#HipweeDaebak-Pada Akhirnya, Kita Sendirilah yang Menentukan Bagaimana Bijaknya Menjadi Seorang Penggemar.

Bagaimana EXO telah memotivasi diri ini menjadi seseorang yang lebih baik

Januari 2017, saya sama ayah iseng ke bioskop di kotaku untuk menghabiskan waktu. Kami berdua bener-bener nggak tahu mau nonton apa hari itu, hingga mataku menangkap poster film Kungfu Yoga yang ada gambar Jackie Chan di depannya. Filmnya seru banget. Ada tiga hal yang menarik perhatian waktu itu: singa dalam mobil, adegan nyanyi-nyanyi, dan satu cowok imut dengan lesung pipi. Sepulang dari bioskop, saya langsung buka Google dan cari nama-nama aktor film Kungfu Yoga.

Advertisement

Ternyata namanya Lay Zhang, atau Zhang Yixing. 

Oh, namanya itu. Ganteng juga, ya.. Ih ganteng banget, waduh gila! batinku waktu itu.

Pada bulan yang sama, saya mengunduh semua lagu EXO dan mulai menghapalkan nama anggotanya. Duniaku pun berubah 180 derajat. Dari seseorang yang 24/7 stres karena belajar, menjadi tersenyum setiap hari kalo buka Youtube dan terkadang tiba-tiba bilang, "arasseo", "anniya", "andwae", ataupun "jinjja".

Advertisement

Stigma KPopers alay tentu nggak bisa lepas dari keputusanku untuk terjun ke dunia KPop. Bak petir di siang bolong, orangtuaku marah besar ketika mereka tahu bahwa putri tunggal mereka pada akhirnya menjadi seperti kebanyakan remaja putri lainnya. Mereka juga mulai menyalahkan hobi KPop, ketika nilaiku sedikit turun karena tidak paham materi Matematika dan Fisika, padahal sebenarnya memang saya nggak ada bakat di bidang eksak. Namun, hal itu nggak menyurutkan minatku terhadap dunia KPop, sama sekali.

Masa-masa SMA-ku dapat dikerucutkan menjadi dua hal: belajar dan KPop. Saya sangat berharap untuk bisa lulus Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), agar bisa masuk ke kampus dan jurusan yang saya inginkan, yaitu Hubungan Internasional. Dengan fakta bahwa saya berasal dari jurusan MIPA, saya berdoa supaya saya somehow bisa lulus di HI yang notabene jurusan Soshum. Saya benar-benar ambisius untuk selalu mempertahankan ranking satu, namun hobi KPop saya nggak saya tinggalkan, sama sekali.

Advertisement

KPopers tentu sudah familiar dengan aplikasi Wattpad. Saya juga salah satu pengguna yang sangat aktif sekitar tahun 2017-2019, sebelum kuliah menyerang. Nggak mau munafik, saya termasuk salah satu KPoper yang suka halu, pada waktu itu. Membaca fanfiction sudah menjadi kewajiban saya setiap harinya. Sebelum bel pertama berbunyi, pas istirahat, dan sebelum tidur adalah jam-jam saya tenggelam dalam dunia fanfiction

Lo bayangin Lay Zhang jadi dosen lo di kampus, atau mungkin Oh Sehun jadi CEO dingin dan lo jadi sekretarisnya

Fanfiction mampu menjadi pelarian bagi gusaya  yang stres akibat sekolah dan masalah keluarga yang berat waktu itu. Sungguh, Wattpad helped me stay sane

Tahun 2018 adalah salah satu tahun terburuk sepanjang saya hidup selama 19 tahun ini. Semua hal benar-benar tidak berjalan dengan baik bagiku. Semua rencana indah yang telah disusun berantakan karena satu dan lain hal. Tertekan dengan kehidupan nyata, saya mulai mencurahkan seluruh perasaan dan niat saya untuk KPop. 

Saya yang lagi tergila-gila dengan Park Chanyeol, mulai menulis fanfiction tentang dia secara sungguh-sungguh dan penuh perhatian di aplikasi Wattpad. Bulan Mei 2018, saya mulai membayangkan alur cerita di pikiran saya, hingga membuat mind map tentang fanfiction Chanyeol tersebut. Saya sangat enjoy, dan dapat menulis dua bab dalam waktu satu malam. Kebetulan pula, menulis adalah passion terbesar saya sejak kecil.

Tak dinyana, fanfiction saya mendapat antusias yang sangat baik dari fandom EXOL. Wattpad juga membuat saya bertemu beberapa teman baru yang baik, dan saya masih berkomunikasi dengan mereka hingga saat ini. Saya bersyukur banget bisa kenalan dengan mereka, secara saya socially awkward dan dibenci beberapa orang saat SMA. Wattpad adalah satu-satunya hal yang membuat saya bahagia di tahun 2018. 

2018 berlalu, saya berkeinginan untuk menerbitkan fanfiction saya dalam bentuk fisik. Pertengahan 2019, saya pun akhirnya berhasil menerbitkan fanfiction saya. Meski nggak bagus-bagus amat, tapi lumayan lah, bisa berani untuk mempublikasikan karya saya yang adalah produk 'kehaluan' yang sering dicap negatif oleh banyak orang.  Tahun 2019 adalah lembar baru bagi saya. Saya akhirnya diterima di jurusan Hubungan Internasional lewat jalur SNMPTN, dengan rata-rata rapor yang memuaskan. Thanks to EXO dan KPop yang berhasil buat saya semangat mengejar impian saya masuk jurusan impian. 

Masuk jurusan Hubungan Internasional berarti saya mempelajari bahasa asing. Di kampus saya dikasih tiga pilihan bahasa asing : Jepang, Arab, dan Mandarin. Jujur aja, saya nggak ada basic sama sekali di tiga bahasa itu. Well, Mandarin pernah sih, pas SD yang berarti sudah 6 tahun lalu dan semua Hanzi yang saya pelajari sudah nggak tahu ke mana. Laoshi saya pas SD galaknya setengah mati, dan akhirnya saya pun benci sama Bahasa Mandarin setelah lulus SD.  

Saya akhirnya harus belajar Mandarin dari awal lagi, dari pelafalan pinyin dan menghapal Hanzi dan segala tetek bengeknya. Selain les secara khusus sebelum masuk kuliah, saya juga belajar lewat caption IG Lay Zhang dan Jackson Wang, nonton interview mereka di YouTube, hingga menonton cuplikan acara Street Dance of China di Twitter. Perlahan, saya yang awalnya engga bisa baca Hanzi sama sekali, mulai bisa mengerti beberapa kata. Dalam rentang waktu 1 tahun, saya bisa sampai level HSK 3, di samping segala kesibukan kuliah saya. 

Saya sadar betul bahwa pencapaian saya ini engga ada apa-apanya dibanding jutaan KPopers lainnya di dunia ini. Saya hanya berbagi pengalaman dan bagaimana KPop, terkhusus EXOdan Lay Zhang, telah membuat saya menjadi seseorang yang lebih baik, emotivasi saya untuk rajin belajar dan membuat saya terhindar dari pergaulan bebas yang merajalela di lingkungan remaja saat ini. Generalisasi bukanlah suatu hal yang baik untuk dilakukan. You will never know what's behind the closed door. Siapa tau di balik foto profil oppa Korea, terdapat seseorang yang prestasinya mentereng? KPop tidak seburuk itu, kok.

Saya sangat berharap stigma jelek orang-orang terhadap KPopers dapat berkurang, karena KPop sama saja kayak hobi lainnya, misalnya sepak bola, aktor Hollywood, dan lainnya. Yang beda hanyalah objeknya. Ya, saya engga akan denial bahwa ada juga KPopers yang sampai menganut prinsip bias is mine dan terlalu fanatik karena termakan persona dari idolanya. Namun, harus disadari bahwa sikap fanatik kembali lagi kepada masing-masing individu, bagaimana cara mereka melihat sosok idola mereka. Pada akhirnya, kita sendiri lah yang menentukan bagaimana bijaknya menjadi seorang penggemar. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE