Kamu Pergi Meninggalkan Rasa Dikhianati, untuk Apa Kita Harus Berteman Lagi?

Mereka bilang berteman dengan mantan adalah bukti kedewasaan, silahkan saja, setiap orang berhak berbeda pendapat dan berbeda pikiran. Namun bagi saya, ditinggalkan dengan bumbu pengkhianatan adalah perkara yang tidak sederhana untuk dilupakan. Bukan masalah maaf-memaafkan, tapi ini adalah cara saya menjauhkan diri dari hal memuakkan. Kamu, adalah salah satu makhluk yang kehadirannya tidak lagi saya inginkan.

Kamu pergi sesukamu sendiri, sederhana sekali, ternyata memang karena sudah punya pengganti.

Kamu pasti tidak akan pernah mengakui, tapi kebersamaanmu dengannya sudah lebih dari cukup untuk dijadikan bukti. Apa perlu saya ceritakan bagaimana hebatnya kamu meremuk hati? Malam-malam setelah kamu pergi sempat saya lewati dengan payah sekali, saya sering terbangun jam 2 pagi, memeluk diri sendiri dengan tisu bertebaran di sana sini. Saya sampai merasa semesta sedang mempecundangi, bahkan menarik napas pun terasa menguras banyak energi. Kamu tidak akan pernah mengerti bagaimana saya menyeret langkah hingga mampu berjalan tegak kembali. Bagi saya kamu adalah contoh nyata dari manusia yang tidak punya hati.

Saya tidak tahu sudah berapa lama kamu mempersiapkan diri untuk berpisah, yang pasti kamu sudah menyusun skenario terbaik untuk memakai alasan sayalah yang bersalah. Hari-hari terakhir bersamamu saya hadapi dengan penuh lelah, meraba pikiranmu rasanya menjadi sangat susah, jawaban-jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan padamu tak jarang membuat saya marah, dan menebak apa yang ada di hatimu pada akhirnya membuat saya pasrah. Mungkin hubungan kita baiknya memang harus selesai sudah.

Namun saya tidak pernah menyangka sebelumnya, kamu akan begitu bahagia dengan keputusan yang ada. Saya pikir kamu dan saya akan sama menderitanya, bagaimanapun juga saya sempat percaya kamu dan saya sama-sama saling mencinta. Mengingat bagaimana dulu kamu mengejar saya, menjanjikan masa depan dan meminta saya untuk menua bersama membuat saya ternganga saat kamu bisa berpaling dengan begitu mudahnya. Yah, mungkin semua yang kamu ucapkan dulu hanyalah kembang bibir saja.

Saya sempat jumawa dicintamu sebesar dunia, tapi ternyata itu hanyalah perasaan saya saja.

Mungkin sebenarnya kamu memang tidak pernah cinta. Mungkin dulu bagimu saya hanyalah salah satu pilihan saja. Mungkin kala itu kamu hanya memenuhi rasa penasaran dengan kisah kita terdahulu yang terasa ganjil ujungnya. Mungkin keinginanmu menua bersama saya waktu itu hanya karena euforia orang yang sedang mendapatkan mainan barunya. Atau mungkin juga rasa cinta untuk saya sebenarnya memang pernah ada, tapi bagimu tidak pernah cukup hanya ada satu wanita. Kamu selalu punya cadangan lainnya.

Apapun segala kemungkinan-kemungkinan yang meremuk hati saya waktu itu tidak akan saya pikirkan lagi. Membuka kembali kenangan yang saya lewati bersamamu selalu saja terasa mengiris hati. Bukan karena saya menginginkanmu kembali, bukan, tetapi itu hanya akan membuat saya merasa bodoh sendiri. Saya tidak lagi mau menyesali keputusan saya karena telah menerimamu kembali. Bagaimanapun juga dulu kamu pernah pergi, lalu tiba-tiba saja kamu datang dengan segala pengakuan dan penjelasan mengapa perpisahan itu terjadi. Kamu memberi banyak janji, bersumpah tidak akan pernah pergi lagi, membuat saya memahami hal pahit dan masam yang dulu kamu alami. Kamu, memang benar-benar rajanya menarik simpati.

Setelah saya dengan rela memaafkanmu, mendekapmu kembali ke pelukan saya, memberikan seluruh cinta yang saya punya, memintal asa untuk hidup bersisian selamanya, akhirnya seperti yang terjadi sebelumnya, kamu kembali memasukkan nama lain dalam cerita kita. Apa kamu menyadari bagaimana saya sangat terluka? Kamu pergi dengan suka cita, menggandeng mesra dirinya, lalu memamerkannya kepada saya. Apa berlebihan jika saya menyebutmu manusia yang sudah tidak jalan akalnya, juga tak berfungsi perasaannya?

Cukup sudah Tuan, setelah hari ini jangan pernah datang lagi. Sampai kapanpun nanti kamu tidak perlu menjelaskan apapun pada saya mengapa kemarin kamu pergi lagi. Tidak perlu menawarkan hubungan apapun yang bisa dijalin kembali. Seorang karib tidak akan pernah mematahkan hati, sahabat juga akan sangat pantang mengkhianati. Saya sudah mensyukuri kamu yang akhirnya pergi. Saya berterimakasih karena kamu menunjukkan bahwa dirimu tidak sebaik yang saya pikir selama ini.

Kamu pergi meninggalkan rasa dikhianati, lalu apa bagusnya jika saya berteman denganmu lagi?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Yang kutulis belum tentu diriku