Saat Pekerjaan Membuat Hati Bahagia, Apakah Perlu Keluar dari Zona Nyaman?

Keluar dari zona nyaman


“Jangan biarkan dirimu terjebak di zona nyaman”


Advertisement

Pernahkah kamu mendengar nasihat seperti itu? Atau justru acapkali?

Banyak sebagian dari kita terutama generasi yang populer generasi millenial masih memandang bahwa zona nyaman adalah zona yang harus dihindari. Zona nyaman hanya akan membunuhmu pelan-pelan, untuk itulah kita harus keluar dari zona nyaman tersebut.

Berjuang di zona yang tidak nyaman demi menjadi pribadi yang lebih baik. Benarkah demikian? Mari kita pahami ulang bagaimana makna zona nyaman itu.

Advertisement

Dalam kamus besar bahasa indonesia kata nyaman memiliki makna segar, sehat, sedap, sejuk, enak. Coba dibaca ulang, adakah diantara kata-kata itu yang mengandung makna negatif? Bukankah hal-hal sangat didambakan manusia?

Paling banyak dikatakan bahwa zona nyaman adalah situasi dimana diri kita tidak mendapat banyak tekanan sehingga kita terbuai untuk tidak berkembang menjadi pribadi yang lebih produktif atau inovatif.

Advertisement

Bahkan banyak juga artikel yang menggambarkan arti zona nyaman sebagai sesuatu hal yang sangat mengerikan. Zona nyaman dikatakan dapat ‘membunuh’ kita secara perlahan, zona nyaman dapat menghambat softskill dan hardskill kita. 

Pengusaha yang terjebak zona nyaman terancam tinggal menunggu waktu bangkrut. Karyawan yang terjebak di zona nyaman terancam tidak mempunyai jenjang karir yang jelas, semuanya mengarah pada masa depan kita yang terancam suram dan gagal.

Tekanan-tekanan yang sebelumnya tidak dirasakan saat menjalankan rutinitas akhirnya justru muncul dan memaksa kita untuk sesegera mungkin keluar dari zona saat ini.

Sebagai contoh, masih ingat reality show “Bosan Jadi Pegawai” di salah satu stasiun televisi?  Disana digambarkan bahwa menjadi karyawan adalah pekerjaan yang menjebak kita di zona nyaman. Pekerjaan sebagai karyawan tidaklah dapat membuat seseorang menjadi berkembang secara softskill dan hardskill.

Reality show itu mencontohkan solusi untuk keluar dari zona nyaman si karyawan yakni dengan resign dan menjadi pengusaha.  Asumsi itu memang terlihat sudah sebagaimana mestinya.

Pandangan itu bisa menjadi masalah jika si mantan karyawan banting setir dari seorang karyawan menjadi pengusaha hanya karena takut dengan zona nyaman yang disebut orang-orang. Padahal si mantan karyawan belum tentu mampu untuk berada di zona tidak nyamannya dunia pengusaha.

Media dan panggung motivasi sering membanggakan seorang karyawan yang memutuskan resign dari perusahaan untuk mendirikan usahanya sendiri. Tapi pernahkah ada yang meriset berapa persen dari karyawan yang resign dan mencoba dunia pengusaha akhirnya bisa tahan banting dan berkembang pesat sebagai pengusaha? Pernahkan diangkat kisah orang-orang yang menyesali keputusannya keluar dari zona nyamannya?

Sebelum kamu terlanjur terbuai dengan ajakan keluar dari zona nyamanmu, tidak ada salahnya kamu renungkan hal-hal berikut:

Kita butuh rasa nyaman

Pada dasarnya rasa aman dan nyaman adalah kebutuhan naluriah manusia. Perkembangan zaman dengan berbagai teknologi semuanya bertujuan agar memudahkan aktivitas manusia yang diharapkan pula dapat meningkatkan produktivitas.

Dulu manusia menggunakan kuda sebagai alat transportasi utamanya, karena kuda dianggap sulit dikendalikan dan membahayakan maka manusia menciptakan sepeda beroda yang bisa dikendalikan sesuka hati serta perawatannya pun lebih murah dari seekor kuda. Lama-kelamaan sepeda dirasa sangat melelahkan, akhirnya manusia menemukan mesin kendaraan bermotor yang jauh lebih nyaman.

Masih banyak penemuan lain yang membuat kita lebih nyaman dan kita tidak bisa menafikan bahwa kita butuh kenyamanan itu.

Zona Nyaman atau Zona Tidak Mau Berkembang

Definisi-definisi zona nyaman yang ada semuanya mengarah pada kekhawatiran akan sulitnya kita untuk berkembang baik secara softskill maupun hardskill. Menyamakan diksi nyaman dengan tidak bisa berkembang rasanya kurang tepat. Ada pandangan lain yang bisa kita simak.

Cerita seekor kura-kura yang balapan dengan seekor kancil yang mana pada akhirnya dimenangkan kura-kura karena si kancil memilih istirahat ketika sudah memimpin jauh. Sikap si kancil itu lebih tepatnya disebut sebagai sikap tidak mau berkembang, merasa cepat puas. Padahal jika ia terus saja berlari maka ia bisa sampai lebih dulu dengan catatan waktu yang sangat jauh dibandingkan si kura-kura.

Jika berbicara soal nyaman, bukankah si kura-kura nyaman-nyaman saja beradu lari dengan kancil yang ia tahu akan tertinggal jauh dari kancil sejak awal perlombaan? Tapi si kura-kura tetap santai untuk terus berjalan semampunya.

Jadi, kita harus membedakan antara rasa nyaman dan rasa tidak mau berkembang atau lebih tepatnya disebut malas. Pengusaha yang usahanya bangkrut karena kalah bersaing dengan saingan baru padahal sebelumnya menguasai pasar lebih karena ia malas untuk berkembang lebih jauh. Dorongan rasa ingin berkembanglah yang membuat perusahaan baru mengalahkan perusahaan lama.

Rasa Nyaman Dapat Meningkatkan Produktivitas

Pernahkah kamu berpikir kenapa ilmuwan-ilmuwan dulu seperti Albert Einsten, Thomas Edison, Nicolas Tesla, Isaac Newton mampu menemukan ribuan penemuan? Yang harus mereka lakukan untuk meraih itu adalah menghabiskan waktu dengan membaca buku, bereksperimen tanpa menyerah.

Mengapa mereka mampu? Karena mereka menyukai hal yang mereka pelajari, mereka nyaman menjalaninya sehingga tidak merasakan bosan dan lelah setelah ribuan kali gagal. Mereka tidak cepat puas dan ingin selalu berkembang.

Kenapa Cristiano Ronaldo bisa menjadi atlet sepakbola terbaik dalam dekade terakhir? Padahal setiap hari ia akan melakukan sit up sedikitnya 3000 kali! Tentu saja berat, tapi ia tidak merasa keberatan. Jika ia keberatan tak mungkin ia bisa konsisten melakukannya. Jawabannya adalah karena ia nyaman melakukannya dan juga sikapnya yang selalu ingin berkembang dan meraih lebih.

Sebuah penelitian oleh Andrew J. Oswald dkk. dari University of Warwick pada tahun 2015 di Inggris sana membutuhkan bahwa dari 713 responden, kebahagiaan dapat meningkatkan produktivitas antara 10 hingga 12 persen. Salah satu sebab yang menjadikan seseorang bahagia tentu saja rasa nyaman. Jadi zona nyaman tidaklah seburuk yang dibicarakan banyak orang. Bedakan antara zona nyaman dan zona malas.

Poinnya adalah temukan zona nyamanmu, temukan hal yang paling kamu sukai seperti Einsten dengan eksaknya dan Ronaldo dengan sepakbolanya. Ibarat orang sudah jatuh cinta, jika harus menyebrangi lautan untuk bertemupun akan dilakukan karena merasa nyaman dengan orang yang dicintai.

Jika kamu suka dengan dunia musik, jalani zona nyamanmu di dunia musik. Bakatmu akan terasah karena kamu berlatih dengan cinta dan rasa nyaman. Jika kamu suka dengan berdagang, jalani zona nyamanmu di dunia usaha dengan penuh kenyamanan. Jikapun usahamu sedang lesu, kamu tidak menyerah karena kamu nyaman untuk berkembang.

Begitu pula jika kamu seorang karyawan atau pegawai yang mana kalian yang sering disebut sebagai manusia dengan zona nyaman. Tidak ada salahnya merasa nyaman menjadi karyawan atau pegawai selama kalian mau berkembang menjadi karyawan dan pegawai yang produktif karena itulah duniamu, itulah ‘jalan ninja’mu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku, kopi, dan musik.

CLOSE