Idola Korea Sebagai Obat Luka

Istilah K-Pop tentunya sudah tidak asing lagi di kalangan remaja saat ini. Banyak orang mengatakan para kpopers adalah generasi yang tidak cinta tanah air, generasi yang terjajah oleh budaya asing, generasi yang lupa akan tuhannya, dan banyak komentar negatif lainnya dari mulut para antis korea. Jujur saja saya sebagai salah satu yang mengidolakan K-pop, berani membantah pernyataan itu semua. Andai saja mereka tau bagaimana situasi yang sebenarnya di dunia per-kpop-an ini. Pasti mereka akan tutup mulut diam seribu kata. Ah, sudahlah tidak usah dijelaskan bagaimana detilnya, mereka tidak akan tahu jika tidak mengalami sendiri. Cukup tahu saja, tidak usah hiraukan ciutan burung yang tidak berguna. Padahal semua orang berhak menentukan apa yang ia sukai bukan? 

Advertisement

Jika ditanya mengapa bisa terjun di dunia K-pop? Jawabannya mungkin sedikit diluar nalar bagi orang 'awam'. Karena kpop datang membawa obat luka bagi diri saya. Tidak perlu dijelaskan kapan kronologinya, tapi intinya dahulu mereka datang di hidup saya saat saya sendirian, disaat tidak ada satupun orang terdekat saya yang mensupport di belakang saya, disaat saya berada di titik terendah, maybe depressed(?) yeah, something happened to me, that attack my mental health. Kpop datang ke hidup saya, membawa kebahagiaan dalam diri, memberi obat dari luka yang ada. Tidak hanya itu, karena mereka lah, saya bisa kembali bersemangat untuk melanjutkan studi saya. Menjadi idola di industri musik korea sangatlah sulit, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menjalani masa trainee hingga bisa debut. Dari situlah saya melihat betapa kerasnya perjuangan mereka, dan muncul lah sebuah motivasi dalam diri saya, bahwa saya bisa. Saya bisa bangkit dari keterpurukan. Ada banyak hal yang belum saya capai, ada banyak kebahagiaan yang belum saya rasakan. 

Siapa sangka, orang yang bahkan tidak tahu bahwa saya hidup di dunia ini pun bisa membawa pengaruh yang cukup besar dalam diri saya. Melalui karya musik yang mereka ciptakan, melalui candaan yang mereka lontarkan, membawa cahaya kehangatan tersendiri dalam hati, menjadi teman dikala sendiri. Apalagi 2 tahun yang lalu, disaat masa pandemi covid-19, saya tidak bisa membayangkan apa jadinya saya jika tidak mengenal mereka. Tidak bersosialisasi dengan orang lain selama hampir 2 tahun lamanya, karantina mandiri di rumah masing-masing, sudah jelas itu menjadi hal pemicu depresi saya kembali lagi. Namun semenjak saya mengenal mereka, hidup saya menjadi berwarna di setiap harinya. Karena itulah saya menyebut mereka sebagai pembawa obat luka, karena mereka datang menyembuhkan diri saya. 

Advertisement

Jadi jika ada orang yang beranggapan negatif terhadap penggemar K-pop, tentunya saya tidak setuju dengan pertanyaan itu. Karena merekalah sumber kebahagiaan saya. Setiap orang punya caranya masing-masing untuk membahagiakan diri bukan? Asalkan tidak merugikan orang lain tak apa. Sebagai manusia dewasa semestinya sudah bisa memahami hakikat dari saling menghargai pilihan hidup masing-masing. Karena semuanya pasti memiliki alasan dibaliknya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini