Kepada Kamu, yang Aku Sebut di Penghujung Salatku Sebagai “Kamu”

Merindukan sosokmu, sosok yang tak aku tahu siapa kamu.

Advertisement

Dada ini terasa sesak, rasanya rindu ini tak sanggup aku tahan, ingin diri bertemu denganmu, pangeranku. Aku menahan rindu dari dulu hingga kini, itu yang sanggup aku lakukan, merindukanmu, dan mencintaimu sepanjang umurku.

Rindu ini menyesakkan dadaku, rindu pada dirimu.
Iya, kamu.

Kamu yang tak aku tahu siapa kamu, kamu yang aku rindukan di sepertiga malamku, kamu yang namanya aku sebut dengan lantang di hadapan Robb-ku. Kamu sosok yang tak aku tahu.
Kamu.

Advertisement

Seperti apa kamu, dari mana kamu berasal, berkulit putihkah, coklatkah, tinggikah, pendekkah, mancungkah, pesekkah. Semua itu masih menjadi rahasia. Kamu sosok yang aku rindukan di usiaku yang telah beranjak dewasa, kamu sosok yang aku tunggu untuk menyempurnakan separuh dien-ku, kamu sosok yang aku nanti, yang aku sebut dengan butiran air mata, yang aku curahkan setiap isi hati untuk menantimu.

Kamu.

Advertisement

Pangeran impianku, yang aku nanti dengan memperbaiki diri, kamu sosok yang akan membimbingku kelak, menjadi imam bagiku dan anak-anakku, kamu, degup jantung ini berdetak kencang setiap mereka berbicara soal ini "jodoh".

Kamu.

Seperempat abad aku menantimu, menanti sosokmu, yang akan menjemputku, menyebut namaku dengan lantangnya di depan ayah dan penghulu.

Kamu.

Jodoh yang telah diperuntukkan untukkku, yang harus aku sambut dengan pemantasan diri, dalam kalam Rabb-ku telah tertulis "wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan sebaliknya" maka aku di sini berusaha memantaskan diri, semoga engkau di sana juga sama. Sama-sama berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, jodoh itu cerminan diri, kan? Jadi aku akan berusaha memantaskan diri, hingga kelak takdir illahi menuntun kita, untuk bertemu.

Mungkin nanti atau dua tahun lagi. Tak ada yang tahu, kan?

Kamu, semua masih tentang kamu, sosok yang aku rindukan tanpa aku tahu siapa kamu. Kelak saat cinta halal kita bertemu, saat dengan tegas kau meminta aku di hadapan orangtuaku. Saat kau menyebut namaku di depan penghulu, kelak akan aku tunggu itu.

Jadi mari, sosok kamu yang masih aku belum tahu, kita sama-sama memperbaiki diri, Walaa taqrobu zina, semoga kita sama-sama sendiri menata hati menjauhkan diri dari ikatan tak suci.

Kamu iya kamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

menuju bahagia baru

CLOSE