Awal tahun baru 2020 yang seharusnya penuh keceriaan, meninggalkan kisah lain bagi sebagian warga Jakarta dan sekitarnya. Hujan deras yang mengguyur Jabodetabek sejak malam pergantian tahun mengakibatkan beberapa lokasi terendam air. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika diketahui bahwa curah hujan yang terjadi pada awal Januari ini merupakan salah satu yang tertinggi sejak pengukuran yang pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 1866. Hal itu merupakan penyebab yang mendasari banjir yang terjadi di Jabodetabek pada awal tahun ini.
Selain di Indonesia, bencana juga telah melanda Australia. Sejak bulan September tahun lalu, kebakaran hebat telah membakar sejumlah wilayah yang sangat luas di Australia. Kebakaran ini diperkirakan telah mengakibatkan ratusan juta satwa menjadi korban dan lebih dari 6,3 juta hektar lahan hangus terbakar.
Pertanyaan yang muncul adalah apa sebenarnya penyebab bencana besar yang terjadi di Indonesia dan Australia awal tahun ini? Satu hal yang mungkin seketika terpintas dalam benak kita adalah terkait krisis iklim yang melanda bumi kita. Dilansir dari Wikipedia, krisis iklim atau yang lebih sering kita sebut dengan istilah pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
Anomali banjir dan kebakaran besar awal tahun ini tak pelak merupakan hasil dari rentetan kejadian yang terjadi atas akibat dari krisis iklim.
Krisis iklim dipicu dari tindakan manusia dalam mengeksploitasi alam secara besar-besaran. Berbagai kegiatan seperti pembalakan hutan, besarnya industrialisasi yang berdampak pada jumlah limbah yang dihasilkan, serta polusi dari asap kendaraan bermotor merupakan contoh tindakan yang mengakibatkan krisis iklim. Sudah saatnya untuk kita sadar dan memulai untuk melakukan tindakan preventif dalam mengurangi dampak yang bisa menjadi lebih parah. Beberapa langkah kecil mungkin bisa mulai kita lakukan terhadap diri kita sendiri.
Menghemat penggunaan energi
Hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk melakukan penghematan energi misalnya dengan mematikan lampu ketika tidak sedang digunakan, mencabut colokan kabel pada saklar ketika selesai digunakan, atau mencuci baju dan mengeringkannya secara manual tanpa mesin cuci. Dengan menghemat listrik berarti kita juga menghemat penggunaan bahan bakar yang digunakan untuk membangkitkan listrik.
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai
Plastik sekali pakai seperti botol minuman, sedotan, maupun kantung plastik yang kita dapatkan ketika berbelanja hanya kita gunakan dalam sekali waktu namun membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat terurai di alam. Selain itu industri plastik juga menghasilkan gas rumah kaca yang berdampak besar pada terjadinya krisis iklim. Dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai kita turut serta dalam upaya untuk menjaga bumi dari dampak krisis iklim yang semakin buruk.
Menggunakan alat transportasi massal
Emisi gas karbon yang dilepaskan kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya krisis iklim. Pengguna kendaraan pribadi kian hari semakin bertambah namun tak sejalan dengan jalanan yang ada. Kemacetan mengakibatkan banyak energi yang terbuang sia-sia serta menghasilkan polusi yang mencemari udara. Penggunaan alat transportasi massal adalah salah satu cara agar hal tersebut dapat diminimalisasi.
Mengurangi penggunaan kertas
Bahan baku utama pembuatan kertas berasal dari kayu. Pemakaian kertas secara berlebihan akan berakibat pada semakin banyaknya jumlah pohon yang harus ditebang untuk memenuhi permintaan bahan baku produksi kertas. Sementara, pohon menggunakan karbon dalam proses fotosintesis sehingga semakin banyaknya penebangan akan berakibat pada peningkatan jumlah karbon dan gas rumah kaca penyebab krisis iklim.
Melakukan Gerakan sadar lingkungan
Perubahan kecil yang telah kita inisiasi akan berdampak luas jika kita memulai untuk mengajak partisipasi orang di sekitar kita. Dari hal ini, komunitas peduli lingkungan bisa terbentuk dan akhirnya berbagai hal positif dalam rangka merawat lingkungan dapat dilakukan secara luas. Kesadaran inilah yang bisa menjadi kunci untuk menekan dampak krisis iklim yang terjadi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”