#RemajaBicaraKespro-Pengalamanku Saat Pertama Kali Menstruasi: Begitu Menakutkan, Mengapa?

Menstruasi di bangku sekolah dasar

Halo, Sobat Hipwee! Kenalin namaku Lovina Jayanti, akrab disapa Lovina. Aku lahir di Lamongan, pada tanggal 19 Februari 2002. Yap, di tahun 2021 ini aku genap berusia 19 tahun. Aku tinggal di desa yang mayoritas masyarakatnya minim akan pendidikan, terutama mengenai pendidikan reproduksi.

Advertisement

Ketika ada aktivis yang melakukan penyuluhan atau memberikan pendidikan mengenai hal reproduksi di masyarakat, hal tersebut bukan malah membuka pikiran masyarakat, melainkan mendorong masyarakat untuk berfikir ke arah yang negatif. Oleh karena itu, semenjak aku kuliah di jurusan kesehatan masyarakat aku paham bahwa melakukan pendekatan kepada masyarakat bukanlah hal yang mudah.

Namun, kita tidak boleh diam begitu saja mengingat kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang semakin marak terjadi. Kita harus turut bergerak membawa perubahan. Untuk memulai langkahku, aku ingin mau membagikan pengalaman menarikku saat pertama kali menstruasi nih. Happy reading all!

Saat aku duduk di kelas 4 SD, tepatnya berusia 10 tahun, aku sangat suka bermain. Setiap hari aku selalu bermain bersama teman-teman sebayaku, entah itu bermain masak-masak, petak umpet, bermain boneka, dan permainan tradisional lainnya yang membuatku merasa sangat bahagia. Tidak seperti anak jaman sekarang, tidak mengenal apa itu permainan tradisional atau tradisi budaya, yang mereka tahu hanyalah game-game yang ada di gadget, sangat memprihatinkan.

Advertisement

Okay, back to topic. Pada suatu hari aku bermain boneka di rumah bersama teman-teman terdekatku, kami asik bermain bersama. Rumahku penuh dengan boneka. Bonekaku saja sudah sangat banyak, apalagi ditambah dengan boneka teman-temanku yang selalu dibawa ke rumah saat kami main bersama. Rumahku serasa berubah menjadi rumah boneka. Seru kali ya apabila aku open a doll house tour, kan tiketnya lumayan tuh buat nambah uang jajan, hehehe canda.

Waktu itu, di tengah-tengah permainan aku merasa ada yang aneh dengan diriku sendiri. Tiba-tiba aku merasa cemas, mudah marah, tanpa diketahui apa penyebabnya. Teman-temanku pun lama-lama mulai tidak nyaman dengan sikapku yang mendadak berubah drastis. Akhirnya mereka pulang, so sad. Saat teman-temanku pulang aku merasa sedih plus takut karena aku di rumah sendiri. Orang tuaku waktu itu sedang ada urusan di luar rumah. Well, aku ditinggal di rumah sendiri dan teman-temanku semuanya pergi. Merasa kesepian, aku pun ketakutan.

Advertisement

Tidak lama kemudian rokku basah. Aku kira terkena air atau dikencingi oleh binatang liar seperti tikus, haha. Ternyata tidak, aku lihat rokku berwarna merah semacam darah. Akhirnya aku bergegas ke kamar mandi.

Saat di kamar mandi, aku sangat takut, gelisah, juga sedih sampai akhirnya aku menangis karena melihat bagian tubuhku ada yang berdarah. Aku berpikir bahwa aku terkena penyakit serius. Negative thinking terus berputar di otakku. Sampai-sampai aku berpikir bahwa umurku tidak akan lama lagi, duh.

Setelah dari kamar mandi, aku berganti pakaian karena aku rasa darah itu sudah tidak keluar lagi. Setelah berganti pakaian, aku hendak pergi meninggalkan rumah dan mengunjungi rumah nenekku. Sebelum aku membuka pintu rumah, aku merasa celanaku kembali basah dan ketika aku cek di kamar mandi darah itu keluar lagi.

Tidak ada seorang pun di rumah dan aku merasa sangat ketakutan. Aku menangis terisak-isak sambil memanggil nama ibu. Setelah dari kamar mandi, aku merenung di ruang keluarga. Disitu aku memikirkan banyak hal yang negatif, mulai dari takut terdiagnosa kanker, harus menjalani rawat inap di rumah sakit yang sangat membosankan, dan hal lainnya yang membuatku merasa tidak tenang.

Tidak lama kemudian ibuku datang. Aku bergegas memeluk ibu dan menceritakan semuanya. Aku masih menangis dan anehnya ibuku malah tersenyum sambil berkata, “Wah, anak Ibu sudah menstruasi, berarti anak Ibu sudah mulai remaja”. Aku bingung apa itu menstruasi. Apa kaitannya menstruasi dengan remaja.

Setelah itu, ibu menceritakan banyak hal kepada diriku mengenai menstruasi. Aku tidak percaya bahwa anak sekecil aku sudah mengalami menstruasi. Namun kata ibu itu merupakan hal yang wajar karena menstruasi bisa dialami oleh anak perempuan minimal usia 10 tahun, bahkan ada yang mengalami menstruasi di bawah usia 10 tahun, yaa sekitar usia 8-9 tahun. Sedangkan aku hendak memasuki usia 11 tahun.

Namun aku masih takut karena pengetahuanku mengenai menstruasi sangat minim. Itu pun aku peroleh hanya melalui ibu saat aku sudah mengalaminya. Sebelumnya aku tahu apa itu menstruasi. Guru mengajiku sudah berulang kali menjelaskan, tetapi hanya gambaran sempitnya saja.

Intinya, yang mereka jelaskan hanyalah ketika perempuan mengalami menstruasi, ia diharamkan untuk melakukan berbagai macam ibadah seperti salat, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya. Mereka tidak menjelaskan mengenai pra-menstruasi atau pendidikan menstruasi pada anak usia dini agar setiap anak perempuan mempunyai persiapan yang kuat dalam menghadapi menstruasi, entah itu dari segi fisik, mental, maupun sosial.

Yap, anak perempuan usia dini dalam menghadapi menstruasi tidak harus sekadar siap fisik, melainkan juga harus siap mental dan sosial agar tidak mengalami kejadian serupa seperti diriku. Di samping kondisi mentalku yang belum siap, lingkungan sosialku pun juga tidak mendukung. Kembali lagi, aku tinggal di pedesaan yang mayoritas masyarakatnya tidak tahu mengenai pendidikan reproduksi.

Saat aku mengalami menstruasi, jutsru aku di-bully oleh teman-teman sebayaku. Banyak yang menghinaku. Aku pun tidak berani mengatakan hal tersebut kepada orang tua. Aku hanya bisa memendam dan menguatkan diri sendiri, toh aku juga tidak bersalah. Mereka beranggapan bahwa anak seusiaku yang sudah mengalami menstruasi bukanlah hal normal sehingga aku menjadi korban bullying di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Untungnya, aku mampu berdiri di tengah-tengah cemooh itu. Aku mampu menjadi pribadi yang kuat, dan sejak saat itu aku berusaha mencari tahu mengenai menstruasi agar pikiranku semakin terbuka dan tidak terhanyut oleh omongan orang yang menyesatkan.

Sekian cerita mengenai secuil pengalaman menstruasiku. Apabila teman-teman ingin mengetahui cerita lebih lanjut, look forward to the next article, yaa. Ingin sekali aku turut menyerukan betapa pentingnya kesehatan reproduksi di tengah masyarakat. Akan tetapi, ilmuku masih belum luas.

Aku mau melanjutkan studi S2 kesehatan reproduksi nih teman-teman. Doain ya agar aku bisa membawa perubahan kepada negeri ini, khususnya dalam meminimalisir kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Semoga tulisan singkat ini bisa memulai langkah awalku, hehe. Thank you allQ

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang.

CLOSE