#HipweePuisi – Di Tengah Kemarau, Hujan

Tentang Kamu dan Juga Mimpi

~ Di Tengah Kemarau, Hujan ~

Advertisement

 

Melihatmu

Di sini lagi

Advertisement

Beribu rasa bergejolak

Dalam sanubari yang ringkih

Advertisement

 

Bagai rinai hujan yang turun 

Di kala padang sukma tandus oleh kemarau 

Dulunya hanya seutas mimpi-mimpi

Kini membelai lembut bagai embusan angin

 

Sudah berapa lama

Saat diri ini pergi

Bayangmu selalu terlintas di tengah dahagaku

Dalam menempuh semesta yang teramat terik

 

Walau hanya sejenak

Wujudmu seakan mengguyur sejuk

Kalbu yang gersang nan rapuh

Karena merindumu

 

Mungkin ku menemukan perbedaan

Tapi jejak yang dahulu pernah kutinggalkan 

Masih bisa kususuri

Dengan keyakinan bahwa itu takkan pernah pudar

 

~ Mimpi di Penghujung Rindu ~

 

Mentari 

Yang kian terbenam 

Mulai meninggalkan garis warna jingga

 

Dalam mata terpejam

Dirimu dan yang lain menghampiri

Waktu seakan mundur

 

Kau memenuhi ruang kosong di sanubari

Yang usang karena sekian lama ditinggal 

Pertemuan yang terulang lagi

 

Ku melihatmu 

Rasa ini begitu dekat

Sama seperti saat kita berada di jalan yang sama

 

Ini memang tak nyata

Namun perasaan itu menjawab sebagian rindu yang penasaran sedari dulu

Akankah kita bisa menemukan kesempatan yang sama? 

 

~ Di Garis Realitas ~

 

Termangu

Memandang kelabu

Di jalan pulang

Bersanding dengan bayang-bayang

 

Angin sore menerpa ragaku

Membangkitkan hasrat yang hampir layu

Karena beribu kebimbangan

Yang tak kunjung usai 

 

Orang berlalu-lalang

Dengan menenteng kisah di genggamannya

Melalui hari dengan peluh dan keluh

Menjemput mentari bersama harapan

 

Diam

Raga ini membeku

Oleh segala pertanyaan-pertanyaan

Yang menghujam benak tanpa tahu asalnya

 

Langkah harus berlanjut

Bersama bumi yang terus berputar

Sejatinya tiap jiwa yang bernafas

Kan berlabuh jua di pelabuhan yang tepat

 

~ Kepadamu yang Menuai Asa ~

 

Jalan yang sepi

Membuat suara-suara yang tak karuan di telinga

Ada yang memaksa tuk lari

Tetapi kaki membeku dengan segala ketakutan yang rumit 

 

Malam terasa panjang

Tanpa ada bintang satupun

Mata terpejam tapi kalbu selalu saja diburu

Oleh rasa yang tak bisa dijelaskan 

 

Kini ketika membuka mata

Sesuatu yang selama ini tak pernah terduga

Terlukiskan di mata 

Sesuatu yang sedang berusaha merangkul rasa kecamuk yang tak terobati 

 

Itu dia

Secercah cahaya yang telah lama dirindu 

Senyuman yang hangat

Membangun dinding-dinding baru dalam dada

 

Pertemuan melahirkan rasa yang telah lama menghilang

Walau itu bukan sebelumnya

Sekiranya tubuh ini bisa merasakan lagi

Sentuhan angin musim di mana bunga-bunga bermekaran 

 

Tangan ini pun bisa memeluk sesuatu yang berharga 

Yang tadinya hanya bisa menyeka air mata dan keringat 

Walau semua memiliki masa

Goresan asa ini kan menjadi alasan tuk mimpi yang baru di depan sana

 

Terima kasih yang bisa terucap

Di lubuk hati hanya mampu berdoa

Meskipun nanti bertemu jalan tanpa arah sekalipun

Senyum itu harus tetap merekah 

 

 

Oleh

Melinda Kusuma Wardani Djapur

 

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A student

CLOSE