Mau Tahu dong, Apa yang Membuatmu Jatuh Hati dengan FSRD?

Semua Orang Harus Tahu Seberapa Menariknya Jurusan Seni

Di antara sibuknya ujian praktik, ujian sekolah tertulis, dan berbagai kewajiban lain sebagai siswi SMA, persiapan saya untuk menghadapi dunia praperkuliahan sama sekali belum matang, bahkan dapat dikatakan sangat kurang, baik dalam segi informasi maupun motivasi. Sama halnya dengan keputusan jurusan yang akan saya ambil. Jika semisal hati saya dapat berbicara, ia pasti akan menyerukan Fakultas Seni Rupa dan Budaya (FSRD) tanpa adanya rasa ragu, lebih tepatnya Prodi Seni Rupa Murni, untuk mengisi jurusan pilihan pertama pada formulir pendaftaran UTBK.

Advertisement

Pada saat itu alasan saya masih belum kuat, yakni hanya karena prodi tersebut sangatlah sesuai dengan passion saya selama ini. Walaupun memang terdengar seperti alasan yang kurang berbobot, tetapi memang benar begitu adanya, saya mencintai seni beserta segala makna yang terkandung di dalamnya.

Dari berbagai cabang seni, bidang yang paling menarik perhatian dan minat saya adalah seni rupa dan sastra. Setelah cukup lama menyalurkan bakat tersebut selama bertahun-tahun, saya merasa bahwa menggambar bukanlah sekadar menggoreskan pena pada selembar kertas. Menurut saya, menggambar itu lebih daripada menuangkan imajinasi. Sama halnya dengan penari yang menuangkan segala perasaan dalam gerakan tarinya, atau mungkin seorang musisi yang merangkai emosi-emosi di dalam hati dengan wujud nada dan lagu. Melukis pun juga demikian, dan saya sendiri yang telah merasakan hal tersebut.

Baik ketika suasana hati sedang senang, naik pitam, sedih, cemas, atau ketika sedang merasa hampa pun, menggambar merupakan cara saya untuk tetap merasa hidup. Pada saat itu juga, saya menyadari bahwa meluapkan emosi itu tak harus dengan bersuara, apalagi dengan tindakan yang bahkan berdampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain. Tanpa disadari, kegiatan menulis artikel seperti ini pun ternyata juga dapat dijadikan sebagai alternatif lain untuk menenangkan pikiran.

Advertisement

Segala macam hal di dunia ini pada umumnya saling bertimbal-balik. Atas dasar hal tersebut pula, saya merasakan bahwa selama ini saya tidak hanya mencurahkan emosi sepihak melalui sketsa, melainkan juga mendalami makna dari karya-karya pelukis terkemuka di luar sana, baik yang saya lihat di pameran karya seni maupun platform media sosial. Setiap untaian garis yang mereka lukis menyuarakan bermacam-macam opini, seperti halnya tokoh sosial yang berargumen atau mengkritik suatu topik.

Bak telepati, rasanya kita juga ditarik untuk masuk ke dalam lukisan tersebut dan menempati sudut pandang baru, yang mana merupakan representasi sang pelukis dan cara mereka melihat dunia. Oleh karena itu, tak jarang saya betah melamun lama di depan suatu lukisan ketika mendatangi pameran. Menurut saya, setiap pelukis memiliki dunia mereka sendiri dan tentunya tak jauh dari kata unik.

Advertisement

Setelah berbagai persiapan selama satu tahun tersebut, akhirnya hari mulai mendekati tanggal UTBK dimulai. Sebenarnya, saya terpikirkan jalan alternatif baru untuk tetap mempertahankan passion saya selain menuju ke Prodi Seni Rupa Murni, yakni menuju salah satu cabang FSRD yang biasa disebut dengan DKV atau Prodi Desain Komunikasi Visual. Alasannya adalah keunggulannya pada segi peluang kerja, yang mana semakin berkembangnya era globalisasi, dunia makin membutuhkan tenaga kerja yang berhubungan erat dengan teknologi.

Apalagi, akhir-akhir ini sedang marak berbelanja menggunakan aplikasi berbasis E-commerce. Namun, sayangnya saya baru terpikirkan hal tersebut ketika sudah kurang dari sebulan memasuki tanggal UTBK. Persiapan portofolio saya pun sangat mendadak sehingga karya yang saya kirim dapat dikatakan kurang bersaing. Selain itu, soal dan hafalan materi-materi ujian yang saya kuasai cenderung lebih ke arah saintek dibandingkan soshum, maka saya menempatkan DKV ke pilihan kedua di bawah Prodi Kedokteran.

Pada percobaan pertama, score UTBK yang keluar ternyata kurang cukup untuk lolos di Prodi Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Walaupun demikian, saya tidak sepenuhnya merasa rugi ataupun berlarut-larut dalam kesedihan. Sebab di balik kegagalan tersebut, saya telah mendapatkan pengalaman menegangkan, yakni sebagai pesaing di antara ribuan calon mahasiswa lainnya dari seluruh wilayah Indonesia. Tentunya, hikmah yang saya dapatkan tak hanya sebatas hal tersebut. Saya yakin, ada beragam alasan mengapa Tuhan tidak mengizinkan saya untuk langsung masuk kuliah setelah lulus dari SMA. 

Ujian pun dimulai dengan segala antusias untuk meraih score setinggi-tingginya. Hingga tiba saatnya pada tanggal pengunguman, ternyata saya diterima di Prodi Kedokteran sesuai dengan doa dan dukungan keluarga, kerabat, saudara, dan teman-teman. Di antara sorakan tersebut, saya justru berpikir mengenai hasil ujian soshum dan portofolio saya yang tidak diterima di Prodi DKV. Saya tahu bahwa hal tersebut terkesan tidak bersyukur atau bahkan terlalu mementingkan keinginan pribadi, dan saya pun paham akan hal itu.

Namun, mau bagaimanapun, hati kecil saya sebenarnya tidak selapang dada itu untuk merelakan sisa hidup dengan jauh dari seni. Akan tetapi, seiring berjalannya hari, saya menemukan kembali waktu dan kesempatan untuk menggambar. Saya tidak menyangka bahwa ternyata sebagian laporan praktikum di Kedokteran harus diselesaikan dengan menggambar, baik yang mikro (sel dan jaringan dengan skala mikroskop) maupun makro (preparat potongan organ keseluruhan). Hal ini tentunya mampu menenangkan ego saya terkait masalah jurusan.

Bahkan, semakin lama saya menjalani sulitnya jurusan kedokteran, saya justru mendapatkan beragam motivasi dan alasan sesungguhnya untuk menjadi dokter. Menolong orang banyak memanglah hal yang sederhana, namun di balik itu, terdapat ribuan bahkan jutaan makna dalam menjalani kehidupan, terutama selayaknya kita semua sebagai makhluk sosial. Tak ada pula yang melarang seorang dokter untuk memiliki profesi lain selain dokter itu sendiri. Dalam artian, saya juga bercita-cita untuk menjadi dokter wirausaha. Di masa depan nanti, saya berencana untuk membuka pelayanan gratis bagi pasien yang berhalangan finansial, sembari membuka bisnis baru sebagai influencer desain grafis.


Dengan segala perjalanan hidup yang telah saya narasikan pada artikel kali ini, saya bisa belajar, bahwa ada banyak jalan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, dan ingat bahwa yang sesungguhnya kita inginkan belum tentu merupakan wujud jalan yang membawa pada kebaikan dan kesuksesan. Mengharapkan sesuatu juga merupakan hal yang wajar, asalkan tetap berpegang teguh pada prinsip agama dan kemanusiaan. Hingga saat ini, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membentuk versi terbaik saya, tanpa mengenal kata menyerah, serta tak meninggalkan rasa syukur saya terhadap kasih Tuhan.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang pelajar yang mencari ujung ilmu dunia yang terkunci.