Hujan yang Telah Dinanti Sejak Lama

Rasa resah di hati seakan sirna setelah memandang indahnya alam dan mendengar kicauan burung.

Kulihat dedaunan pinus itu masih basah setelah semalaman hujan deras. Kabut tipispun turun perlahan menusuk kulitku yang sudah lama tak menghirup udara peggunungan. Rasa resah di hati seakan sirna setelah memandang indahnya alam dan mendengar kicauan burung. Dalam hati kecilku berkata "Aku merasa sangat bersyukur masih bisa merasakan momen-momen seperti ini".

Advertisement

Kuambil biji pohon pinus itu kuamati dalam-dalam, seakan dia berkata "Selama ini kau kemana saja, selama ini aku menunggumu disini". Aku tarik nafas dalam-dalam mengingat kembali pilunya diriku beberapa hari lalu sebelum aku berada di tempat ini. Waktuku dihabiskan di depan laptop, otak dan umurku dihabiskan untuk bertahan hidup mencari nafkah. Segala-galanya aku kerjakan agar aku dan keluargaku bisa bertahan. 

Pikiran rutinitas itu datang lagi, teringat aku dengan pak Taufik yang sehari-harinya selalu tersenyum menjalani getirnya kehidupan. Pak Taufik adalah pria berumur 50 tahun yang bekerja sebagai penjaga perpustakaan dan sudah 30 tahun lamanya dia mendiami perpustakaan tua itu. Gaji yang ia terima jauh dari upah minimum namun ia tetap bersemangat bekerja.

Sementara aku adalah orang yang tidak bisa seperti beliau, aku adalah tipe anak muda yang selalu mencari hal yang lebih. Mungkin suatu hari nanti pada titik tertentu aku akan mengikuti jejak beliau bersyukur tentang apa yang aku dapatkan. 

Advertisement

Mimpi-mimpi yang dulu pernah tercatat di memori terus saja menghantui dikala aku duduk di kursi itu. Kursi tidak empuk di ruang kerjaku. Perlahan aku tata kehidupanku dari jatuh sampai terbangun kembali. Hari-hariku yang selalu dihantui rasa was-was tentang masa depan, tentang membangun kehidupan yang lebih baik dan tentang karirku yang perlahan mulai naik walau tidak signifikan. Setiap pagi kuterjebak dalam ambisi-ambisi itu sampai lupa kalau ada hal yang harusnya disyukuri. Ingin sekali aku keluar dari lingkaran setan ini dan bekerja bersama hati, berkarya dan dihargai.

Kutarik lagi nafasku dan kuhembuskan perlahan, molekul-molekul yang ada mulai berkumpul gerakannya melambat dan berubah mengalami kondensasi, sehingga aku dapat melihat asap putih yang keluar dari hidung dan mulutku. Hujan mulai turun, kubuka payung yang sudah aku siapkan dari tadi.

Kutatap lagi daerah di sekelilingku, apakah ini mimpi, kalau ini adalah mimpi aku berharap tidak terbangun. Sejenak pikiran yang mengganggu itu lenyap, dan hati kecilku bertanya "inikah hujan yang dinanti itu?"  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rahmat Syah adalah seorang pria berusia 32 tahun yang memiliki hobi membaca. Dia lahir dan besar di kota Jakarta, Indonesia. Sejak kecil, Rahmat telah mengembangkan kegemarannya dalam membaca buku-buku berbagai genre, mulai dari novel, sejarah, hingga agama.

CLOSE