Kenapa Hanya Aku yang Merindu, Sedangkan Kau Tenang Disisinya?

Meski kini sudah tak lagi aku terdiam dalam lamunan akan dirimu, namun masih terlintas bayangan akan kenangan yang masih sulit aku lupakan. Bagaimana tidak sulit untuk melupakannya?, Aku masih harus menata hati ini untuk bersiap menyambut hati yang baru. Bukannya, tanpa alesan mengapa sampai saat ini aku masih saja merindu dirimu. Kebersamaan kita yang sudah terlanjur dalam, bahkan sampai seluruh keluargaku menyayangkan harus berakhirnya “KITA”.

Advertisement

Kadang setiap malamku ada siluet dirimu yang begitu nyata hadir, kau datang sama seperti sebelum kau menyakiti hati ini. Setiap itu pula aku selalu bertanya.

Mungkinkah kau disana juga memimpikan diriku?, bukankah mimpi adalah tanda rindu yang terpendam?. Lalu mengapa hanya aku yang merindu, hingga hanya aku yang memendam sakit rindu ini?

Aku tahu kau sekarang sudah bahagia dengan wanita yang dengan baik merebutmu dari genggamanku. Sudahlah, bukan saatnya lgi aku menyalahkan apa yang terjadi kepada wanita itu. Kini perlahan aku kembali membuka pintu hati yang sudah dengan sengaja kau banting hingga remuk. Meski bentuknya sudah tak sama, tapi pintu hati ini perlahan membuka kembali rasa yang pernah mati.

Advertisement

Merindukan dirimu adalah hal yang sangat menyiksa batin ini, dalam diam aku mencoba meredam rindu ini. Sudah berapa lama rindu ini tak terobati oleh tawa dan senyuman darimu. Kini, aku hanya mampu berdoa tiap kali rindu ini melanda. Bukankah itu adalah obat terbaik?

Aku kini mencoba melabuhkan rindu ini pada Lelaki-ku, yaa…rindu yang dulu untuk dirimu dan hanya untuk dirimu. Kini aku labuhakan untuk dia, mungkin akan terasa beda. Tapi, bukankah harusnya adil? Dirimu bisa bahagia dengan wanita itu dan aku akan kembali membangun rinduku untuk lelakiku?.

Untuk setiap pertanya mengapa dan kenapa rindu ini masih ada untukmu

Jawabanku adalah “Aku masih menyayangi dirimu, meski hati ini telah hancur karenamu, dan tak mudah jika dengan gampangnya aku melepas semua tentang dirimu.

Bukannya kata ikhlas belum terucap, tapi coba kau pikirkan kembali bagaimana dulu kita melewati setiap detiknya.

Mungkin rindu ini akan menjadi mawar hitam diatas kertas kusam yang ku anggap itu kenangan.

Entah sampai kapan pertanyaan itu ada… 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Planner event, Wanita Biasa

CLOSE