Kado Valentine's, Aku Akan Selalu Menunggumu Pulang

Aku akan selalu menunggumu pulang.

Dua bulan lamanya kita berpisah di masing-masing perantauan. Setiap hari ku menanti kabarmu, setiap hari ku ingin bisa bertatap muka walau hanya lewat video call, setiap hari hanya ditemani dengan penantian. Hari pertama, hari kedua, semua terlihat aman-aman saja.

Advertisement


Nanti aku telfon ya..


Sampai pada akhirnya, komunikasi pun terkadang tak mampu. Pekerjaanmu itu sungguh berat, membutuhkan banyak waktu, dan pastinya tenaga. Lembur dari malam hingga pagi, begitu saja setiap hari. Rutinitas yang begitu padat dan melelahkan membuatmu menjadi lebih sensitif.


"Sayang lagi apa? Maaf baru bisa ngehubungin"

Advertisement

"Iya nggak papa, Sayang. Kamu bisa ngabarin juga aku udah seneng"

"Iya Sayang"

Advertisement

"Sayang, bisa video call?"

*hilang tenggelam, 2 jam kemudian baru bales*

"Aku tu lagi sibuk"


Aku hanya ingin meminta waktu 5 menit untuk sekedar mengobrol sebentar, tetapi seolah-olah aku begitu mengganggu. Semenjak itu, aku hanya bisa terdiam, menanti sampai keadaan pulih kembali, menanti kabarmu tanpa harus menanyakan padamu. Sampai pada akhirnya kau pun menghubungiku kembali hanya untuk sekedar bercanda. Aku tak mau membahas yang telah berlalu, ku anggap ini fase pemulihan.


Kau di depan pintu, menantiku pulang. Ternyata kau memberi kejutan.


Hari itu tiba, hari dimana kau kembali dari perantauanmu. Saat itu adalah Valentine's Day. Betapa terkejutnya aku ketika melihatmu didepan pintu. Aku berlari, memelukmu erat, tanganku bergetar, sampai tak kuat untuk membuka pintu. Hari itu adalah hari yang indah, hari pertemuanku kembali denganmu.

Kita bercerita tentang hari-hari yang telah dilewati, sampai muncul pertanyaan "Apakah kamu akan selalu mendukungku? Mendukung untuk kesuksesanku." Aku berpikiran, apakah aku akan ditinggal pergi lagi nantinya? Lalu aku menjawab dengan lantang "Aku pasti mendukung!" Hingga pada akhirnya, kau memelukku dan memberiku sebuah hadiah berupa kalimat….


Saat ini aku ingin single.


Lalu aku berteriak dengan kencang, aku menangis, aku terluka. Mengapa disaat aku merasa begitu bahagia, aku juga harus merasakan kesedihan yang mendalam? Apa yang salah denganku?

Apakah aku masih belum cukup sabar untukmu? Apakah aku bukan wanita yang pantas menjadi pendampingmu? Aku benci situasi seperti ini! Aku benci perpisahan!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE