Introvert = Tidak Bisa Public Speaking?

Jangan lagi jadikan intovert sebagai penghalang kamu untuk berekspresi!

Sebagai seorang makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi dengan satu sama lain akan selalu menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita, manusia. Kita tidak akan dapat bertahan selama seminggu atau bahkan sehari tanpa berkomunikasi dengan satu sama lain. Kalau kita lihat ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Nah, dalam hal ini, tentu komunikasi yang disebutkan di sini tidak terbatas pada sekadar berbicara saja, loh.

Advertisement

Setiap aktivitas atau ekspresi yang membawa seseorang untuk mengekspresikan dan/atau menyampaikan ide-ide, perasaan, pikiran mereka kepada orang lain adalah semua bagian dari komunikasi. Bahkan bahasa tubuh yang paling sederhana dan sesimpel ekspresi wajah, seperti mengangguk, menggelengkan kepala, mengerutkan dahi, atau ketika kamu sekadar tersenyum kepada beberapa orang asing yang kamu temui pagi ini, hal itu juga akan terhitung sebagai komunikasi.

Meskipun berkomunikasi telah menjadi kebiasaan yang tak terhindarkan atau bahkan menjadi sebuah kebutuhan, menjadi seorang yang ahli dalam bidang ini masih akan menjadi ‘pertempuran’ bagi beberapa atau bahkan sebagian besar manusia di dunia. Hal ini disebabkan, bagi mereka khususnya introvert, menganggap komunikasi sebagai tugas yang sulit, terutama berbicara dengan orang asing, terlebih di depan umum. Tetapi kemudian, apa yang perlu diingat adalah bahwa setiap kemampuan tidak akan pernah menjadi keterampilan ataupun keahlian jika tidak ada usaha yang ‘dituangkan’ dalam tiap prosesnya.

Sama seperti kemampuan lainnya, faktor yang paling penting bagi seseorang untuk memiliki keterampilan komunikasi atau untuk dapat berbicara di depan umum tergantung pada seberapa banyak dan bagaimana mereka berlatih, bukan karena kepribadian alami mereka (ekstrovert ataupun introvert). Memang tidak salah anggapan bahwa bagi orang dengan kepribadian ekstrovert, mungkin akan menganggap berbicara di depan umum bukanlah hal yang harus dilalui dengan masalah yang berarti. Hal ini sejalan dengan sifat mereka yang cenderung mendapatkan energinya dari interaksi-interaksi bersama orang lain yang kemudian mereka akan lebih menikmati interaksi-interaksi tersebut, menjadi pusat perhatian, dan sebagainya dibandingkan dengan orang dengan kepribadian introvert.

Advertisement

Namun juga, terdapat suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa bahkan beberapa ekstrovert pun bisa memiliki rasa kecemasan terhadap sosial. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi atau kemampuan seseorang untuk berbicara di depan umum tidak dapat dikaitkan dengan sifat atau kepribadian mereka. Adapun dalam kehidupan nyata, ada fakta di mana ada begitu banyak tokoh publik dan orang-orang inspiratif di dunia ini yang telah memberikan pidato dan memberikan motivasi ataupun inspirasi untuk banyak orang, walaupun sebenarnya mereka merupakan seorang introvert. Dimulai dengan Albert Einstein, Barack Obama, J.K. Rowling, Emma Watson, dan masih banyak lagi.

Jika takut berbicara di depan umum dapat dikaitkan dengan sesuatu, itu akan seperti mengendarai sepeda. Banyak orang, terutama yang merupakan seorang introvert, merasa takut atau bahkan benci untuk berbicara di depan publik sama seperti bagaimana seorang anak berusia lima tahun takut untuk mencoba mengendarai sepeda mereka. Tetapi seperti yang diketahui, setiap anak atau mungkin sebagian besar dari mereka akhirnya akan mengatasi ketakutan mereka dan kemudian menjadi ahli dalam mengendarainya. Jika hal ini dapat dijadikan sebuah perumpamaan, berikut adalah beberapa langkah dan poin penting yang dapat membantu dalam masalah public speaking atau communication skills.

Advertisement

Pertama, naik sepeda. Ini akan menjadi langkah yang paling jelas tetapi juga yang paling sulit. Alasannya adalah karena orang-orang bahkan tidak mau naik sepeda karena hanya memikirkannya saja sudah membuat mereka takut. Tapi, ketika mereka akhirnya melakukannya, mereka akan tahu bahwa itu sebenarnya tidak seburuk itu.

Kedua, gunakan roda ketiga atau roda pelatihan (dan jangan pernah merasa malu karenanya). Jika seorang anak yang berusia tiga atau empat tahun sudah bisa mengendarai sepeda biasa pada percobaan pertamanya tanpa jatuh, dia pasti sudah dianggap sebagai anak ajaib, jenius. Tapi itu memang kejadian yang sangat langka. Sebagian besar orang tua akan menyediakan sepeda pertama anak mereka dengan satu atau dua roda ekstra, karena memang begitulah prosesnya. Hal yang sama berlaku untuk cara kerja public speaking.

Jika seseorang adalah seorang introvert yang tidak memiliki pengalaman berbicara di depan umum, tentu hampir tidak mungkin dia akan langsung mendapatkan kepercayaan diri dan berbicara. Itu akan membutuhkan beberapa waktu dan proses, beberapa roda ekstra. Dalam konteks ini, roda ekstra sama saja dengan membuat target tujuan untuk diri sendiri yang dapat mereka capai secara bertahap dan dengan kecepatan masing-masing diri. Misalnya, untuk pertama kali, cobalah berbicara dengan setidaknya tiga orang baru pada pertemuan pertama, kemudian empat orang pada pertemuan berikutnya, lalu lima, enam, dan seterusnya.

Lalu yang terakhir jangan takut jatuh. Kita tahu bagaimana untuk seorang anak, terkadang semuanya akan terasa mudah dan mungkin tanpa usaha. Dan itu karena kebanyakan anak memiliki tingkat kepercayaan diri yang luar biasa yang mungkin tidak dapat dipahami oleh orang dewasa lagi. Mereka, orang dewasa, cenderung memiliki terlalu banyak pertimbangan tentang risiko atau bahkan hal terburuk yang dapat terjadi dan menjadi paranoid karenanya.

Terlepas dari itu, merasakan dan menerima emosi tersebut seperti rasa takut, cemas, malu, tertekan, dan emosi lainnya juga perlu dan penting banget, kok. Kesadaran diri dan mengetahui batas diri masing-masing adalah bagian terpenting juga dari proses kamu untuk menjadi versi yang lebih baik dari diri kamu sendiri. 

Nah, jadi, yakin masih mau menjadikan introvert sebagai alasan tidak mau public speaking? Yuk berproses bersama!

Sumber: Geyer, Peter. (2012). Extraversion – Introversion: what C.G. Jung meant and how contemporaries responded. (https://www.researchgate.net/publication/264782791_Extraversion_Introversion_what_CG_Jung_meant_and_how_contemporaries_responded) Petric, Domina. (2022). The Introvert-Ambivert-Extrovert Spectrum. Open Journal of Medical Psychology (e-Journal), 11(3). (https://www.scirp.org/journal/paperinformation.aspx?paperid=118380)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini