Lulus Kuliah Tak Selalu Seindah yang Dibayangkan

Kuliah tidaklah semudah yang ada disinetron ikan terbang. Masuk kampus, lanjut nongki di cafe, lalu ribut urusan percintaan. Tidak begitu, bung. Kuliah itu waktunya sudah tersita dengan urusan kampus yang seabrek, mulai dari tugas yang mengejar setiap hari, urusan organisasi yang menyita waktu, urusan mental yang kadang tidak jelas. Amat menguras energi. Kalau sempat ya baru tuh urusin percintaan. Jika sudah menempuh skripsi, masih waras saja sudah untung ya.

Advertisement

Ketika kuliah pokoknya pengen cepat- cepat lulus, biar lepas dari segala beban yang mengintai ini. Harapannya setelah lulus nanti bisa langsung dapat kerja diperusahaan yang bergengsi, gaji besar, dan tentunya bisa hedon dengan uang pribadi. Ah, ekspektasi memang indah ya? Tapi ternyata, kenyataan tidak seindah ekspektasi. Setelah lulus bukannya langsung mendapat pekerjaan, malah harus menangisi kenyataan. Memasukan lamaran kerja keberbagai perusahaan, pun tidak semuanya ada follow up. Hanya sebagian yang melirik lamaran kerja, itupun masih perlu proses seleksi yang panjang yang tentunya tidak ada jaminan untuk diterima. Masa- masa seperti itu sungguh melelahkan. Puluhan lamaran kerja sudah disebar, seleksi sudah berkali- kali, namun tak kunjung mendapat kejelasan. Berat? Tentu iya, tapi namanya usaha katanya tidak ada yang sia- sia. Jadi ya tak ada pilihan selain harus terus berusaha.

Pada masa penantian yang tidak jelas seperti itu, tekanan dan tuntutan dari lingkungan pun semakin besar. Misalnya saja omongan tetangga yang gak bisa terhindarkan "eh itu kok sarjana nganggur, eh itu kok gak kerja- kerja males amat, eh itu sia- sia saja sekolah tinggi- tinggi ujungnya jadi pengangguran" dan omongan lainnya yang tak pantas didengarkan. Mereka tidak tahu saja gimana usaha kita dalam menghadapi ini semua. Gak mudah bu, pak, om, tante. Daripada komentar tanpa dibayar gitu mending diam saja deh.

Tapi kan, kita tidak bisa membungkam mulut orang lain, yang bisa dilakukan hanyalah tutup telinga kita dari omongan yang menjatuhkan. Mendengarkan omongan orang tidak akan ada selesainya, ngapain capek- capek. Lebih baik fokus aja pada diri sendiri, bodo amatlah sama mulut tetangga. Yang pasti, kita sedang berusaha, tidak sedang leha- leha layaknya menikmati pensiun.

Advertisement

Sembari berusaha mencari pekerjaan dan tutup telinga, tentu ada hal lain yang bisa kita lakukan, misalnya mengembangkan diri. Waktu yang banyak ini menjadi peluang kita untuk belajar banyak hal, bisa saja kembangkan hobi, belajar skill baru, belajar bahasa, atau berbisnis biar dapetin cuan. Ya, ada banyak kegiatan yang bisa bermanfaat. Asal syaratnya mau. Tidak ada yang sia- sia kok, meski pengangguran tapi tetap punya kegiatan, biar gak terpuruk- terpuruk amat. 

Meski orang lain memandang rendah diri kita karena profesi pengangguran yang sedang disandang, tak apa. Dunia memang tidak hanya tentang diri kita, dan apa yang terjadi bukan hanya dalam kendali kita. Kan kita cuma pemeran dalam dunia yang fana ini. Kita tidak bekerja bukan berarti dunia kita berakhir.

Seberat apapun yang kita alami, kita harus tetap jalani. Meski diluar sana ada banyak dari mereka yang dengan mulusnya mendapat pekerjaan bahkan sebelum lulus, ada yang tidak perlu mengikuti rangkaian seleksi tapi bisa langsung kerja. Ya, itu memang jalan hidupnya. Jalan hidup kita beda- beda, tetaplah bertahan ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Generasi 90'an yang gak mau dianggap tua. Penyuka kuaci dan permen karet

CLOSE