Lelah Dengan Diri Sendiri? Maunya Apa sih Hati Ini

Capek, ya? Ketika kalian membuka halaman tulisan ini menunjukkan bahwa kalian sedang mencari hiburan untuk kehidupan kalian yang melelahkan, bukan? Biar aku tebak, kemungkinan karena kalian sedang stuck dan tidak tahu mau ngapain? Atau sedang merasakan kekhawatiran yang berlebih sehingga mencari tulisan-tulisan yang bisa memotivasi?

Advertisement

Asal tahu aja penulis juga sedang mengubek-ubek blog orang-orang untuk mencari penghiburan yang berakhir merangkai kata-kata sendiri untuk menguatkan hati sendiri. Tenang guis, kalian tidak sendirian. Mungkin ratusan juta orang juga mengalami hal yang sama.

Pernah nggak sih kalian merasa punya segudang ide untuk melakukan sesuatu tapi susah banget mau mulai dari mana? Sama nih, aku juga sedang memiliki banyak sekali daftar aktivitas di dalam kepala tapi super bingung mau mulai dari mana dulu. Ya akhirnya malah nggak ngapa-ngapain. Padahal kan ya, setiap sebelum tidur sudah ditempel di papan jurnal otak besok mau ngapain aja. Dan jelas dengan rentetan jamnya, ketemu dengan siapa aja, sampai mau makan apa juga udah ditempel di buletin otak. Tapi ya, entah karena otak dan saraf motorik penggerak kekonsistenan tidak sinkron atau malah musuhan jadinya berantakan. Tidak sesuai ekspektasi sebelum tidur. Jadinya, apakah tipe otakku ini yang terlalu abstrak?

Setelah meringkas semua peperangan dengan diri sendiri. Mulailah saya berbicara dengan diri sendiri. Emang maunya apa sih? Masalahnya apa sih? Walaupun belum menemukan jawabannya secara menyeluruh, ternyata pikiran-pikaran saya di atas adalah masalahnya.

Advertisement

Saya menyadari satu hal bahwa saya terlalu memaksakan diri untuk menjadi orang lain. Untuk menjalani kehidupan orang lain. Sumber masalahnya adalah ketika saya mulai menetapkan tujuan untuk bisa menjadi seperti si A, memiliki gaya hidup seperti si B, dan ingin membuat orang terkesan dengan apa yang saya lakukan. Cerita berakhir ketika semua hal-hal tersebut membuat otak saya menjerit irasional. Semua skenario yang saya susun dalam otak saya tidak berdasar dengan keadaan diri saya sendiri tetapi berdasarkan dengan keadaan yang dilalui oleh orang lain. Mungkin, ini tertangkap oleh kamera pengintai kecil dalam lubuk hati saya ketika saya scrolling media sosial. Bercermin bukan pada diri sendiri tetapi bercermin dengan cerita-cerita orang lain. Kadang saya merasa bahwa kisah-kisah inspiratif orang lain tidak selalu fit dengan cerita saya sendiri.

Ketika mendengar kisah-kisah inspiratif yang diceritakan oleh para pesohor dunia, saya merasa sangat termotivasi untuk mengikutinya. Namun, setelah dijalani dan direka ulang ke dalam jalan melakukan sehari-hari, saya sadar bahwa cerita inspiratif pun harus disaring. Ya karena sebelum saya mendengar cerita inspiratif tersebut, saya sudah memiliki alur cerita tersendiri.

Advertisement

Ternyata solusinya cukup sederhana untuk masalah di atas, saya cukup mengubah rencana-rencana yang saya susun sebelum tidur. Yang tadinya dipenuhi ambisi palsu belaka, cukup saya belokan ke arah membuat rencana santai. Diawali dengan mau mendengarkan lagu apa besok pagi. Nggak usah muluk-muluk dulu, sesederhana mau membuat mood seperti apa dengan memilih lagu di awal hari.

Menutup tulisan refleksi singkat saya ini, saya harus menuliskan solusi sementara di atas. Kenapa sementara? Karena tentu coretan kehidupan saya begitu dinamis, bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya  ketika saya membaca kembali tulisan ini, saya bisa belajar ulang. Dan tentu saja, ini bisa menjadi pengingat saya dan mungkin kalian, teman-teman yang sedang pusing juga dengan diri sendiri. Semangat! Bumi kita masih layak untuk dihidupi dengan indah dan percaya diri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka pungut-pungut kucing, Kuatnya cuma minum kopi susu.

CLOSE