[CERPEN] Nilai yang Tak Ternilai Harganya

cerpen motivasi hidup

Hari ini terkenang kembali mendiang bapak dan nenekku tercinta, dua sosok yang sangat berpengaruh bagiku dalam memegang teguh nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan. Semoga Allah menempatkan beliau berdua di tempat terindah, aamiin alahumma aamiin.

Advertisement

Nenekku adalah sosok wanita kuat, tegar dan hebat, karena di usia masih terbilang muda harus mengurus sendiri lima orang anak setelah ditinggal selama-lamanya oleh suami tercinta. Saat itu anak sulungnya baru beranjak remaja, sementara si bungsu belum genap satu tahun usianya.

Nenekku hanyalah seorang wanita kampung yang tak pernah mengenyam pendidikan, tapi berupaya sekuat tenaga untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang sarjana. Saat itu aku sempat bertanya pada beliau, bagaimana bisa seorang yang buta huruf dan hanya ibu rumah tangga biasa mampu membiayai sekolah tiga orang anak laki-lakinya hingga berhasil menjadi sarjana.

Nenek pun mulai mengisahkan perjuangannya seorang diri dalam mengasuh, mendidik dan menafkahi anak-anaknya. Gaji pensiunan mendiang suaminya sebagai guru yang tak seberapa jumlahnya digunakan untuk membuat sekat-sekat dalam rumahnya hingga menjadi beberapa kamar kost untuk disewakan pada siswa-siswa perantau. Untuk menambah penghasilannya, nenek juga menyediakan jasa katering untuk siswa-siswa tersebut serta menawarkan jasa menumbuk padi pada tetangga yang membutuhkannya.

Advertisement

Nenekku sangat berhati-hati dan cermat dalam mengelola penghasilannya, setiap mulai memasak nasi beliau selalu mengambil kembali segenggam beras yang sudah dituangkan kedalam panci untuk kemudian ditabung (semacam jimpitan). Nenek juga cenderung keras dan sangat tegas serta disiplin dalam mendidik anak-anaknya, hingga anak-anaknya pun sangat patuh dan tak melawan pada ibunya.

Alhasil dari kerja kerasnya tersebut, nenek mampu membeli beberapa petak sawah, dan dari hasil panen sawah-sawah tersebut lah beliau mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Advertisement

Setelah kami cucu-cucunya lahir dan beranjak dewasa, nenek selalu menasihati agar kami membiasakan hidup hemat, membelanjakan uang kami hanya untuk kebutuhan yang sangat penting. Jangan pernah tergiur dengan gaya hidup orang lain, karena orang yang selalu tergiur cenderung memaksakan diri memenuhi apa yang diinginkannya, bahkan tak segan-segan berhutang jika uangnya tak cukup untuk memenuhi gaya hidupnya tersebut. 

Nenek juga mewanti-wanti bahwa orang yang berhutang tak akan pernah tenang hatinya dan selalu gelisah. Cukuplah hidup sederhana, makan, dan berpakaian seadanya, jika uangmu belum cukup untuk membeli sebuah mobil maka beli saja sepeda motor, jika sepeda motor pun tak terbeli maka jangan memaksa untuk memilikinya dengan jalan berhutang. 

Masyaa Allah… ternyata pelajaran yang sangat berharga tidak mesti diajarkan oleh seseorang yang berpendidikan tinggi, dan nenekku mampu menjadi contoh dan teladan  yang baik bagi kami cucu-cucunya.

Pelajaran berharga lainnya kudapatkan dari bapakku, seorang bapak yang jarang bicara hingga membuat kami anak-anaknya sangat segan pada beliau.

Semasa hidupnya bapakku bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil. Saat beliau mendapat amanah sebagai pimpinan sebuah dinas di daerah, beliau diberi beberapa fasilitas, salah satunya adalah kendaraan dinas. 

Nah… gara-gara kendaraan dinas inilah, aku pernah sangat kesal pada bapakku, karena saat itu, aku dan teman-temanku sedang bermain di garasi tempat mobil tersebut disimpan, tiba-tiba bapakku menghardikku dengan mengatakan, "jangan main di dekat mobil itu, itu mobil milik negara, harus dijaga dengan hati-hati, nanti kalau tergores bagaimana mempertanggungjawabkannya". 

Ya Allah, bapakku tega sekali, lebih membela mobil negara daripada kesenangan anaknya, demikian batinku pada saat itu, batin seorang anak kecil yang belum mengerti maksud di balik perkataan itu. 

Di lain waktu, saat aku sedang berjalan kaki menuju sekolahku, lewatlah bapakku dengan kendaraan dinasnya, aku menyangka bapakku akan berhenti dan mengajakku ikut serta dengannya. Ya Allah, beliau lewat saja tanpa mempedulikan aku yang berjalan kaki seorang diri, lagi-lagi aku kecewa pada bapakku.

Namun di kemudian hari, setelah aku dewasa, baru kupahami prinsip bapakku, bahwa mobil dinas hanya dipakai untuk keperluan dinas, bukan untuk urusan pribadi. Jika tak hati-hati, maka akan sangat berat pertanggungjawabannya, baik pada negara, lebih-lebih pada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Ada lagi satu nasihat beliau yang juga sangat membekas di benakku, beliau katakan, "janganlah kalian selalu melihat ke atas, sesekali lihatlah ke bawah, karena di bawah banyak sekali orang-orang yang kurang beruntung, maka dari itu kalian tak perlu memakai secara berlebihan perhiasan emasmu, cukuplah pakai anting-antingmu sebagai penanda bahwa kalian seorang perempuan, jagalah perasaan mereka yang tak mampu, agar tak tergiur ingin memiliki seperti yang kalian miliki."

Papa… tenanglah di sana, aku akan tetap memegang teguh nilai-nilai kebenaran yang papa ajarkan, agar selamat hidupku di dunia dan kelak di akhirat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE