Kita Menjalani Cinta yang Begitu Sulit—Tapi Saya Harap, Itu Tidak Membuatmu Ingin Menyerah

Manusia selalu berjalan mendekat menuju kebahagiaan, dan cinta adalah salah satu tempat yang menawarkannya. Tadinya, saya harap kita bisa selalu berbahagia. Karena kisah cinta yang diharapkan adalah jawaban dari apa yang kamu pertanyakan, siapa yang kamu dambakan, di mana yang ingin kamu tuju, kapan yang ingin kamu alami, dan bagaimana yang kamu pelajari.

Denganmu tidak selalu bahagia, tapi saya selalu memilih kamu.

Berulang kali kamu katakan pada saya untuk berhenti meminta maaf atas apa yang menurutmu bukan kesalahan saya. Tapi lagi-lagi saya merasa harus mengucapkan maaf.

Saya mencintaimu dengan rumit, dengan emosi dan obsesi. Mencintaimu—bagi saya, adalah meminta dirimu seutuhnya untuk ego dan hasrat saya. Mencintaimu—bagi seorang yang memiliki gangguan kejiwaan seperti saya, berarti segalanya, tentang membangun ulang sebuah dunia yang telah runtuh.

Menjalin hubungan denganmu membuat saya berharap seandainya mencintaimu bisa lebih mudah. Tapi saya tahu, mencintai saya juga lebih sulit. Berapa kali kita menyatakan cinta namun saling menyakiti satu sama lain? Mungkin saya memang selalu menyukai hal-hal indah yang namun menyedihkan, seperti bertahan denganmu yang menyakiti saya, tapi pada saat yang sama membuat keputusan untuk tetap memilih kamu.

Ada masa di mana harus mengakui kekalahan, kekurangan kita.

Menjadi kekasihmu berarti cemburu, pada mereka yang lebih dekat denganmu, pada mereka yang bisa menghabiskan waktu lebih banyak denganmu, terlebih mereka yang akan selalu kamu cintai lebih dari aku. Mencintaimu berarti menggiring kewarasanku ke ujung-ujung batasnya ketika kamu tersenyum bersama mereka, walaupun cinta itu telah kamu taruh di atas benang kusut pikiranku, tempat di mana keberadaanku—yang kau sebut nyawa—masih berusaha mengikat diri.

Saya sering mengamati kamu. Saat kamu bermain game, bicara tentang film-film yang saya tidak mengerti, saat kamu mengagumi koleksi mainan yang beragam dan saya hanya bisa mengingat dua hal yaitu figurines dan diecast. Kamu bilang benda-benda itu memiliki detail yang sexy dan menawan. Diam-diam saya juga mengamati mereka yang bermain game bersamamu, mengamati tokoh-tokoh dalam film yang kamu idolakan. Dengan gila saya akan merasa cemburu, berharap bahwa saya—daripada dilahirkan sebagai manusia—lebih baik muncul sebagai salah satu dari mereka, bahkan jika itu artinya saya hanya sebuah ide yang dimunculkan menjadi tokoh fiksi. Saya tidak lagi berpikir bahwa jika itu benar-benar terjadi, tentunya masalah tentang mencintai kamu dengan menjadi apa yang kamu suka sudah bukan masalah lagi.

Menjadi kekasihmu berarti kesal karena kamu sama sekali tidak tertarik pada apa yang saya suka. Kamu tidak akan menanggapi banyak tentang sastra medieval yang saya ceritakan. Tidak pula tertarik pada Theory of Everything hingga Existentialism is a Humanism.

Tapi, menjadi kekasihmu berarti mengingat. Bahwa kamu adalah yang bangga pada pencapaian saya, yang dengan tulus membaca tulisan-tulisan saya walaupun kamu tidak pernah suka membaca sebelumnya. Kamu adalah yang selalu memakan masakan apapun yang saya masak dan memujinya, yang selalu dengan mesra menghargai kemampuan saya yang sederhana dengan permintaan-permintaan kecil untuk makanan-makanan apa yang kamu inginkan di hari selanjutnya. Kamu pula yang mengajari saya tentang cinta kasih yang sebenarnya, ketika saya buta, kamu yang menerangkan bahwa kasih bukan tentang membiarkan saya melakukan segala yang saya suka, tapi memaksa saya melakukan apa yang baik untuk saya.

Menjadi kekasihmu berarti bangga kepada pencapaianmu pula. Tersenyum saat kamu dengan antusias menceritakan karakter-karakter aneh dalam game yang kamu mainkan. Mengagumi betapa lugunya kekasih yang saya cinta saat memainkan mainan-mainan kesayangan, juga betapa hebatnya ketika kamu sudah memegang kamera dan mengambil tiap-tiap foto yang akhirnya menjadi lebih dari selembar kertas yang menunjukkan kejadian; tapi bahwa ada cerita di baliknya.

Saya akan terus menceritakan kisah-kisah tragis yang gila dalam cinta, mengagumi kehebatan para pemikir yang membuat saya menjadi seorang pelajar abadi, saya juga masih akan terus mencintaimu dengan cara-cara rumit yang gila—namun murni milik saya. Saya akan terus mencintai kamu, walau itu berarti saya harus mengaku kalah. Ada hal-hal yang memang tidak bisa saya gapai untuk menjadi siapa yang selalu kamu dambakan. Tapi saya mengerti, bahwa inilah sebuah penerimaan. Yang baru saya pelajari bersama kamu.

Jika aku bersalah, maka aku akan mengakuinya.

Bukankah kita pernah bosan? Berusaha mencari pembenaran untuk apa yang kita lakukan seolah kita masih mencinta dengan satu sama lain dengan cara yang sama seperti dulu. Tapi ada saat di mana kita menjauh, mencari hal lain yang menawarkan lebih banyak kebahagiaan.

Kenapa di dunia ini manusia selalu bertengkar dan saling memendam kebencian? Sampai sekarang saya tidak pernah tahu jawabannya. Tapi kamu mengajari saya apa yang harus dilakukan. Kamu adalah yang mengajari saya untuk mengakui kesalahan—walaupun ada ketakutan di mana pengakuan saya mungkin membuatmu akan membenci dan meninggalkan saya.

Kamu yang mengiyakan bahwa cinta bukan hanya menerima, namun memberi. Tapi, hanya kamu yang membuat saya sadar bahwa selama saya melakukan kesalahan, namun tidak berani berkata iya karena takut melukaimu, itulah saat di mana saya harus membuang ketakutan saya. Dan tanpa membuat saya merasa bersalah lebih jauh, kamu adalah siapa yang memeluk saya dan berkata "aku mengerti". Saat itu saya tahu, tanpa perlu melakukan pemberontakan, dengan bicara denganmu, saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan. Karena kamu memang tidak banyak berkata-kata, tapi kapanpun saya bertanya, jawabanmu adalah "aku mencintaimu".

Merengek-rengek untuk dicintai tidak membuat dia mencintai saya, karena pada dasarnya, seseorang jatuh hati bukan karena orang lain memintanya.

Mencintai saya begitu sulit, begitu rumit hingga mencapai titik di mana kamu pernah ingin meninggalkan saya.

Menjalani cinta denganmu tidak mudah bagi saya, hingga mencapai titik di mana saya bimbang untuk terus berjalan atau menyerah.

Saya tahu ini bodoh, tapi untuk kita, satu-satunya yang ingin saya lakukan adalah terus bersama hingga jika suatu saat nanti kita harus berpisah, tidak akan ada penyesalan lagi, karena setidaknya saya telah melakukan segalanya yang saya bisa.

Bukankah melelahkan untuk mencintai seseorang seperti saya?

Dan bolehkah saya bertanya?

Jika kamu lelah, berkenankah jika saya ulurkan tangan untuk membantumu terus berjalan?

Saya tahu pernah menyakiti hatimu. Memiliki seseorang seperti kamu tapi masih mengeluh kepada mereka betapa sulit menjalani semua ini bersamamu. Saya tahu itu menyakiti harga dirimu, walaupun saya adalah seseorang yang sangat menghargai kebanggaan dalam diri manusia.

Saya tahu, saya ada di ambang kegilaan yang sewaktu-waktu bisa menyeret saya pergi dari kamu selamanya. Dan saya tidak mau itu terjadi. Biarlah, jika mereka berkata saya menyedihkan. Tapi kisah ini adalah kisah kita, milik kita, dan keputusan ada di tangan kita.

Untuk kamu, saya tidak akan lagi merengek memastikan seberapa besar kamu mencintai saya. Atau membandingkan pengorbanan saya dan hal-hal apa yang telah kamu lakukan demi saya.

Saya akan berhenti merengek-rengek untuk dicintai lebih lagi karena saya hanya perlu percaya dan mengamati lebih banyak lagi. Ciuman-ciuman yang tidak pernah saya ketahui ketika sudah terlelap, terbangun di depan computer dengan selimut hangat, menerima pesan-pesan singkatmu di antara waktu-waktu yang tidak memungkinkan, bahkan menjadi satu-satunya orang yang kamu perhatikan di seluruh waktu senggangmu. Tanpa merengek, kamu sudah mencintai saya. Dan pada dasarnya, kamu memang mencintai saya tanpa permintaan yang perlu dilontarkan. Sama seperti saya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berdiri di setiap ujung ketidakmungkinan, terjatuh pada ketidakmungkinan lainnya.

4 Comments