepuasan hidup seseorang menciptakan makna value dalam hidupnya. Melihan perasaan positif yang muncul terhadap bias-nya maka memberikan nilai tambah kepada dirinya. Maka sang idol akan menjadi bermakna di kehidupan seorang fangirl atau fanboy.
Tipe kepribadian juga mempengaruhi tahapan level seorang fangirl. Seseorang yang cenderung ingin untuk selalu cepat memenuhi keinginannya maka tingkat menjadi seorang fans pun meningkat.
Korea memang sedang gencar mem-branding aset negaranya dengan ragam hiburan. Terkenal dengan konsep androgininya, industry hiburan Korea memiliki standar kecantikan sendiri. Siapa coba yang tidak tertarik dengan “eye-candy-people”. Mungkin diantara kalian masih tetap kekeuh tidak akan menjadi seorang penikmat drakor atau pendengar K-Pop, namun siapa dapat bertahan dari gempuran media yang menyuguhkan drama dan girlband boyband-nya sejak tahun 2004.
Selain itu, mereka juga memproduksi banyak variety showyang dengan mudahnya bisa kita dapatkan di gawai dengan sekali seluncur. Tujuannya tidak lain untuk menjual sisi lain dari sang idol tersebut agar para fan merasa memiliki kedekatan emosional. Sst, hal ini secara tidak langsung bisa membuat pikiran delusional kita aktif lho. Pikiran kita akan menganggap dekat dengan dan bisa terhubung dengan mereka. Maka semangat dan kepuasan seorang fangirl akan bangkit seiring dengan penggunaan internet dalam mencari informasi tentang idolanya. Motivasi ini juga membuat seorang fangirl merasa diterima karena mendapat peran dan status sosial dalam dunia fandom.
Visual dan suara yang oke. Keterbukaan dengan penggemar. Dua hal kuat yang menjadi kunci untuk menggbrak panggung hiburan ini telah dipegang kuat oleh Negeri Ginseng tersebut.
Maka perlahan, sadar atau tidak sadar makna kebermaknaan dalam diri kita bergeser dan diletakan kepada para idol tersebut. Hal ini pula yang membuat kita akhirnya rela merogoh dompet lebih dalam demi memberikan kepuasan diri kita. Memberikan makna terhadap batin kita masing-masing.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”