Ibu : Ceritamu tidak pernah membosankan ditelingaku

Kisah Inspirasi

Setahun sudah berlalu, tahun dimana adikku menamatkan sekolahnya dibangku dasar. Ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya itu di pondok pesantren.

Tanpa berpikir panjang kami sekeluarga pun menyetujui hal itu, terutama ibuku. Ibu mana yang tidak mau anaknya belajar memperdalam agama, apalagi untuk anak laki laki yang kelak akan menjadi pemimpin.

Hari demi hari terus berlalu, hingga hari itu tiba. Pagi itu kami semua bersiap dengan semangat untuk mengantarkan calon pemimpin ini kepondoknya, dengan 3 motor kami berangkat sambil membawa barang kebutuhan disana. 

Aku berboncengan langsung dengan tokoh utama hari itu. Selama perjalanan kami hanya membahas tentang kesiapan dia dan hanya bercanda biasa layaknya kakak adik. Sebenarnya ada sedikit kekhawatiran dan juga kesedihan dalam hatiku, namun aku tidak ingin merusak semua kesiapan hati yang sudah dibangun adikku sejak lama untuk hari ini.

Tiba dipondok kami mengantarkan ia langsung kepada ustaz yang berada disana, setelah perbincangan ringan, kami pun dipersilahkan untuk pulang. Tidak ada yang sedih saat itu, kami pun keluar dengan senang karena kami yakin ini semua baik. 

Namun memang itu bukan hal yang mudah, semua rasa senang tadi pecah menjadi air mata saat sampai di rumah, terutama ibuku. Beliau yang selama ini terlihat selalu memberikan semangat dan percaya diri kepada adikku, justru memiliki mata yang paling sembab saat itu.

Aku, ibuku, dan bapakku saling menguatkan bahwa semua ini demi kebaikan kedepannya. Toh ini juga pilihannya sendiri. 

Namun ada satu peristiwa yang masih melekat erat dalam benakku pada hari itu. Waktu itu saat maghrib tiba, bapakku pergi ke masjid seperti biasa, sedangkan aku melakukan sholat jamaah dirumah bersama ibuku. Saat beliau membaca surat al fatihah, tiba tiba suara itu hilang dan berubah menjadi isak tangis yang tersedu sedu. Ternyata alasan tangisan itu tidak lain adalah karena beliau sedang memikirkan keadaan adikku disana dan sedang merasakan kerinduan itu

Aku pun terdiam sejenak dan berpikir. Belum ada satu hari berpisah, Ibu yang seringkali aku lihat memarahi adikku itu, sekarang terlihat sangat lemah saat ditinggalkannya.

***

Jika tahun lalu adalah adikku, tahun ini adalah giliranku. Aku lulus SMA dan mendapat kesempatan untuk berkuliah ke luar kota. Semakin berat hal itu bagiku dan ibuku, apalagi setelah satu tahun tanpa adikku, kami berdua menjadi lebih sering bercerita satu sama lain.

Berbeda dengan adikku yang semangat saat itu, justru hari hari sebelum aku berangkat adalah hari yang berat bagiku, tubuhku masih dirumah tadi hatiku rasanya sudah merindukannya. Tiap malam hanya sesenggukan yang aku rasakan.

Pagi yang berbeda itupun datang, pagi dimana aku sudah bersiap dengan semua barangku. Hari itu semakin terasa berat karena aku hanya diantar oleh kedua orang tuaku tanpa adikku karena ia tidak mendapat izin dari pondoknya.

Di perjalanan aku sudah mulai mengurangi tangisku, sampai akhirnya saat sudah hampir sampai di kosku, ibuku tiba tiba bertanya kepadaku. Beberapa pertanyaan yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.

Pertanyaan itu tentang teman satu kosku yang merupakan temanku saat SMA. Beliau bertanya tentang hubungan kami, apakah kami pernah bertengkar, atau pernahkah temanku itu tiba tiba memusuhiku. 

Aku hanya menyambut semua pertnyaan itu dengan tertawa, karena aku sendiri mengenal baik temanku itu, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun pertanyaan ini ternyata bukan hanya datang dari ibuku. Bahkan ibu temanku itu juga pernah menanyakan hal serupa. Kami berdua hanya tertawa saat saling mengetahui.

Namun dari hal itu aku pula aku mengerti, bahwa semua ibu akan selalu menyayangi anaknya baik dalam bentuk kekhawatiran maupun lainnya, bahkan juga tidak jarang rasa sayang yang ada dikemas dalam sebuah omelan yang kita semua sering menyeletuk akan hal itu, namun percayalah bahwa semua itu akan kamu rindukan esok nanti.

Gengsi adalah sikap yang marak dimiliki anak saat ini. Seringkali seorang anak merasa mereka sudah dewasa dan tidak pantas untuk bermanja manja pada ibunya atau bahkan malu untuk sekadar bercerita, padahal tidak ada ibu yang akan menolak itu semua. Justru seorang ibu sangat ingin mendengar cerita dari anaknya kapanpun itu.

Layaknya lagu kasih ibu yang mengatakan bahwa kasih seorang ibu itu sepanjang masa, entah kamu melihatnya atau tidak, tapi itu pasti. Mungkin kamu punya teman ataupun sahabat yang kamu merasa bahwa ia sangat dekat denganmu, namun jauh sebelum kamu mengenal apa itu teman, ibumu sudah memberikan semua yang ia miliki melebihi seorang teman.

Lirik lainnya juga mengatakan bahwa seorang ibu itu hanya memberi dan tidak pernah mengharapkan balasan dari kita. Benar sekali, yang mereka inginkan hanyalah kebaikan selalu ada dimanapun kita berada.

Meskipun seorang ibu tidak ingin balasan itu, bukan berarti bisa berlaku seenaknya kepada ibu. Mungkin belum banyak hal yang bisa kita berikan, namun hal yang kita anggap biasa terkadang memiliki perspektif lain dimata seorang ibu. Jadi cobalah untuk lebih menghargai ibumu, selalu jadikan beliau tempat untukmu berpulang, tempat yang tidak akan pernah kehabisan fasilitas apapun yang kamu butuhkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Haloo, kenalin semua nama aku laila nur fitriana, tapi biasa dipanggilnya pipit sih, hehe jangan tanya kenapa ya. Aku masih baru soal nulis, jadi maafin ya kalau masih banyak kurangnya, tapi aku bakal berusaha juga kok biar tulisannya ngga kaya bocil lagi. Terimakasih yang udah mau luangin waktu buat baca, dukungan kalian berarti banget buat aku, luvv