Kebiasaan Anak Muda yang Suka Mengeluh

Siapa nih yang setiap hari suka mengeluh?

Setiap hari, rasanya kita selalu mendengar teman atau bahkan diri sendiri mengeluh mengenai berbagai hal yang terjadi di sekitar kita. Mulai dari persoalan pribadi, pekerjaan, lingkungan sosial, hingga situasi politik yang tidak memuaskan. Apalagi di kalangan mahasiswa ketika banyak tugas, banyak praktikum, dikejar deadline laporan, dan hal-hal tidak mengenakkan lainnya kita pasti akan mengeluh.

Advertisement

Namun, tanpa disadari kebiasaan mengeluh itu akan terbawa ke hal-hal kecil yang sebenarnya biasa saja. Misalnya panas sedikit mengeluh, kedinginan mengeluh, jalan jauh sedikit mengeluh, dan hal lainnya. Padahal setelah dipikir-pikir, bisa saja loh kita menjalankan segala sesuatu tanpa mengeluh.

Artikel ini akan membahas mengenai kebiasaan mengeluh pada anak muda, mengapa kebiasaan ini sering terjadi, serta dampak yang dapat terjadi pada diri kita sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Artikel ini juga akan membahas alasan mengapa kebiasaan mengeluh harus kita hindari. Selain itu, akan diberikan beberapa tips untuk mengatasi kebiasaan mengeluh dan menjadi pribadi yang lebih positif dan bersemangat. Yuk, simak artikel berikut ini!

Mengeluh itu apa?

Advertisement

Mengeluh adalah ungkapan kekecewaan atau ketidakpuasan seseorang atas sesuatu yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan anak muda yang suka mengeluh merupakan masalah yang sering terjadi yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan sosial. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena kebiasaan mengeluh yang berlebihan dapat menghambat perkembangan individu dan mengurangi produktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak apa yang ditimbulkan jika terlalu banyak mengeluh?

Advertisement

Menurut pakar psikologi, mengeluh merupakan bentuk coping mechanism yang dapat menghilangkan stres. Keluhan yang terlalu sering diungkapkan menjadi pertanda buruk kesehatan mental seseorang.

Seseorang yang sehat secara mental cenderung menerima diri mereka sendiri dan orang lain apa adanya, serta optimis terhadap kondisi sekitar. Sementara orang yang banyak mengeluh akan merasa tertekan dan mengalami penurunan fungsi kognitif atau emosional.

Apabila tidak segera menghindari atau mengurangi kebiasaan mengeluh, maka akan menimbulkan dampak yang cukup berbahaya, yaitu:


  1. Mengeluh dapat menurunkan sistem imun tubuh. Menurunnya kemampuan tubuh untuk melawan penyakit (imunitas) dapat memberikan kesempatan bagi virus dan bakteri penyebab penyakit untuk berkembang biak dan menetap di dalam tubuh (Prof. Suzane Segertorm, Univ. of Kentucky).

  2. Mengeluh dapat menambah masalah baru. Media sosial menjadi tempat paling mudah bagi orang untuk mengeluh. Siapa pun dapat mengekspresikan pikirannya tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Namun, menyebutkan nama orang yang membuat kesal atau menyertakan merek dan nama institusi dalam keluhan yang ditulis dalam media sosial dapat menimbulkan masalah baru bagi diri sendiri.

  3. Mengeluh dapat membuat diri tampak lebih buruk. Mengeluh membuat diri tampak seperti orang yang mudah putus asa dan kurang bersyukur, sehingga membuat orang lain menganggapmu lemah dan meremehkanmu, mungkin bisa menjadi malas berteman denganmu.

  4. Mengeluh dapat memperpendek usia. Berdasarkan hasil sebuah survei, seseorang yang jarang mengeluh usia hidupnya lebih panjang sekitar 9 sampai 10 tahun dibandingkan dengan yang sering mengeluh.

  5. Mengeluh dapat membuat kita dikucilkan. Terlalu sering mengeluh menyebabkan kita dijauhi oleh orang-orang di sekitar kita, karena mereka merasa bosan jika harus berhadapan dengan orang yang sering mengeluh.

Salah satu penyebab kebiasaan anak muda suka mengeluh adalah kurangnya rasa syukur akan apa yang telah diperoleh dalam hidupnya. Namun, jika kebiasaan ini berlebihan dan dilakukan tanpa berpikir, maka akan menjadi sebuah kebiasaan buruk yang sebisa mungkin harus dihindari.

Apa sih alasan mengapa kebiasaan mengeluh harus kita hindari?

Alasan pertama, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Mengeluh hanya akan membuat kita merasa lebih buruk dari sebelumnya, mengeluh akan membuat masalah terasa semakin berat dan sulit diatasi. Alasan kedua, mengeluh dapat menyebabkan orang-orang di sekitar kita menjadi tidak nyaman.

Hal tersebut dapat membahayakan hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita, terutama dengan keluarga atau teman-teman. Alasan ketiga, mengeluh membuat kita menjadi tidak bersemangat, kita cenderung kehilangan motivasi atau gairah untuk melakukan sesuatu. Mengeluh juga berdampak buruk bagi kesehatan mental, seperti meningkatkan risiko stress, depresi, dan kecemasan.

Bagaimana cara untuk mengurangi atau mengatasi kebiasaan mengeluh?

Terdapat beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi atau mengatasi kebiasaan mengeluh, anatara lain:


  1. Introspeksi diri.

  2. Membangun kebiasaan yang positif dan mendukung kehidupan sosial dan mental yang sehat.

  3. Hindari menggunakan media sosial sebagai tempat unjuk rasa atau curhat kemarahan yang sebenarnya bisa ditangani dengan cara lain yang lebih positif.

  4. Gunakan media sosial sebagai faktor positif dalam hidup seperti mencari informasi atau mempromosikan sesuatu yang bermanfaat.

  5. Belajar untuk merasa bersyukur atas apa yang telah dimiliki dan menghargai setiap momen dalam hidup.

  6. Meningkatkan rasa optimisme dan memandang kehidupan dari segi yang positif. Ini akan membantu individu untuk lebih percaya diri dan tidak mudah merasa putus asa atas situasi yang sulit.

Demikianlah pembahasan mengenai kebiasaan anak muda yang suka mengeluh. Sebagai generasi penerus yang akan memimpin masa depan, sudah semestinya kita memulai menjalankan perubahan perilaku yang lebih positif seperti mengganti keluhan dengan rasa syukur dan semangat untuk menyelesaikan masalah.

Tindakan kecil dapat memberikan dampak besar bagi kehidupan kita dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, mari kita berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih bersyukur, berpikiran positif, dan menjadi pemuda yang lebih produktif dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Terima kasih.

Sumber: (Prof. Suzane Segertorm, Univ. of Kentucky)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini