Kepada Diriku di Masa Depan, Ku Kirimkan Surat Ini Untukmu dari Diriku di Masa Lampau

Kepada diriku yang sedang mengabaikan waktu

Ini hari pertama aku menuliskan surat untuk diriku sendiri yang saat ini sedang mengambang ketika menatap masa depan. Halo, diriku yang sekarang. Apa kabar? Aku harap engkau dalam kondisi sehat dan tidak muluk-muluk.

Advertisement

Aku sangat berharap kamu baik-baik saja saat ini. Aku tahu kalau kamu adalah seorang yang ceria, penuh semangat, dan cita-cita yang ingin digapai. Masih ingatkah apa saja yang engkau cita-citakan dahulu? Bagaimana kamu akan merancang masa depan? Seberapa cepat kamu akan melangkah? Jalan mana yang akan kamu tempuh untuk sampai di sana? Apakah kamu masih suka menunda-nunda pekerjaan yang kamu sendiri menyusunya, lalu kemudian kamu lari mengabaikannya?

Apakah tahun ini kamu masih bermain game online tanpa kenal waktu dan sering mengabaikan sapa dari orang tersayang? Jika kamu masih melakukannya maka kamu masih sama saja dengan dirimu yang dulu. Tak ada kemajuan. Jadi apakah kamu benar-benar berniat untuk menjadi orang yang sukses? Apalah gunanya kamu menyusun peta kehidupanmu jika dirimu saja kadang sering mangkir dari janji yang kau buat atau dari tugas yang seharusnya kamu kerjakan.

Ayolah diriku sendiri, renungkanlah.

Advertisement

Berhentilah membuat omong kosong dan bualan-bualan palsumu untuk diri sendirimu itu. Bagaimana kamu bisa memotivasi banyak orang dengan berkata-kata seperti waktu tidak mengenal kata menunggu, karena usia tidak mungkin sama atau memuda, usia siapa yang tahu, lakukan yang terbaik. Jangan khawatir, everything is going to be amazing, dan lain sebagainya.

Ah! Menyedihkan. Bagaimana bisa orang-orang termotivasi dengan kata-kata mulukmu itu sedangkan dirimu sendiri tak mampu menghancurkan rasa takutmu? Meskipun rahmat terbesar adalah Ridho Yang Maha Esa dan ada pula dalam doa ibumu, tetap saja. Bukankah sudah ditetapkan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang jika dia sendiri tak mengubahnya? Satu lagi, mau sampai kapan ibu akan mendoakanmu?

Advertisement

Oh tidak, kapan kamu terakhir kali mendoakan ibumu?

Jadi sampai kapan kamu akan diam di tempat dan selalu menggengam kata “nanti”? Hei! Mendaki gunung untuk mendapatkan pemandangan yang luar biasa dan kepuasan batin itu memang tidak mudah. Melelahkan membawa tas ransel yang berat, melintasi rute menanjak, tanah becek karena hujan, hawa dingin yang menusuk. Bisa jadi kamu akan terpereset lalu terjatuh, luka-luka atau mati di dasar jurang saat melakukan perjalanan.

Stop! Stop! Tidak seburuk itu. Nikmatilah. Bukankah kamu sudah mempunyai bekal yang cukup? Bekal yang standar untuk mendorong kakimu melangkah. Bisa jadi kamu sampai di puncak, lalu bernapas dengan sepuas-puasnya sampai seluruh udara sejuk memenuhi seluruh paru-parumu termasuk di dalamnya terasa atmosfer penuh kebanggaan di sana.

Kamu memiliki badan sehat, makan bisa dua atau tiga kali sehari, pendidikan juga sudah bergelar sarjana, punya ini, punya itu. Lalu apa yang membuatmu masih jalan di tempat? Jangan-jangan kamu terlena dengan semua itu. Ah tidak! Jangan lakukan itu. Itu saja tidak cukup tanpa tindakan. Cita-cita dan semangat saja kurang karena mereka bisa jadi akan meninggalkanmu karena kamu terlalu santai. Ingat hidup ini cuma sekali. “Istiqomah, sana!”

Ini kehidupan dan hidup adalah pilihan. Diam tertinggal lalu membusuk di tempat atau maju bertahan dan melihat kesempatan itu terbuka lebar di depan. Hai! Apakah kamu masih ceria dan penuh semangat? Apakah kamu masih menginspirasi? Apakah kamu masih baper, carper dan penuh dengan kepercayaan diri? Haha! Kamu lucu.

Oke, dirimu yang lebih tahu ke mana kaki dan jemari yang masih bernyawa itu akan melangkah dan berkarya. Dirimu yang lebih tahu kemana hati akan menetap. Ingatlah satu hal ini. Waktu tak akan mengenal kata menunggu. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Jangan takut melangkah karena aku, dirimu sendiri adalah teman yang paling setia mendampingimu di saat kamu terluka atau bahagia.

Menangislah dan tak perlu malu pada diriku, dirimu sendiri. Terkadang perjuangan juga perlu menitihkan air mata kala dirimu kalah dengan angan dan juangmu yang membumbung tinggi itu. Tapi percayalah semua akan indah pada waktunya. Asal kau mengingat hal ini; "Waktu tak akan mengenal kata menunggu,"

Tidak peduli seberapa sakitnya hatimu ketika kawan mencampakkanmu, ketika yang disayang telah menjadi kenangan. Lakukan apapun sekarang yang kau bisa lakukan sebaik mungkin, selama ada waktu. Tenang karena aku, dirimu sendiri akan selalu ada di sisimu untuk mengingatkanmu padanya (ibu) yang berulang kali engkau sakiti karena dirimu yang terlalu nyaman dan mengabaikan keadaan, namun dia tetap selalu tulus mendoakanmu.

Tertawalah jika ada yang lucu. Berbahagialah meski asa mulai goyah karena masalah. Menangislah jika memang itu diperlukan untuk mengikis kesedihanmu. Aku yang yang paling mengerti dirimu wahai diriku sendiri. Bukankah Dia Penciptamu, Maha Segala-galanya. Aku di sini akan selalu mengingatkanmu lagi bahwa nasibmu tak akan berubah jika bukan dirimu sendiri yang mengubahnya. Tak peduli seberapa terjal jalan yang engkau lalui. Seberapa jauh engkau berlari. Betapa lelahnya hatimu dengan dirimu sendiri.

Lakukan yang engkau bisa lakukan sekarang sebaik mungkin. Tuhan akan memberikan keajaiban yang luar biasa pada dirimu yang telah berusaha. Berhenti mengeluh pada semua hal dan sekali lagi ingat karena waktu tidak mengenal kata menunggu. Banyak orang sedang kamu perjuangkan kebahagiannya dan ada diriku yang yang akan selalu mengingatkanmu akan hal-hal itu pada diriku sendiri.

Salam, dirimu di masa lalu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE