#HipweeDaebak-Menilik Sisi Lain Dunia Korea yang Kerap Dipandang Negatif

K-drama dan K-pop bukan hanya seputar visual, tetapi ada makna besar yang tersimpan dibaliknya

Kalau ada pepatah yang bilang ‘Semua akan korea pada waktunya’ itu aku setuju! Karena aku juga mengalami hal yang sama. Awalnya mungkin denial dan enggak peduli atau bahkan benci, tetapi lama kelamaan tertarik dan malah ketagihan. Sejauh ini, aku baru suka sama K-dramanya aja dan belum terlalu merambah ke dunia K-pop (enggak tau nanti haha). Paling cuma suka beberapa lagu Blackpink dan lagu Super Junior KRY yang nyaman banget didengar dan enak buat menemani perjalanan di mobil atau sambil kerja. Tapi, playlist aku didominasi OST K-drama karena aku lebih suka lagu ballad dan kalau lagi dengerin OST drama suka langsung recall scene berkesan di drama itu.

Jujur dari pas masih SD teman-teman sekelas aku sudah suka per-Korea-an. Kalau K-pop aku enggak terlalu paham tapi kalau K-drama itu aku ingat zamannya Boys Before Flowers yang ramai dibicarakan saat itu, termasuk teman sekelasku. Aku yang saat itu clueless tentang dunia per-Korea-an nanya ke teman-teman aku tentang apa sih BBF itu dan dijelaskan sama mereka, aku agak lupa tapi yang aku ingat itu cerita tentang cewek tukang laundry sama cowok yang dari kelas atas, yaaa semacam cinta beda kasta. Dulu aku pikir itu film tapi kok mereka ngomongin itu setiap minggu, dan aku baru tahu kalau itu namanya drama dan bukan film. Oh iya, saat itu juga mamaku suka nonton Full House di TV tapi aku dan kakakku selalu bilang ke mama “mama nonton apa sih?” dengan nada sinis haha. Mungkin karena saat itu aku dan kakakku belum tahu tentang apa itu drama Korea.

Ketika aku SMA pun banyak teman-teman di kelas yang suka membicarakan K-drama atau K-pop yang aku juga enggak paham tentang itu. Sampai saat itu aku masih belum tertarik ke dunia per-Korea-an bahkan mungkin memandang negatif. Ada momen yang enggak aku lupa sampai sekarang ketika teman sebangku kelas 10 itu suka banget sama Chanyeol dan pas aku tanya “kenapa sih suka sama Chanyeol?” dan dia bilang “karena menurut gue mending gue suka sama orang yang jauh sekalian jadi kalau dia enggak suka sama gue pun, gue enggak akan sedih, daripada suka sama orang yang kita kenal tapi bertepuk sebelah tangan nanti malah gue sakit sendiri” kurang lebih seperti itu alasannya ketika aku tanya kenapa suka sama Chanyeol, dan alasan itu cukup mengubah perspektif aku terhadap per-korea-an yang awalnya negatif.

Karena ternyata ada alasan yang menyentuh dibalik itu yang bikin aku sadar bahwa mereka bukan sekedar mengagumi parasnya atau tariannya, tapi mereka juga punya dunia baru dimana mereka terhindar dari sakit hati dan merasa bahagia disana. Kalau dari perspektif negatif mungkin orang akan menganggap dia ‘halu’ atau tidak menerima kenyataan, tapi menurutku itu salah satu hal yang positif untuk kesehatan jiwa, karena setidaknya mereka bisa lebih bahagia disana. Ketika dunia terlalu kejam, kita pasti butuh pelarian dimana kita bisa merasa lebih baik dan setidaknya bisa sedikit healing atau men-charge energi ketika masalah di dunia nyata sudah semakin memburuk.

Turning point akhirnya aku ‘kecemplung’ ke dunia K-drama adalah ketika pandemi Covid-19. Yap! Mungkin karena kita diharuskan untuk berada di rumah untuk waktu yang lama dan entah harus melakukan apa akhirnya coba-coba nonton eh ketagihan! Biasanya kalau di twitter ada istilah-istilah suka drama korea lewat jalur mana ada jalur yang cukup jadul kayak Full House dan Boys Before Flowers, ada juga jalur The Heirs dan yang terakhir jalur corona! Karena ternyata banyak yang sama kayak aku. K-drama pertama yang aku tonton adalah The World of The Married! Yup, drama viral dan hits seputar pelakor ini jadi ‘jalur’ masuk aku ke dunia K-drama. Sebenarnya sudah mau coba nonton Crash Landing On You karena ini ramai dibicarakan saat itu, tapi entah kenapa masih maju mundur mau coba. Awal nonton The World of The Married aku suka sama ceritanya yang seru, jalan ceritanya menarik dan bikin penasaran tentang apa yang akan dilakukan Sun Woo selanjutnya.

Singkat cerita, setelah nonton The World of The Married aku nonton beberapa K-drama yang punya cerita dan latar belakang yang menarik banget buat aku. Sebut saja drama yang baru tamat kemarin yaitu Do You Like Brahms? Drama tentang mahasiswa jurusan musik yang punya perjuangannya masing-masing. Ada karakter Park Joon Young yang keren dan juara di banyak kompetisi, dan karakter Chae Song Ah yang baru kuliah jurusan musik setelah lulus dari jurusan bisnis dan terseok-seok dalam menjalani kuliah musiknya tapi tetap mencintai biolanya.

Song Ah merasa dirinya tidak berbakat seperti Joon Young yang bisa dengan mudah menang kompetisi, tapi di lain sisi Joon Young merasa tidak bahagia ketika bermain piano dan mempertanyakan mengapa dia harus memiliki bakat? Dari drama ini terlihat bahwa hidup orang mungkin terlihat indah, tapi sebenarnya kita enggak pernah tahu bagaimana perjuangan mereka menjalani hidup mereka, dari drama ini juga aku belajar bahwa mengejar mimpi kita  atau sesuatu yang kita cintai meskipun menuai hujatan itu nggak apa-apa. Hal-hal seperti di drama ini yang membuat aku semakin tertarik dengan K-drama. K-drama punya cerita atau situasi yang membuat aku merasa ‘relate’ dan semua yang mereka ceritakan itu tulus. Hal itu yang membuat aku merasa aku enggak sendirian ketika menghadapi masalah, juga membuat aku percaya bahwa akan ada hari baik setelah semua masalah.

Yap, kembali lagi ke awal aku cerita tentang temanku yang merasa punya dunia baru, aku pun demikian. Menurutku apa yang menarik dari K-drama bukan karena mereka menjanjikan akhir yang bahagia atau momen-momen ‘uwu’ ketika bertemu dengan pasangan, bukan juga seputar aktor atau aktrisnya yang indah, tetapi lebih kepada karakter dalam K-drama memiliki situasi dan kondisi yang sama dengan kehidupan nyata, dialog-dialog yang menohok, juga emosi yang tulus sehingga segala emosi yang dirasakan oleh karakter tersebut bisa dirasakan juga oleh penonton.

K-drama bukan hanya tentang dua sejoli yang benci jadi cinta dan hidup bahagia selamanya, tapi lebih kepada bagaimana kita bertahan menjalani hidup dan menghadapi segala permasalahan hidup dengan tetap berpikiran positif dan tetap berusaha. Kembali lagi tergantung bagaimana perspektif orang melihat hal ini, tapi bagiku ini seperti pengingat kepada diriku yang terkadang merasa insecure ketika aku gagal atau tertinggal, bahwa enggak apa-apa kok kamu tidak secepat yang lain, kalau bahasa K-dramanya sih It Is Okat to Not Be Okay!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini