Kepadamu Para Pengkhianat Rakyat, Sebuah Surat Terbuka

Demokrasi kau kebiri. Rakyat coba dibungkam disana dan disini. Surat terbuka untuk para pembeli ideologi

Anda lahir dari mana? Kalau bukan dari tanah yang sama, dari darah pertiwi yang malahan saat ini kau khianati. Omong kosong segala argumentasi basi yang kamu bilang demi Negeri, demi NKRI. Kenyataannya hati nuranimu telah terbeli, menindas yang seharusnya terlindungi.

Advertisement

Demokrasi kau kebiri. Rakyat coba dibungkam disana dan disini. Alih-alih kehidupannya dapat jaminan dari negara, gelandangan malah di denda. Bukannya mengajarkan soal tenggangrasa, antar tetangga malah bisa saling pidana.

Lebih menggelitik lagi, negara mempersingkat tugas sebagai pengayom bagi anak-anak, bukannya meningkatkan kualitas dan kuantitas edukasi rohani, malah pilih memberhentikan informasi mengenai manfaat alat kontrasepsi. Apakah negara juga telah kehabisan cara untuk pencegahan? sehingga ambil jalan cepat bahwa aborsi dan kohabitasi patut dikriminalisasi.

Sementara aduhai angin segar mendatangi mereka para pencuri berdasi. Jual-beli pasal kian nyata terjadi, negara menyumbang keringanan hukum bagi mereka yang korupsi. Belum berhenti, akhirnya mereka juga mengganti pimpinan KPK dengan orang” terpilih, padahal track recordnya bikin ngeri. Kian lucu negeri ini, mirip seperti drama komedi.Tuan-tuan semakin frontal beraksi, secara gamblang memperlakukan rakyat kecil seperti anak tiri di negeri sendiri. 

Advertisement

Memang tuan haus akan penghormatan, sehingga kian melebarkan jurang pemisah antara rakyat dengan sang perwakilan, juga pimpinan. Mungkin inilah zaman dimana matinya sebuah kewarasan, menganggap pergerakan hanya sekedar kerinduan, padahal kami berangkat atas dasar keresahan.

Menyadari bahwa hari ini, Indonesia sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Cakra nya melemah, pepohanannya tidak sedang meneduhkan, daun-daunya gugur, lautnya kekeringan, senjanya tidak lagi mempesona, anginnya tidak lagi sejuk, Indonesiaku sedang demam, penguasa bersenang”, rakyatnya meradang.

Advertisement

Cukuplah kesedihan ibu pertiwiku oleh sebab kebakaran hutan yang tidak pernah untuk tidak terulang, perselisihan antar ras yang masih terasa panas dan penderitaan ribuan masyarakat yg menjadi korban limbah pabrik. Andai belum bisa menghentikan rantai persoalan tersebut, apakah tidak bisa untuk tidak menambah lagi beban dengan memproduksi pasal kontroversial yang saat ini kami kritisi?

Lebih dosanya lagi, anda seolah ingin membeli ideologi ini. Memerintah kami untuk melacurkan diri hanya demi kursi dan kepentingan politisi. Mencoba memprovokasi supaya berganti tujuan kami.Dianggap apa kami oleh akal fikirmu? Sudahkah merasa begitu perkasa?Lantas meremehkan seolah kami adalah kendaraan yang mudah disetir!

Pergerakan ini merupakan pertaruhan nilai bangsa bagi rakyatnya. Pembuktian atas cinta dan kemanusiaan dari wakilnya. Semestinya negara terbuka dan menjadikannya sebagai pembelajaran. Mengkaji ulang dan memepertimbangkan tuntutan. Semua demi kesembuhan Indonesiaku, Indonesiamu dan Indonesia kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saat matahari terbit, Aku bersembunyi.. Aku baru diperjalanan ketika senja mengantar matahari pulang keperaduan.. Diperbatasan menjelang petang, aku pelan-pelan datang.. Kemudian petang datang dan gelap membentang.. Disitulah baru aku berpendar.. Tak jarang aku datang bersama bintang dan meteor untuk sempurnakan sinar.. Akulah bulan- yang sedikit berubah menjadi wulan.. Membantumu memandang keindahan ditengah kegelapan.. Mengistirahatkan kilau yang bisa membuatmu silau.. Akulah bulan- yang memberikan kenyamanan dalam sepi... Waktu dimana kamu harus menepi.. Untuk sekedar bermimpi.. *Wulan*

CLOSE