#HipweePuisi Kontradiksi Semesta

Aku, sosok yang pernah kau sebut puan. Kau, sosok yang masih aku sebut tuan

Kontradiksi Semesta

 

Sepasang mata membidik tajam cakrawala

Sayatan luka menyisakan derai derita

Senandung asmara mengalun, mengiring lembayung senja

Burung-burung menari, sembari menuju tempat singgah

 

Naluriku membumbung jauh tak tersekat, menyingkap ketenangan senja

Dua sayap kasih sayang (pernah) kau tancapkan sedalam Palung Mariana

Tenggelam dalam bualan menyisakan bayangan semua perihal romansa

Pedih, perih menggores cinta yang (pernah) membara

 

Kau pelangi di tengah derasnya rintik cakrawala

Kilau warnamu menyibak langit yang berduka

Buncah memburu, menyelimuti romantisme angkasa kala aku berdansa

Aku berteduh, tak lagi memejamkan sepasang mata yang bersuka ria

 

Gemuruh menyambar langit yang tak lagi berduka

Tujuh keajaiban cakrawala sirna ditelan lembayung senja

Terkungkung, berkutat pada cermin bianglala angka yang tersisa

Aku menopang diri, mengobati naluri yang menganga, sendiri (tanpa kau). 

untuk: kamu (22/6)

 

Sepasang Bola Mata yang Tak Kunjung Terpejam

 

Denting waktu kian tak berjarak

Degup jantung tak lirih bersuara

Bayang parasmu senantiasa dalam bola mata

Gema namamu mengitari dua buah telinga

 

Karya: Wahyu Dian Andriana

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"merekam semua cerita melalui aksara."