Keadaan sekarang yang tidak kondusif akibat dari wabah covid-19, membuat segala aktivitas interaksi sosial dibatasi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus ini yaitu dengan diterapkannya physical/social distancing. Aktivitas belajar mengajar secara tatap muka pun tidak mungkin lagi dilakukan di saat seperti ini, akhirnya pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk belajar di rumah secara online bagi para murid maupun mahasiswa.
Bagi para pelajar pembelajaran daring merupakan suatu hal yang baru dan perlu adaptasi untuk menerapkannya. Khususnya bagi para mahasiswa, kuliah yang dilakukan secara online membuat mahasiswa terkejut dan kocar-kacir. Hal yang baru dan belum terbiasa memang perlu adanya adaptasi, awalnya memang sangat membingungkan terlebih lagi bagi mahasiswa ataupun dosen, dimulai dari aplikasi yang digunakan untuk kuliah online, cara teknis dari aplikasi tersebut yang belum diketahui, serta sistem absensi yang semuanya masih sangat minim pengetahuan. Belum lagi kuota yang terus menerus digunakan sehingga sangat boros.
Menurut para mahasiswa kuliah online ini lebih sibuk jika dibandingkan dengan kuliah seperti biasanya. Seperti yang dikatakan oleh Qonitah mahasiswi asal Bandung ini, “Kuliah online sekarang ada kelebihannya dan ada kekurangannya. Tapi cenderung banyak kekurangannya, yaitu terlalu banyaknya tugas yang diberikan dosen melebihi kuliah offline, ada beberapa dosen yang hanya memberikan tugas dan tidak memberikan materi perkuliahan, kami mahasiswa menjadi kurang memahami materi, pengeluaran membeli kuota juga menjadi lebih besar, pun juga pemakaian listrik karena setiap hari selalu pakai laptop, membuat jenuh jika belajar hanya sendiri di rumah dan menjadi kurang bersosialisasi, kelebihannya yaitu bisa kumpul bareng keluarga dan melatih kemandirian dalam mengerjakan tugas sendiri karena tidak ada teman-teman”.
Mahasiswa juga mengeluhkan bahwa dengan adanya kuliah online ini malah justru membuat mahasiswa terbebani dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh para dosen dan membuat pengeluaran untuk membeli kuota menjadi lebih boros, seperti yang dikatakan oleh Anisa mahasiswi asal Purwokerto ini, “Kuliah online atau daring membuat mahasiswa merasa kesulitan dan terbebani, contohnya kuliah online yang diadakan sekarang bukan sharing dan diskusi seperti halnya pada kuliah biasanya tapi ada beberapa dosen yang hanya memberikan tugas saja tanpa memberikan materi terlebih dahulu dan penjelasan lebih detail.
Selain itu juga untuk mengakses kuliah online memerlukan kuota itu membebankan mahasiswa, sedangkan bantuan subsidi dari universitas terbatas hanya untuk beberapa golongan saja, padahal mungkin saja semua mahasiswa keadaan ekonomi sekarang sama-sama sulit karena Covid-19”, kata Anisa mahasiswi asal Purwokerto. Selama pembelajaran secara online mahasiswa mengeluh kewalahan dan terbebani dengan segala tugas yang diberikan oleh para dosen. Materi belum disampaikan tetapi tugas sudah diberikan, membuat para mahasiswa harus mandiri dalam mencari materi di internet ataupun e-book. Dengan adanya kuliah online ini mahasiswa dituntut untuk mengumpulkan tugas-tugas secara tepat waktu, dan kalau tidak bisa-bisa nilai yang menjadi taruhannya.
Apakah dengan kuliah online ini sudah berjalan secara efektif? Tentu saja semuanya itu masih kalah efektifnya dengan pembelajaran secara tatap muka. Kuliah daring sangatlah membuat mahasiswa pusing. Setiap hari harus di depan laptop ataupun gadget. Belum lagi tugas-tugas yang sangat menumpuk dari dosen. Semuanya itu membuat para mahasiswa sibuk dan terbebani. Jaringan yang tidak stabil, kuota yang boros, transfer pemahaman ilmu yang kurang, dan juga deadline penugasan, itu semua merupakan keluhan para mahasiswa saat ini.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”