Insecure? Siapa Saja Pasti Pernah, ya Itu Wajar. Kita Manusia Normal.

Selama perjalanan hidup saya, terutama ketika usia berada di atas 17 tahun, seringkali beberapa orang di sekitar saya datang dan bercerita betapa mereka merasa kurang dan insecure akan sesuatu atau seseorang. Mudahnya merasa insecure itu seringkali karena mereka telah melihat wanita yang lebih cantik, lebih semampai, lebih kurus dan putih kulitnya, atau melihat laki-laki yang badannya lebih berisi, laki-laki yang lebih pandai berbicara di depan umum, lebih tegas, lebih bijaksana, apapun itu yang setidaknya berhasil membuat mereka merasa tidak tergolong ke dalam standarisasi wanita/pria ideal, terlebih setelah mereka melihat seorang artis atau publik figure, melihat mantan pacar, mantannya pacar dan berbagai karakteristik dari manusia-manusia yang telah berhasil membuat mereka merasa minder.

Advertisement

Hal itu membuat saya semakin menyadari bahwa rupanya insecure nyatanya sudah menjadi penyakit yang semakin merajalela, tanpa kita ketahui dengan jelas apa penyebabnya dan apakah kita sudah terjangkit dengan penyakit itu atau tidak. Insecure juga menjadi suatu penyakit yang seringkali kita pun sulit untuk menyembuhkannya, jika dibandingkan dengan penyakit fisik yang kita rasakan dan obati dengan jelas karena bentuknya yang tampak dan mudah terdeteksi. Sekarang, coba tanyakan pada diri kita, apakah kita juga seringkali merasa minder atau insecure?

Sebelumnya, apa sih insecure itu sendiri? Jika, diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, insecure berarti perasaan tidak aman, tidak yakin, tidak kuat atau yang paling sering dikatakan oleh orang-orang adalah tidak percaya pada diri sendiri!

Ya, tidak percaya pada diri sendiri.

Advertisement

Apakah salah satunya adalah kita?

Kembali lagi pada statement di awal tadi, bahwa insecure kini sudah menjadi hal yang menimbulkan berbagai opini dari berbagai orang. Kebanyakan orang yang saya temui, mengatakan bahwa insecure adalah suatu perasaan wajar yang pasti dialami seseorang, ada juga yang mengatakan bahwa perasaan insecure sulit dihindari mengingat selalu ada alasan untuk merasa serba kurang atas diri kita. Ya, merasa kurang. Selalu merasa kurang terhadap sesuatu hal tertentu.

Advertisement

Merasa kurang akan kondisi fisik yang dimiliki,

Merasa kurang akan harta dan barang-barang yang sudah kita punya,

Merasa kurang akan skill dan kemampuan ini itu yang tidak sama seperti orang lain,

Merasa kurang dengan keadaan hidup yang Anda rasakan.

Ya, itu semua adalah bagian dari munculnya rasa insecure.


Bagi saya pribadi, merasa insecure memang suatu hal yang wajar. Bagaimana tidak? Di setiap harinya kita dihadapkan pada manusia-manusia serba bisa dan serba memiliki kelebihan ini itu. Jadi, wajar saja merasa minder. Justru, jika tidak pernah merasa minder dalam hidup, barulah itu yang dinamakan tidak wajar. Rasanya kita bagaikan makhluk yang sempurna dan serba bisa, meskipun hal itu terbilang mustahil. Tapi, yang perlu saya katakan di sini adalah, biasakan agar perasaan insecure itu cukup hinggap sesaat saja pada diri kita.


Hinggap sesaat, bagaimana bisa?

Bisa. Karena Kita yang sebetulnya paling memegang kendali atas diri dan apa yang dirasakan. Saat perasaan itu muncul, saat kita melihat seseorang dengan penampilan, kemampuan, harta atau apapun itu yang menurut kita “WOW”, yang menurut kamu “LEBIH” daripada diri sendiri, maka tersenyumlah dan katakan bahwa “Saya bersyukur atas segala kelebihan dan kekurangan yang saya punya.” Simple ya? Tapi, apakah semudah itu? Memang sih, tidak mudah bertindak sebijak itu. Tapi. Coba. Biasakanlah. Karena apa yang dikatakan itu, menjadi awal untuk memberikan kekuatan yang besar pada diri dan pikiran sendiri. Saya bisa menyarankan untuk memaksa diri kamu melakukan itu. Meskipun keliatannya sulit, atau seperti terpaksa melakukannya, tapi saat hal itu sudah menjadi bagian dari kebiasaan kamu, maka kamu akan merasakan sendiri apa manfaatnya.

Kenapa sih harus bilang seperti itu?

Begini.

Kita dilahirkan ke dunia, sudah dengan wujud yang paling sempurna yang Tuhan berikan.

Sebesar apapun penghinaan kamu terhadap diri dan hidup kamu, namun itulah Anda yang merupakan versi terbaik yang diciptakan Tuhan. You’ve to deal with it!

Kamu, dengan orang-orang yang Kamu temui di setiap harinya, entah bertemu secara langsung, atau para strangers, yang hanya pernah dilihat wajah dan hidupnya di Internet itu, kenyataannya sudah memiliki rezeki dengan porsinya masing-masing. Jika kamu pernah mendengar kalimat bahwa “setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki jalannya dan rezekinya masing-masing”, maka saya akan katakan bahwa itu SANGAT BENAR. Tidak perlu Anda iri, atau mencari-cari kelemahan seseorang dan serta merta membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, karena toh kamu tidak akan pernah menemukan titik akhir. Biarkanlah kamu hidup tanpa bayang-bayang, “ingin” menjadi seperti orang lain. Biarlah kamu, dengan hidup dan masa depan kamu. Dan orang asing itu juga dengan hidup dan masa depannya.

Tuhan tidak pernah tidak adil, bukan?

Jika kamu melihat orang lain berbahagia atas harta yang dimilikinya, sedangkan kamu tidak.

Mungkin kamu kurang melihat lebih luas sejauh mana kamu memiliki alasan untuk berbahagia atas hidup yang kamu punya. Kamu hanya tidak sadar, bahwa tidak hanya dengan harta, sebenarnya ada banyak hal yang patut Anda syukuri dalam hidup Anda. As simple as that .

Saya ambil contoh mengenai permasalahan yang seringkali timbul, yang tidak lain berasal dari adanya perkembangan media sosial. Mudahnya seseorang untuk membagikan segala bentuk aktivitas dan momen kepada seluruh orang di dunia juga menjadi cikal bakal rasa insecure itu sendiri. Kebanyakan orang yang kamu lihat dalam dunia maya, dengan mudahnya mampu membuat kamu merasa iri, minder, tidak percaya diri, benci, mencari-cari kelemahannya lalu mulailah kamudalam membanding-bandingkan apa yang kamu miliki dengan apa yang orang tersebut miliki.

Biasanya pada tahapan ini, secara langsung kamu juga seperti berubah menjadi seorang psycho-stalker, yang dengan berbagai cara berusaha untuk mengetahui kehidupannya, siapa sajakah orang-orang di sekitarnya, bagaimana perilakunya sehari-hari, apa saja yang dimilikinya dan hal-hal lain yang dapat menjawab rasa keingintahuan kamumengenai orang tersebut. Kamu mendadak jadi orang asing yang serba tahu mengenai seseorang di luar sana yang sebenarnya juga bukan keluarga atau orang terdekat Kamu.

Serba tahu yang saya maksudkan di sini pun bukan seseorang yang benar-benar tahu, melainkan orang yang seakan sedang merangkai cerita pribadi, atas asumsi-asumsi yang hanya berdasarkan pada pengetahuan kamu/ hasil kegiatan stalker kamu pribadi.

Ya, bagaimana tidak? Hanya dari sebuah foto atau video hasil dari kegiatan stalker kamu, kamujadi memiliki opini tersendiri mengenai hidup seseorang, yang notabennya pun belum tentu benar.

Hanya dari sebuah kalimat atau kata hasil dari kegiatan stalker kamu, kamu mulai memiliki penilaian tersendiri mengenai kepribadian seseorang, padahal itu belum tentu benar adanya.

Hanya dari sebuah background foto saja, kamu mulai berkomentar mengenai gaya hidup seseorang dan mulai membandingkan kehidupan kamu dengan seseorang asing di luar sana, yang nantinya seringkali menimbulkan judge atau prasangka buruk.

“Apakah kebahagiaan yang kamu lihat pada suatu foto, video dan sejenisnya di depan mata kamumenjamin kebahagiaan yang sama dalam hati dan jiwa orang lain tersebut?”

Bisa iya, bisa juga tidak.

Kamu tidak tahu, dan tidak akan benar-benar tahu, karena kamu tidak mengenalnya.

Daripada sibuk menerka-nerka suatu hal yang belum pasti. Lebih baik kembali mengurus hidup sendiri dan menyiasati masa depan kamuagar 2, 5, 10 atau beberapa tahun lagi saat kamu beranjak tua, kamu telah berhasil memiliki banyak pencapaian positif atas mimpi-mimpi.

Bukannya sedang menyesal karena masa muda kamu dihabiskan dengan kegiatan stalking yang sebetulnya tidak memberikan banyak manfaat untuk hidup dan masa depan kamu.

Hey, what are you doing?

Kita hanya memiliki waktu 24 jam perharinya, dan telah berhasil membuang waktu tersebut dengan sia-sia. Lantas, apakah orang asing yang kamu lihat dan telah berhasil membuat kamu iri tersebut juga sedang melakukan hal yang sama dengan kamu? Apakah dia sedang menjadi stalker seseorang?

Belum tentu. Bahkan tidak sama sekali.

Jadi, lebih baik bagaimana?

Kembali pada pembahasan di awal, maka kendalikanlah rasa minder/insecure yang kamu rasakan sebagai suatu hal yang mengarahkan kamu kepada suatu perubahan dan pikiran positif.

Jika kamu melihat seseorang bahagia dengan pencapaian dan segudang prestasi yang dimilikinya, maka tersenyumlah dan ikutlah berbahagia, meskipun kamu tidak mengenalnya.

Jika kamu lihat seseorang bahagia dengan pencapaian dan segudang prestasi yang dimilikinya, maka jangan berdiam diri untuk merenung, mengeluh akan kemampuan sendiri, lalu berpikir, “kenapa dia bisa sehebat itu? Sedangkan aku tidak?”. Ah, sudahlah. Habis waktumu untuk berpikir seperti itu. Lebih baik, mulai susun target, rencanakan dan jalankan dengan matang sesegera mungkin. Tekuni bidang yang kamu sukai, dan jadilah yang Ahli dalam bidang itu.

Tidak perlu menjadikan suatu pencapaian sebagai suatu tren. Tidak perlu memaksakan diri untuk bisa mendapatkan achievement pada suatu bidang yang sebenarnya tidak kamu cintai, hanya karena itu sedang menjadi tren. Tidak perlu. Kamu harus menjadi SATU, SATU yang BERBEDA.

Jika kamu ingin seperti seseorang berprestasi yang kamu dilihat dimanapun itu. Maka berhenti untuk merasa minder, berhenti untuk berdiam diri dan berkhayal, serta hentikan semua usaha untuk mencari-cari kelemahan seseorang itu atau bahkan untuk menghinanya.

Karena, kesempatan selalu terbuka untuk siapapun itu agar menjadi seseorang yang berprestasi sesuai dengan apa yang dicintainya. Percayalah bahwa suatu saat kamu bisa ada pada posisi itu, dengan cara dan gaya yang kamu bangun sendiri. Berbeda namun tetap berkualitas.

Seringkali, kamu tidak sadar bahwa merasa insecure juga karena terlalu terbiasa untuk melihat seseorang yang ada “di atas” kita. Orang-orang yang serba “berlebih”daripada kita. Kita seakan lupa bahwa, tidak sedikit orang-orang yang berada “di bawah” dan bahkan dengan segala kekurangannya sedang berharap untuk menjadi seperti kita.

Apapun yang kamu lihat, baik di dunia nyata ataupun di dunia maya, hindari diri untuk berpikir dan berperilaku negatif. Percayalah. Sampai kamu kembali kepada Tuhan nanti, dan pergi meninggalkan dunia ini, akan selalu ada orang yang lebih daripada kamu. Lebih baik perilakunya, lebih kaya, lebih bijaksana, lebih berprestasi, lebih sukses dan lebih-lebih lainnya.

Setelah kamu, menghabiskan waktu sehari, dua hari, sebulan, setahun atau selama apapun itu yang kamu bisa, hanya untuk menjadi stalker setianya. Lalu, apa sih keuntungannya untuk kamu?

Apakah itu memberikan kamu penghasilan? Tidak.

Apakah itu membuat kamu bahagia? Tidak juga.

Apakah itu bermanfaat dan penting bagi masa depan kamu? Sejujurnya tidak.

Apakah itu membuat kamupuas? Tidak juga, karena kamupasti ingin mengetahui yang lebih dan semakin kepo nantinya.

Lalu, apakah itu merugikan waktu? Iya, tanpa sadar kamu telah melewatkan berbagai hal penting yang seharusnya dilakukan, namun justru kamu terlalu sibuk untuk mengurus hidup orang lain.

Apakah itu membuat sedih? Kurang lebih begitu, karena semakin banyak fakta yang kamu ketahui, rupanya semakin membuat merasa “kecil” jika dibandingkan dengannya (strangers).

Apakah itu membuat kamu tidak bahagia? Iya, karena semakin mengetahuinya dan semakin lihai menjadi stalker setianya, justru semakin sering merasa “kurang” jika dibandingkan dengan dia dan kehidupannya.

Apakah itu bermanfaat dan penting bagi masa depan kamu? Tidak, karena masih banyak pembelajaran diluar sana yang bisa mendewasakan daripada sekadar melakukan kegiatan stalking.

Cerita dan segelintir asumsi yang kamu rangkai itu belum tentu benar adanya.

Kamu bahkan tidak mengenalnya dengan baik,

Kamu bahkan bukan keluarganya yang memiliki kedekatan pribadi,

Dan yang pasti, kamu bukan Tuhan yang mampu merangkai semuanya dengan tepat.

Jadi, sebenarnya dari mana penyakit insecure itu datang?

See? Datangnya dari diri dan hati Anda masing-masing. Bukan dari orang lain, atau pihak yang bersangkutan.

Lalu, bagaimana agar bisa sembuh dari penyakit insecure ini?

Mudah.

Terima kenyataan bahwa kamu sudah terlahir menjadi SATU, yang BERBEDA, dan yang SPESIAL tersendiri. Kamu adalah kamu dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dan sampai kapanpun tidak akan menjadi orang lain. Begitu juga sebaliknya.

Tak usah pedulikan seberapa “WOW” seseorang di luar sana, karena yang seharusnya kamu lakukan adalah menyibukkan diri dengan hidup dan keluarga kamu pribadi. Tingkatkan kualitas berfokus untuk terus mendapatkan beragam pencapaian positif untuk hidup sendiri, bukan orang lain.

Berhenti mengurus hidup orang lain, karena toh kamu belum tentu benar dalam mengurus hidup sendiri.

Berhenti berasumsi terhadap hidup orang lain, karena hanya kamu yang akan pusing terhadap segelintir asumsi dan opini yang sudah kamu bangun sebelum-sebelumnya. Sedangkan orang lain tidak sedang memusingkan dan mengurus hidup kamu. Berhentilah bermain-main sendirian.

Berhenti mencari-cari kelemahan dalam suatu kejadian atau seseorang. Arahkan pikiran terhadap pikiran positif dan doa terbaik untuk orang lain. Arahkan mulut agar mengganti segala bentuk hinaan menjadi suatu pujian. Karena toh, kamu lebih ingin dipuji daripada dihina kan oleh orang lain? Ya, maka lakukan hal yang sama kepada orang lain terlebih dahulu.

Berhenti mengumbar aib atas hal-hal yang kamu ketahui hanya dari mulut-mulut orang lain yang tidak bertanggung jawab. Bantu untuk menutupi segala aib orang lain, dan gantikan dengan cerita baik yang menyenangkan. Toh, kamulebih ingin dibicarakan yang “baiknya” kan daripada diumbar “aib”nya.

Insecure wajar.

Tapi Ingat.

Biarkan itu hanya Hinggap Sesaat.

Kemudian pergi, bersamaan dengan keinginan terbesar kamu untuk sibuk dengan hidup kamu sendiri.

Cukup diam. Terima kenyataan. Doakan. Acuhkan. Lalu fokus kepada hidup kembali.


Karena dengan fokus kepada hidup kamu kembali, kamu akan Berpikiran Positif. Bekerja. Berkarya. Berprestasi. Dan Meraih Kesuksesan!


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mencintai dunia komunikasi apalagi menulis. Menulis seperti layaknya bernafas harus dilakukan terus menerus.

CLOSE