Konsep Diri Terhadap Remaja Dalam Bergaul

Komunikasi interpersonal remaja.

Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, serta ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan biologis. Masa remaja merupakan masa penting untuk pembentukan konsep diri. Di usia remaja akan semakin banyak berinteraksi dengan lingkungannya, tidak hanya memberikan makna pada lingkungannya, tetapi juga akan banyak mendapat bantuan dari lingkungan itu sendiri. Di saat usia remaja kini banyak sekali perubahan yang mempengaruhi kondisi psikologis. 

Advertisement

Misalnya, seorang perempuan mengalami perubahan wajah, dulu tidak memakai make up, sekarang menggunakannya. Hal ini membuat perempuan lebih memperhatikan penampilannya. Mereka dapat lebih percaya diri untuk dirinya sendiri. Bahkan, mereka membandingkan penampilannya dengan penampilan teman-teman terdekatnya. Respon orang lain terhadapnya juga akan memiliki pengaruhnya masing-masing. Hal tersebut akan membantu membentuk konsep diri pada remaja. Pada masa remaja, anak mulai dapat melihat dirinya berdasarkan sudut pandang orang lain.

Salah satu peran tersulit dalam perkembangan masa remaja berkaitan dengan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial. Di masa remaja harus beradaptasi dengan orang-orang baru yaitu berhubungan dengan lawan jenis yang belum pernah ada sebelumnya dan harus bisa beradaptasi dengan orang dewasa di lingkungan rumah, sekolah, dan pertemanan. 

Hal ini bertujuan untuk mencapai perilaku sosial dewasa, yang dimana sebagai kaum muda harus melakukan banyak relasi terhadap sesuatu halyang baru agar terbiasa menyesuaikan diri. Hal yang tak kalah penting dan sulit adalah beradaptasi dengan pengaruh kelompok sebaya yang semakin berkembang, perubahan pola tingkah laku sosial, kelompok sosial baru, nilai-nilai baru dalam memilih pertemanan, nilai-nilai baru dalam pengayoman dan perlawanan sosial, dan nilai-nilai baru dalam kepemimpinan sosial.

Advertisement

Konsep diri merupakan proses tentang diri yang mendefinsikan siapa diri kita sebenarnya dan bagaimana pandangan orang lain melihat diri kita. Dalam hal ini, dilihat dari aspek keberadaan tiap individu dan pengalaman individu yang dipersepsikan dalam keadaan aware. Konsep diri juga salah satu faktor dalam menentukan komunikasi interpersonal. Proses pembentukan konsep diri diciptakan dengan adanya berinteraksi dengan orang lain,  menilai pola perilaku individu dengan berbagai perspektif, dan dapat memahami diri sendiri. 

Pada saat seseorang telah membangun konsep diri, maka akan sulit bagi mereka untuk konversi konsep diri yang sudah terbentuk. Tentunya, dengan melakukan pembentukan konsep diri tidak akan terlepas dari peran orang tua dan lingkungan sekitarnya. Keluarga adalah tempat kita berinteraksi pertama kali dalam hidupnya, bersama ibu dan ayah. Apabila seseorang membuat penilaian negatif tentang dirinya, konsep dirinya akan ke arah yang negatif. Seseorang tidak pernah merasa baik dan selalu merasa ada yang tidak beres, namun tergantung pada tiap  individu masing-masing.

Advertisement

Apabila individu bisa tunduk dan menerima kekurangan dan kelebihannya sendiri (entah mereka memahami dirinya sendiri atau karena menerima pendapat orang lain), maka konsep diri bisa berkembang ke arah yang positif. Seseorang dengan konsep diri yang positif, mereka dapat mengenal dirinya sendiri dengan sangat baik. Mereka dapat memahami dan menerima berbagai fakta yang beragam tentang diri mereka secara konvensional dan apa adanya. Ada juga seseorang yang takut saat berkomunikasi biasanya disebut dengan communication apprehension. Seseorang yang aprehensif, kecil usaha saat berkomunikasi ketika ada urgent. Hal ini aprehensif disebabkan oleh kurangnya percaya diri.

Remaja saat ini banyak yang peduli dengan masalah sosial. Mereka merasa belum menguasai keterampilan sosial, bagaimana memperlakukan teman agar tidak bertengkar dan menghancurkan persahabatan, bagaimana menjaga fleksibilitas dalam lingkungan sosial, dan bagaimana mengembangkan keterampilan sosial yang sesuai dalam lingkungan sosial. Akan tetapi, perubahan yang mendekati secara universal adalah perubahan minat dan pola perilaku terhadap nilai-nilai sosial di lingkungannya. 

Kebanyakan yang dilihat dari remaja sekarang, berspekulasi kualitas yang diakui dan dihargai oleh teman-teman sebaya mereka, serta tidak lagi menganggap jumlah teman sebagai indikator popularitas yang lebih penting. Bahkan, mereka sekarang telah memahami kualitas lebih penting daripada kuantitas. Artinya, mereka lebih memilih punya teman sedikit tapi tetap selalu ada (dikala suka maupun duka), dibanding punya teman banyak tapi fake friends ataupun selalu menjelek-jelekkan kita di belakang.

Namun, sebagian dari remaja ada yang tidak mudah untuk bergaul yaitu sulit untuk melakukan interaksi. Seseorang yang sulit bergaul ini, kemungkinan mereka kurang keterampilan sosial remaja di lingkungan sekitar. Contohnya, beberapa sekelompok pelajar membuat kubuan di dalam kelas. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya simpati dan perhatian. Hal ini dikarenakan menurut mereka memiliki geng di dalam kelas adalah salah satu bentuk sosialisasi dengan teman-teman yang lain, mereka dikenal dan diterima dengan baik di lingkungannya.

Beberapa orang yang tidak masuk ke circle manapun, kemungkinan sesorang tersebut memiliki bad habits. Hal tersebut mengakibatkan sulit untuk membangun relasi dengan siapapun. Ada beberapa bad habits yang harus dihilangkan, seperti sikap menilai seseorang dari covernya ialah pada saat kita bertemu dengan baru, pasti kita ingin tahu perilaku mereka seperti apa. Tindakan dengan apa yang kita nilai dia baik, care, friendly belum tentu orang tersebut memiliki sifat seperti itu. Sebagian menilai seseorang dari luarnya saja, namun sudah menjelek-jelekkan. 

Pada faktanya, seseorang yang luarnya dianggap buruk, mereka memiliki sifat yang baik, asik, dan seru. Dalam hal ini, kita tidak boleh nge-judge sebelum mengenali seseorang lebih dalam tentang kepribadiannya. Kedua, memiliki sifat egois yaitu setiap manusia tentunya pernah melakukan kesalahan. Karena sejatinya, manusia tak luput dari kesalahan. Hal tersebut merupakan hal yang wajar, tidak ada yang tidak pernah melakukan kesalahan. Maka dari itu, yang terpenting adalah berani mengungkapkan kesalahan dan minta maaf. Apabila kita melakukan sesuatu yang benar dan memaksa bahwa perbuatannya selalu benar di antara teman-teman kita, maka itu dinamakan egois. 

Seiring waktu, tentunya mereka menjadi malas dan merasa ilfeel. Tidak semua orang memiliki sifat yang sama, ada yang sensitif dan ada pula yang senang bercanda. Jadi, kita harus pandai bergaul dengan menjaga diri sendiri maupun orang lain dengan baik. Terakhir, terlalu selektif dalam memilih teman yang dimana dalam pergaulan, memang perlu selektif agar tidak salah langkah ataupun terjerumus ke hal yang negatif. Namun, tidak bagus juga untuk terlalu selektif dalam memilih teman. Tidak ada salahnya kita berteman dengan siapa saja, asal jangan terlalu terpengaruh hal yang negatif. Sementara itu, kita harus pahami dahulu mana yang baik dan buruknya, serta bagaimana kita menyikapi hal tersebut yang akan berdampak di masa depan.

Jadi, konsep diri bagi remaja dalam bergaul perlu memahami diri sendiri dan membentuk self concept terlebih dahulu. Hal ini supaya seseorang yang melihat perilaku individu terhadap orang lain saat berinteraksi membawa pengaruh positif, apabila telah memahami diri kita mengarah ke hal yang positif.

Refrensi: Drs. Jalaluddin Rakhmat, M. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Wood, J. T. (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). Jakarta: Salemba Humanika.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE