Interaksi dalam Kehidupan Sosial, Menentukan Sikap dalam Ladang Ketersinggungan

Dalam berinteraksi seringkali kita akan lebih terbuka dan merasa lepas

Di era digital seperti ini,  internet sudah menjadi kebutuhan dan sudah menjadi hal yang mudah ditemukan. Internet menghubungkan antara individu satu dengan individu lainnya, tanpa terpaut ruang dan waktu. Dalam kehidupan bersosial, suatu individu tidak bisa terlepas dari individu lainnya. Interaksi dalam kehidupan bersosial sangat diperlukan. Namun tata cara pendekatan hingga kebiasaan dalam berinteraksi yang dapat membedakan satu individu dengan yang lainnya. Dalam berinteraksi seringkali kita akan lebih terbuka dan merasa lepas ketika bersama orang yang sudah kita anggap dekat. Di antara interaksi tersebut ada suatu gejala sosial yang bernama “ketersinggungan”. Mengapa ketersinggungan dapat terjadi?

Advertisement

Ketersinggunan kerap kali menjadi masalah utama dan masalah yang tidak dapat diprediksi pada dunia nyata atau dunia maya. Mulai dari tokoh masyarakat, politisi, komedian, artis, public figure, bahkan orang biasa pun tidak bisa lepas dari bayang-bayang ketersinggungan. Kasus ketersinggungan yang sempat muncul, berasal dari stand up comedian senior yang membawakan materi tentang “kucing” hal tersebut tidak disangka-sangka oleh Pandji Prawijaksono akan menyinggung pecinta kucing padahal ia tidak bertujuan untuk menghina. Selanjutnya mari kita tarik contoh dalam pergaulan sehari-hari. Ketika kita bercanda dengan teman kita, sudah bukan hal yang tabu ketika  keluar kata-kata umpatan, panggilan khusus dan lain sebagainya. Hal tersebut terasa lumrah dan kita tidak merasa tersinggung oleh ucapan lawan bicara kita. Bisa jadi orang lain yang merasa bahwa tindakan itu tidak pantas. Mengapa hal itu dapat terjadi? Yang pertama kita tidak memiliki ikatan dengan orang tersebut. Yang kedua seseorang kerap kali mewakilkan ketersinggungan orang lain padahal lawan bicara kita merasa hal tersebut baik-baik saja.

Kita tidak bisa mengendalikan respon orang lain untuk menyikapi hal tersebut namun kita memiliki kendali penuh untuk mengatasi situasi tersebut. Khususnya di era digital seperti ini, ketika semua orang dapat dengan mudah mengakses media sosial bukan hal yang sulit lagi untuk seseorang mengutarakan responnya atau bahkan melontarkan ujaran kebencian. Hal tersebut dapat terjadi  karena ketika suatu argumen  telah dilontarkan ke ranah publik otomatis memunculkan opini publik. Opini publik dapat tercipta karena adanya pesan dari suatu individu untuk orang lain kemudian pesan tersebut yang akan diterima oleh orang lain sehingga orang lain dapat mengambil sebuah tindakan untuk menyikapi pesan tersebut, bisa tanggapan positif ataupun negatif (Syarief, 2017).

Jika kita lihat dari kacamata psikologi, hal tersebut bisa terjadi karena adanya sensasi dan persepsi hingga berpengaruh pada kecerdasan emosional. Menurut Hikmiah (2020) dalam penjelasannya mengenai sensasi dan persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut.

Advertisement


Sensasi, proses terjadinya sensasi disebabkan oleh adanya informasi yang ditangkap oleh alat indra menjadi impuls-impuls syaraf yang dapat dimengerti oleh otak melalui proses tranduksi. Memiliki dua faktor yaitu:



  • Faktor Situasional, seperti yang berasal dari lembut-kasarnya suara atau jelas-buramnya suatu gambar.

  • Faktor Personal, yang berasal dari diri dia sendiri seperti kapasitas indra, pengalaman, pengaruh lingkungan dan budaya.

  • Persepsi, proses yang dilakukan oleh alat indra untuk menangkap stimuli, kemudia stimuli tersebut diubah menjadi sinyal yang dapat dipahami oleh otak. Persepsi berarti kemampuan kita dalam menerjemahkan pesan yang telah diproses oleh alat indra kita. . Dikarnakan sensasi mempengaruhi persepsi. Persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif dimana suatu individu dapat merasakan dan memahami suatu informasi melalu panca indranya (Novinggi,2019)

Advertisement

Dengan persepsi berarti individu telah memberikan respon terhadap sensasi sehingga memunculkan hal baru. Dari hasil pemaparan di atas berarti sensasi akan membentuk persepsi sehingga memunculkan suatu perilaku/tanggapan seseorang mengenai suatu hal.. Suatu pemicu seseorang dapat tersinggung karena adanya suatu hentakan pada dalam dirinya sendiri. Linda Blair, seorang psikolog klinis berpendapat bahwa reaksi pertama pada sebuah perubahaan yang dikarenakan rasa takut dengan apa yang dipikirkan orang lain menyebabkan pertantangan dengan diri sendiri karena merasa insecure dan tidak yakin pada diri sendiri.

Selanjutnya dari sensasi dan persepsi dapat kita kaitakan dengan kecerdasan emosional seseorang dalam menyikapi ketersinggungan ini. Apa itu kecerdasan emosional? Dan apa kegunaannya? Kecerdasan emosional adalah kemampuan dari suatu individu untuk dapat mengerti, mempelajari, menilai, dan memproses serta mengendalikan emosi terhadap orang lain dan diri sendiri. Dalam hal ini kecerdasan emosional berpengaruh pada cara seseorang dalam menyikapi suatu permasalahan yang kali ini fokusnya pada ketersinggungan. Kecerdasan emosional dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia dia dibesarkan, pola asuh orang tua, hingga proses hidup yang dialaminya.

Sudah banyak penelitian dalam bidang psikologi yang menyebutkan bahwa suatu individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi merupakan seseorang yang percaya diri, mampu beradaptasi, mampu mengatasi lonjakan emosi, dan dapat menjalani hubungan yang harmonis dengan individu yang lain sehingga suatu individu memiliki kesehatan mental yang baik dan stabil karena mampu mengendalikan stress. (Nasril & Ulfatmi. 2018) Lantas bagaimana kita dalam menghadapi ketersinggungang ini? Ada satu kalimat menarik dari seorang Komedian asal inggris, yaitu Ricky Gervais yang berkata:


“The simple fact is, offense is taken, not given”




Kita analogikan seperti ini, ketika seseorang melontarkan satu kalimat atau menunjukan sebuah gambar. Dari sebagian orang yang menerima hal tersebut dapat memiliki respon yang berbeda-beda. Seseorang dapat tertawa, biasa saja, ataupun sebaliknya seseorang dapat merasa tersinggung padahal hal yang ditunjukan pun sama. Dari analogi tersebut benar kata Ricky Gervais bahwa ketersinggungan itu diambil bukan diberikan. Jadi seseorang bebas menentukan bahwa ia akan tersinggung atau tidak, bagaimana cara kita mengendalikan emosi dan situasi juga menjadi landasan untuk kita menyikapi ketersinggungan tersebut.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE