Matematika, Olahraga, Puisi, dan Kedokteran: Ada Hubungannya?

dari hobi hingga aktualisasi diri

Saya Nisrina, Mahasiswa kedokteran semester 2 di FK UNS. Saya yang asli Jogja ini sedang belajar merantau di kota tetangga yang memiliki kesamaan budaya jawanya yang kental. Berkuliah di jurusan kedokteran UNS merupakan sebuah langkah besar yang saya ambil untuk menggapai mimpi masa kecil saya. Meskipun kesukaan saya sejak kecil adalah mengerjakan soal matematika dan olahraga, impian terbesar saya tetaplah untuk menjadi seorang dokter. Menurut saya banyak nilai-nilai moral dalam profesi ini yang saya kagumi dan sesuai dengan keyakinan saya terkait bagaimana kita menjalani hidup sehingga proses saya belajar disini adalah hal yang amat saya syukuri.

Advertisement

Namun kali ini bukan soal perkuliahan kedokteran yang akan saya bahas, melainkan soal masa kecil hingga masa SMA saya yang sangat beragam dan malah jauh dari ilmu kedokteran. Sejak kecil buku sudah jadi sahabat saya. Tiap bulan saya tidak lupa untuk menagih orang tua saya supaya diantarkan ke toko buku. Sudah wajib hukumnya saya menyelesaikan satu buku dalam satu bulan, itupun kadang masih menambah buku bacaan dari perpustakaan sekolah.

Kalau untuk pelajaran, subjek yang sangat saya minati adalah matematika. Sejak kelas 2 SD saya mengikuti salah satu bimbingan belajar dengan subjek matematika. Jenis kursus yang disiplin ini mengajarkan saya mengenai ketekunan dan nilai pantang menyerah. Konsepnya dilarang pulang jika tugasnya belum selesai. Kerap kali saya jadi siswa terakhir yang keluar dari ruangan karenan membutuhkan waktu banyak untuk menemukan cara menyelesaikan soal yang diberikan. Mungkin matematika dan kedokteran tidak memiliki banyak titik kesamaan yang bisa dikaitkan satu sama lain. Namun, nilai-nilai tadilah yang membantu saya bertahan menjalani proses belajar hingga sekarang ini.

Lain lagi jika soal kegemaran saya akan olahraga. Hobi olahraga ini mulai terlihat sejak SD namun berkembang ketika saya duduk dibangku SMP. Saya sering mengikuti lomba taekwondo dan lari. Pelatihannya intensif dan cukup keras. Pernah pada suatu hari saya muntah ketika sedang latihan lari karena saya terlalu memaksakan diri. Kalau kata pelatih hal tersebut wajar, berarti saya sudah berlatih dengan maksimal. Saya hanya bisa mengiyakan dan lanjut latihan.

Advertisement

Bagi saya, puisi selalu punya tempat khusus di hati. Saya mengagumi puisi sejak SD. Puisi menjadi salah satu cara saya mengekspresikan diri, mengembangkan kreativitas, dan sebagai salah satu cara saya membuat kerangka berpikir dari masalah yang saya hadapi. Puisi memiliki peran besar dalam perjalanan saya memahami diri sendiri. Saya berterima kasih kepada Ustadzah Arini, guru bahasa Indonesia saya sewaktu SD, yang dengan sabar mengenalkan puisi dna menghargai tiap karya saya.

Terdapat salah satu prestasi di masa SMA yang masih saya banggakan hingga sekarang. Saya berkesempatan menjadi tim Paskibraka Kota Yogyakarta tahun 2020. Alasan mengapa saya ingin menjadi seorang paskibraka adalah untuk melakukan aksi nyata dalam mencintai Negara Indonesia. Sebelum saya masuk SMA, saya tidak banyak belajar mengenai negara kita tercinta ini. Boro-boro tentang pengetahuan umum, saya saja tidak yakin saya peham atau tidak mengenai nasionalisme dan patriotisme. Saya berpikir kembali, sepertinya masa SMA adalah masa yang tepat untuk belajar lebih lagi dan langsung mempraktekannya. Saya yakin bahwa semakin banyak hal yang saya pelajari dari berbagai bidang ilmu dan jenis kegiatan saya akan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih terbuka akan banyak hal.

Advertisement

Pada tahun 2020, COVID-19 mulai muncul di Indonesia dan menghambat berbagai kegiatan, merugikan berbagai pihak, dan menggagalkan berbagai acara. Bagi saya, salah satu kekecewaan terbesar yang saya alami terjadi karena pandemi ini. Jadwal penugasan paskibraka pada bulan Agustus 2020 harus dibatalkan meskipun proses latihan sudah dilakukan. Salah satu impian saya di SMA harus pupus.

Sejak saat itu kehidupan saya terus menurun kualitasnya. Saya tidak lagi berambisi maupun berusaha menggapai sesuatu karena saya tidak melihat ada sesuatu yang dapat digapai. Hari-hari pada masa pandemi sangat hambar dan tidak menarik. Namun pada pertengahan kelas 11, saya mulai dibayang-bayangi tuntutan untuk menjadi seorang mahasiswa, terutama menjadi seorang mahasiswa kedokteran. Dari titik itulah saya mulai mengikuti bimbingan belajar online yang belum bisa saya ikuti dengan baik. Saya belum sepenuhnya menyadari urgensi belajar untuk menggapai cita-cita saya.

Masa pandemi yang sudah membaik mulai memberikan kesempatan bagi saya untuk keluar dan menjalani aktivitas di luar rumah. Saya mulai mengikuti bimbingan belajar secara luring dan bertemu teman-teman saya yang juga sedang berusaha menggapai impiannya masing-masing. Sedikit demi sedikit saya mulai bisa mengembalikan ambisi dan semangat saya untuk belajar. Proses belajar yang semakin baik dan harapan yang semakin besarlah yang mengantarkan saya hingga sampai di titik ini.

Saya adalah seorang yang sulit hidup tanpa jadwal. Yang saya sukai dari hal ini adalah bahwa saya akan menjadi amat teratur ketika saya sudah memiliki jadwal yang saya pahami betul apa hal-hal yang harus saya lakukan di dalamnya. Namun, saya bisa kacau apabila harus melakukan sesuatu tanpa rencana yang jelas. Saya menyukai diri saya yang tekun dan tidak mudah bosan. Saya dapat melakukan sesuatu dalam jangka waktu yang lama tanpa merasa tertekan. Kegigihan saya pula yang membantu saya berkembang selama ini di berbagai proses pembelajaran yang sudah dan sedang saya lalui.

Di sisi lain, saya tidak menyukai diri saya yang teledor dan pelupa. Saya sering sekali tiba-tiba kehilangan benda yang sebenarnya beberapa waktu lalu ada di tangan saya. Saya juga sering merasa kesal pada diri saya apabila saya sedang menghafalkan sesuatu. Setelah menjadi mahasiswa kedokteran, saya menemukan bahwa kemampuan menghafal saya yang kurang baik dapat dibantu dengan kemampuan saya memahami sesuatu. Dengan banyaknya konsep serta sistem yang dipelajari, kemampuan memahami dan membuat konsep berpikir selalu dilatih sehingga saya menemukan cara belajar yang tepat.

Dari titik gelap ketika pandemi, saya bisa berdiri kembali dan berjalan hingga titik ini. Saya yakin pasti ada kesulitan lain yang menanti di depan sana. Pengalama, kebiasaan, serta pola pikir yang sudah terbentuk sejak dini akan membantu diri untuk bangkit dari kekecewaan. Syaratnya adalah jangan membatasi diri dari hal-hal baru. Jangan takut untuk mencoba hal yang dirasa tidak relevan dengan kebiasaan-kebiasaan kita. Jangan jadikan kebiasaan sebagai tembok pembatas diri dari pengalaman berharga dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya khasanah diri. Dari kisahku, kita bisa menarik kesimpulan bahwa matematika, olahraga, dan puisi punya hubungan dengan ilmu kedokteran. Masih banyak lagi hubungan yang bisa ditemukan, saya tidak akan berhenti mencari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE