Integrasi Hadiah dan Literasi

Saat lomba literasi menjadi pelajaran seni menanti

"Yuk ikutan lomba a, b, c dan blablabla. 'Hadiah' – nya lumayan, lho."

Advertisement

Begitulah sedikit kutipan kalimat yang biasa kudengar dari orang-orang sekitar saat mengajak teman atau kenalannya untuk mengikuti suatu perlombaan. Tidak bisa dipungkiri, hadiah menjadi salah satu daya tarik agar orang-orang mau mengikuti lomba yang kita adakan. Bayangkan saja, jika kamu mengadakan suatu pertandingan dengan hadiah utama 1 buah laptop dan hadiah 1 buah pensil tulis, kira-kira mana yang paling diminati?

Memang salah jika kita mengikuti suatu perlombaan hanya dengan alasan untuk mengincar hadiahnya yang luar biasa, karena alasan terbaik mengikuti lomba adalah untuk melihat sejauh mana kemampuan kita saat ini, sejauh mana tingkat keberanian kita saat ini untuk show off dan sejauh mana benefit yang bisa kita ambil dari lomba tersebut.

Tapi, sekali lagi, hadiah juga menjadi faktor pendukung dalam menarik minat massa untuk bergabung dengan kegiatan atau lomba yang kita adakan, intinya sih di sini sama-sama saling membutuhkan alias harus adanya simbiosis mutualisme antara pihak penyelenggara dan peserta.

Advertisement

###

Sedikit berbagi pengalaman, belakangan ini aku sering mengikuti berbagai lomba, terutama lomba di bidang literasi. Pada awalnya, aku lomba hanya dengan modal iseng-iseng dan tidak ambil pusing dengan hadiah yang kudapatkan jika menang, tapi semakin lama aku semakin berpikir jika 'karya' ku, usahaku, buah pikirku yang masuk ke 'mereka' pun mesti diapresiasi dengan hal yang sebanding.

Advertisement

Istilahnya, penulis jika menyerahkan karyanya ke orang lain pasti mendapatkan royalty yang sebanding, nggak sertamerta hanya mendapatkan ucapan terimakasih saja.

Segala jenis hadiah maupun bentuk apresiasi aku terima dan hargai dengan kelapangan hati yang begitu tinggi. Setidaknya ada i'tikad baik dari pihak penyelenggara untuk melakukan apresiasi. Sayangnya, tidak semua seperti ini.

Tidak munafik, jujur seringkali aku menunggu nunggu hadiah yang mestinya aku dapatkan. Mau bertanya terus juga tidak enak karena emang dasarnya nggak enakan dan aku coba ngerti kenapa seringkali terjadi keterlambatan, tapi kalau dibiarin ya bakal hilang-hilang gitu aja sampai akhirnya kedua belah pihak lupa.

Posisinya di sini, aku tidak hanya pernah menjadi peserta tetapi juga menjadi penanggung jawab yang dipercaya pihak penyelenggara. Saat dipercaya menjadi PJ, yang terpikirkan padaku hanya satu, yaitu tidak boleh mengecewakan peserta dengan mencoba melakukan segalanya tepat waktu sesuai dengan timeline yang telah kubuat sendiri.

Mungkin ini hanyalah sedikit tips, kritik atau saran (terserah persepsimu) untuk pihak penyelenggara perlombaan maupun yang suka ngadain lomba atau yang baru pengen ngadain lomba-lomba.

Pertama, atur segala teknis dengan baik. Buatlah teknis sesuai dengan kemampuan kamu serta yang nantinya bisa kamu jalankan dengan baik, bukan yang akan menyulitkan kamu. Contohnya saja timeline harus benar – benar dibuat dengan baik biar nggak keteteran dan ditunda-tunda nantinya.

Kedua, beri jika mau. Kalau memang kamu berniat dari awal untuk memberikan hadiah ya berikan. Tapi jika dirasa memberatkan, maka dari awal lebih baik 'sesuatu' itu tidak perlu dijadikan sebagai hadiah yang hanya untuk menarik minat peserta tapi akhirnya kamu nggak ikhlas ngasih dan bikin si peserta malah ngerasa di PHP-in abis abisan.

Ketiga, berusahalah untuk menepati. Segala yang kamu informasikan sejak awal itu adalah janji serta tanggung jawab kamu. Apa yang kamu katakan di awal harus kamu taati hingga akhir. Kalau di tanggal a ya tanggal a. Kalau mau ngasih a yang kasih a. Kalau dari awal tidak ada SK ya tidak ada, jangan tiba-tiba di ada-adain.

Keempat, ingatlah ada orang lain yang sedang menunggu hak-nya di sana. Tidak perlu dijelaskan panjang lebar, kamu pasti sudah mengerti maknanya.

Kelima, menundalah dengan wajar. Jika segala hal teknis tertunda karena memang ada yang tidak beres maupun berantakan dari aspek a, b maupun aspek c dan d maka semua masih bisa dimaklumi. Tapi, kalau segalanya terhambat cuma karena kemageran atau kamu yang nggak bisa bagi waktu, penundaan akan menjadi begitu salah.

Menjaga kepercayaan satu orang saja belum tentu mudah. Apalagi menjaga kepercayaan ratusan bahkan ribuan orang yang sudah percaya denganmu. Jangan dirusak, cuma karena hal-hal sepele yang bisa kamu minimalisir. Dan jangan sampai lupa akan tanggung jawab atau berharap orang itu akan lupa dengan hak nya yang masih kamu jaga ?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE