Kenangan Bersama Bulang

Bulang (bahasa batak karo untuk menyebut kakek)

Advertisement

Waktu kecil adalah salah satu waktu terbaik di hidupku, bagaimana tidak? Aku dikelilingi oleh orang-orang yang mengasihiku, bermain dan dilimpahi kasih sayang yang hangat. Jika  aku memutar roda memori banyak kenangan manis telah ku alami dan sering sekali ku putar ulang di pikiran saat hari-hari terasa menyebalkan. Salah satu yang berkesan adalah hari-hari bersama bulang.

Saat aku mendengar kata bulang, memori yang selalu menghujaniku adalah masa kecil bahagia bersama sosok jangkung dan kurus dengan kulit cokelat, kepala yang ditumbuhi rambut-rambut putih hampir mendekati botak, gigi yang telah ompong seluruhnya, kemeja, celana keper dan rokok daun dalam plastik lengkap dengan mancisnya selalu ada di kantong kemeja depan bulangku.

Bulang adalah sosok yang ramah dan suka mengajak kami berkeliling rumah dengan sepeda onthel miliknya. Aku dan kakak sangat senang setiap kali bulang ajak jalan-jalan bersamanya. Biasanya bulang akan mengikat perut kami dengan perutnya menggunakan kain jarik agar kami tidak jatuh, lalu bulang akan menyuruhku memegang pinggangnya dan kakak memegang pinggangku. Kami tidak berkeliling jauh hanya sekitaran rumahnya saja.

Advertisement

Bulang punya kedai kesukaannya, sampai sekarang pun kedai itu masih ada hanya bangunannya telah berubah. Sewaktu aku masih kecil kedai tersebut masih berlantaikan papan begitu juga dindingnya, sekarang sudah lebih kokoh dengan berlantaikan semen dan berdindingkan batu bata yang di cat warna putih. Dulu bulang suka sekali mengajakku ke sana hampir setiap pagi, kadang bulang membelikan lontong sayur, kadang teh manis dan bakwan, sementara bulang suka sekali minum kopi dan makan bakwan disana. Teh manis disajikan dengan piring kecil di bawah gelasnya dan bulang selalu mendinginkan teh manis milikku dalam piring tersebut. Setelah tehnya dingin aku selalu meminumnya langsung dari piring kecil tersebut. Seingatku kedai tersebut selalu ramai dan bulang memiliki banyak teman di sana, kadang kami duduk bersama temannya kadang hanya kami berdua.  

Lalu ada kenangan saat bulang selalu memutar lagu-lagu karo dari radio. Ia punya kursi kebesarannya di rumah, kursi plastik merah yang selalu ia duduki dengan radio tepat berada di sampingnya. Dulu aku tidak mengerti bahasa karo jadi aku hanya diam dan mengamati bulang yang duduk sambil menggerak-gerakan kecil jarinya saat musik-musik tersebut diputar.  

Advertisement

Masa kecil diriku dan kakak kebanyakan kami habiskan di rumah bulang. Setiap  pagi mamak akan mengantarku ke kerumahnya dan mengantar kakak pergi sekolah TK sebelum akhirnya berangkat bekerja. Hal tersebut terus berlangsung hingga kami memasuki sekolah dasar. Dulu setiap kali aku dan kakak pulang sekolah, bulang dan dodong (nenek dalam bahasa karo) akan membawa kami pergi ke sawah, bulang dan dodong adalah petani. Jarak rumah ke sawah cukup jauh, jadi bulang selalu membonceng kami berdua di sepedanya.

Di sawah aku selalu bersama bulang sementara kakak selalu bersama dodong. Aku selalu mengikuti bulang kemanapun ia pergi. Selain menanam padi bulang juga menanam kacang panjang. Di masa itu, saat bulang sibuk dengan kacang panjangnya, aku juga sibuk berburu kodok-kodok kecil yang berkeliaran di bawah pohon kacang panjang, aku suka sekali menangkap kodok yang berukuran kecil dan memasukkannya ke dalam plastik, entah untuk apa. Aku juga suka berlari mengejar belalang atau capung, capung dengan warna sayap kuning selalu menjadi kesukaanku dulu. Tidak seperti bulang dan dodong yang selalu bekerja keras di sawah, aku dan kakak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain.

Menjelang tengah hari bulang akan membawa aku dan kakak ke kedai yang dekat dari sawah, kami bertiga suka makan pisang goreng disana. Seingatku hanya sebentar waktu kami habiskan di sana karena kami harus kembali ke sawah untuk makan siang bersama dodong. Bulang  dan dodong memiliki gubuk yang cukup besar di sawah, berlantai papan dan beratap daun kelapa kering, kami selalu makan siang di gubuk tersebut dan setiap kali makan siang bulang akan memotong daun pisang untuk menjadi piring makan. Kami kembali ke rumah saat sore hari, dalam perjalanan pulang sering sekali kami menjumpai kambing atau lembu yang juga dalam perjalan pulang setelah di angon.

Ada juga satu kenangan bersama bulang yang kalau ku ingat sekarang akan terasa sedikit mengerikan dan juga lucu disaat yang bersamaan. Dulu bulang suka sekali memotong kuku kami dengan parang, parang yang panjang dan besar melebihi besar pisau dapur biasa juga sangat tajam. Saat ia memotong kuku kami, aku dan kakak akan bergantian duduk di pangkuan bulang dan sebelum mulai memotong kuku, bulang selalu mengingatkan kami untuk diam dan jangan bergerak sampai ia selesai memotong kuku dengan parangnya tersebut, hahahaha sungguh kenangan yang lucu. Aku pernah menceritakan pada mamak kisah tentang kenangan itu, kata mamak zaman dulu bulang belum mengenal alat potong kuku makanya ia gunakan parang untuk memotong kuku kami.

Dua tahun lalu bulang telah berpulang ke rumahnya di surga, setiap kali aku teringat akan beliau, senyum semringah dan hati yang menghangat selalu melingkupiku, ia telah memberikan kasih sayang yang berlimpah padaku, pada kami semua. Sekian kisah memori tentang aku dan bulang kesayangan kami.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Live Well

CLOSE