Kemampuan Menjalin Hubungan Ditinjau dari Gaya Kelekatan

Macam-macam gaya kelekatan

Menjalin hubungan atau membangun sebuah relasi antar individu satu dengan yang lain maupun kelompok merupakan insting alami setiap manusia. Kenapa demikian? Karena manusia adalah makhluk sosial, apalagi untuk negara dengan budaya kolektif seperti Indonesia dimana berbagai kegiatan sebagian besar dilakukan bersama-sama dan saling membutuhkan bantuan satu sama lain. Tentu kemampuan menjalin hubungan yang baik atau kemampuan interpersonal diperlukan agar kita bisa beradaptasi dan berbaur dengan lingkungan sosial.

Advertisement

Akan tetapi apa saja hal yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain baik itu teman, sahabat, pacar, maupun pasangan hidup? salah satunya yaitu kelekatan atau attachment. Kelekatan atau attachment merupakan teori yang dikemukakan pertama kali oleh John Bowbly seorang psikolog dari Inggris, yang pernah melakukan pengamatan pada beberapa orang tua dengan perilaku tertentu yang diyakini memiliki pengaruh dengan perilaku dan pengalamana emosional anak.

Teori kelekatan ini menjelaskan dasar ikatan emosional seseorang dengan orang lain (Helmi, 2015). Jadi kelekatan ini sudah terjadi sejak anak lahir dimana anak memiliki hubungan emosional pertama kali dengan pengasuh atau orang tua secara fisik dan bersifat mengikat. Kelekatan ini nantinya dijadikan dasar untuk menjalin hubungan dengan orang lain dimasa depan. Pada penelitian yang dilakukan Bowbly orang tua dengan perilaku tidak responsive terhadap kebutuhan anak menimbulkan kelekatan tidak aman yang memungkinkan anak mengalami kesulitan untuk bekerja sama dengan orang lain dan mengatur suasana hati, sehingga sulit untuk membangun hubungan baru dengan orang lain. Sedangkan pada orang tua atau pengasuh yang responsif, penuh kasih sayang memungkinkan anak menjadi individu yang terbuka dan mudah menjalin hubungan dengan orang lain.

Ainsworth juga membagi kelekatan menjadi dua yaitu. Kelekatan aman yang mengakibatkan anak memiliki pandangan positif terhadap dirinya, penuh dorongan, bersahabat, dan penuh kasih sayang, dimana ciri-ciri tersebut memberi pengaruh positif pada kemampuan sosial anak. Kemudian kelekatan tidak aman yang dibagi lagi menjadi dua yaitu cemas dan menghindar yang menyebabkan kurangnya kepercayaan dalam menjalin hubungan, contohnya yaitu ragu terhadap pasangan.

Advertisement

Setelah mengetahui pengertian dari kelekatan itu sendiri ternyata kelekatan memiliki beberapa gaya sebagaimana yang dikemukakan oleh Hazan dan Shaver 1987 dimana kelekatan memiliki tiga gaya terdiri dari Secure, Avoidant, dan Anxious. Individu dengan gaya kelekatan Secure mudah untuk dekat pada orang lain begitu pula sebaliknya ketika orang lain dekat padanya juga merasa nyaman, tidak khawatir jika orang lain meninggalkan atau justru sangat dekat dengannya. Gaya Avoidant, individu dengan gaya kelekatan ini merasa tidak nyaman dan sulit untuk mempercayai orang lain, merasa gugup ketika seseorang terlalu dekat dengannya secara emosional. Gaya kelekatan yang terkahir yaitu Anxious/Ambivalent dimana individu dengan gaya kelekatan ini merasa orang lain tidak mau dekat dengan dirinya meskipun ia ingin dekat dengan orang tersebut, merasa khawatir jika orang lain tidak memiliki perasaan yang sama dengannya atau mencintainya, dan cenderung ingin terus bergantung pada pasangan yang justru membuat pasangan menjadi lelah dan takut.

Dari penjelasan diatas ternyata terdapat berbagai gaya kelekatan yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh bagaimana hubungan emosinal pertama kali terjalin ketika anak lahir dengan perilaku orang tua atau pengasuh dalam memenuhi dan merespon kebutuhan anak. Oleh karena itu penting bagi para orang tua maupun calon orang tua memiliki pemahaman akan kelekatan, agar hubungan yang dijalin dengan anak menghasilkan pola kelekatan yang mampu mendukung anak memiliki cara pandang pada dirinya sendiri sebagai individu yang positif dan cara pandangnya terhadap keadaan sosial dengan baik pula sehingga bisa menjalin hubungan yang baik dengan orang lain di lingkungan sosial.

Advertisement

Sumber


  • Helmi, A. F. (2015). Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 9.

  • Lopez, S. J., Pedrotti, J. T., & Synder, C. R. (2015). Positive Psychology (Third Edition ed.). USA: SAGE.

  • Eliasa, E. I. (2011). Pentingnya Kelekatan Orangtua dalam Internal Working Model untuk pembentukan Karakter Anak (Kajian Berdasarkan Teori Kelekatan dari John Bowlby). dalam Karakter sebagai Saripati Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Yogyakarta: Inti Media Yogyakarta Bekerjasama dengan Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE