Kamu adalah Harapan di Saat Diriku Terganjal Kehampaan

Mengenai suka adalah dirimu beserta sisanya

Tak terpikir skena cinta yang tertera untukmu. Bahwasannya, kita berada di suaka yang sama. Kamu tergambar sebagai wanita manis sedang aku sosok pria bernyali kritis. Yang mana ku telah berjabat dengan suka dan berserikat dengan cinta. Kamu adalah kolega lama. Kamu adalah canda diwaktu kala. Kamu adalah cinta di saat masa dewasa.

Versiku, kamu seleraku. Kamu adalah semangat saatku darurat kuadrat. Kamu adalah harapan saat kuterganjal kehampaan. Kamu adalah senyum saat kuapatis kagum. Kamu adalah kelugasan. Kamu adalah kepemilikan. Kamu adalah masa depan.

Bila katanya jodoh ditangan Tuhan, sudikah kamu mengiyakan bahwa aku sebagai masa depan? Sudikah kamu menaati proses tanpa protes? Sudikah kamu memulai hal baik yang tanpa musyrik?

Sebab, aku berfirasat nyatanya tak kunjung mufakat. Ialah nyata adalah duka. Kamu khilaf. Khilaf yang terlanjur sampai saraf. Khilaf yang ternyata telah bertaraf oktaf. Entah, kubisa bermaaf sedang kamu belum juga insaf. Itulah dukaku.

Tapi, berubah alur duka bila kamu memberi sedikit ruang terbuka. Karena, fokusmu sekarang adalah aku yang tak ada lagi sekutu di belakangmu. Aku, yang adalah orang lamamu. Aku adalah sepengenalanmu yang bejat tapi sejatinya hakiki tahu istiadat. Inilah aku, dengan segala plus minus telah atau belum kamu sensus.

Yang kita adalah sama. Menambat cinta kepada orang perdana. Kesemuanya tidak kita ketahui jua. Awalnya selalu mempunyai banyak rasa. Lambat laun menjadi mati rasa.  Entah tak tersadari, itu perbuatan kita atau si dia. Padanya, berlakulah kita katanya sebagai budak atau yang membudaki cinta. Budak cinta, mengesampingkan cinta orang tua demi si dia yang telah berdusta. Membudaki cinta, hilang citra padahal dia mempunyai seorang ananda yang harusnya dicinta.

Kita berperan sebagai budak cinta. Tak membagi cinta kepada orang disekitar, terkhusus orang tua. Itulah mirisnya kita. Terpikirkah kamu sebenarnya mereka adalah sebuah diagnosa. Bahwa kita bukanlah cinta sejatinya. Kita bukanlah masa depannya. Sudahkah kamu merangkum jika orang perdana adalah kira-kira? Yang adalah aku satu-satunya orang lama.

Adalah aku segala citra naturalnya. Tak ada sandiwara setiap tingkah lakunya. Aku, sederhana yang apa adanya. Kamu, luar biasa dimasa senja. Maka, kubersembah kepada Yang Maha Esa bahwa masa depan adalah kamu. Berlabuh hati kepadamu bukan lagi hal wagu. Takkan ada liku menuju altar biru. Pasti, mengucap janji penuh haru di hari Minggu bersamamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Peraih cita yang lamban.