Jam Kerja yang Lebih Panjang Dimasa Pandemi

Sudah 1.5 tahun Covid-19 mempengaruhi gaya hidup kita. New Normal menjadi normal. Bekerja dari rumah atau WFH sudah menjadi kebiasaan yang baru yang sudah dapat di adaptasi oleh para pekerja. Batasan antara kehidupan pribadi dan kehidupan professional menjadi hilang. Waktu kerja menjadi lebih lama, kita tetap mengirim email, melakukan teleconference dimana waktu kerja sudah berakhir.

Advertisement

Agus seorang karyawan swasta disalah satu perusahaan multinasional di Jakarta, mengakui hal itu, ia mengatakan “pada dasarnya kita dari kantor masih diberi waktu yang sama bekerja 9-5, tetapi faktanya banyak sekali baik dari pihak kantor atau dari pihak external ataupun clients yang mengharuskan kita bekerja diluar waktu normal tersebut ” Jepang dikenal dengan budaya overwork sudah diperingatkan sejak 30 tahun yang lalu oleh Junko Kitanaka sociologist dari Universitas Keiko. Banyak orang bekerja berjam-jam yang mengakibatkan badan mereka kelelahan, kurangnya jam tidur, hingga meninggal karena kegagalan fisik atau bahkan memilih untuk mengakhiri hidup mereka. Bekerja berjam-jam pun semakin digaungkan lewat film Wall Street yang mengagungkan untuk menghabiskan waktu berjam-jam di kantor, mengejar kekayaan, kesuksesan. Namun hal ini pun juga terjadi dihampir disemua tempat diseluruh dunia, dengan berbagai alasannya.

Co-working spaces atau ruang kerja bersama, warung kopi, tempat berkumpul secara tidak langsung diubah menjadi tempat bekerja bersama. Banyak café yang menawarkan sambungan internet yang cepat untuk menarik minat para pekerja yang WFH untuk bekerja di café mereka. Sekaligus untuk menambahkan pemasukan mereka. WHO dan ILO baru-baru ini mengeluarkan hasil riset bahwa bekerja berjam-jam dapat meningkatkan risiko kematian karena stroke dan serangan jantung. Ditahun 2016 WHO & ILO mengeluarkan list bahwa 745.000 orang meninggal karena stroke dan serangan jantung yang diakibatkan karena bekerja 55 jam seminggu.

Advertisement

“Pandemik Covid-19 telah mengubah secara signifikan cara bekerja banyak orang” kata Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dr Maria Neira Director, Department Lingkungan, Perubahan Cuaca dan Kesehatan menambahkan “bekerja 55 jam atau lebih dalam seminggu merupakan bahaya kesehatan yang serius” Lebih lanjut Dr Maria mengatakan bahwa sudah saatnya pemerintah, perusahaan, dan pekerja harus sadar terhadap fakta bahwa bekerja berjam-jam dapat menyebabkan kematian dini. Pemerintah dapat mengimplementasikan regulasi mengenai batas overtime, atau batasan maximum jam bekerja. Perusahaan-perusahaan bisa membuat perjanjian dengan pekerja untuk fleksibilitas jam bekerja dan batasan maximum total jam bekerja. Para pekerja pun harus memastikan bahwa total jam bekerja mereka tidak sampai 55 jam dalam seminggu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE