Melawan Berita Hoaks Dengan Bersikap Cerdas

Sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu saat ini

Media merupakan sesuatu hal yang dianggap penting dalam era modern yang serba cepat ini karena fungsinya yang krusial yaitu sebagai sarana untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.

Advertisement

Di Indonesia sendiri, seseorang atau kelompok tidak boleh menyampaikan informasi yang mengarah kepada berita bohong atau hoaks seperti yang sering terjadi beberapa tahun terakhir. Hal ini telah diatur dalam pasal 28 Undang-Undang ITE tahun 2008 dimana seseorang yang dengan sengaja menyebarkan berita bohong akan dikenai sanksi penjara maksimal 10 tahun hingga denda yang ditentukan.

Belum lagi jika berita tersebut merusak nama baik seseorang atau kelompok tentu hukuman yang dijatuhkan akan semakin berat. Dalam jurnalisme online di era modern ini, banyak sekali berita bohong yang sering kita temui terutama pada platform media sosial yang dapat menyulut disintegari bangsa.

Media sosial yang terdiri dari berbagai macam platform seperti Instagram, Twitter, dan Facebook menjadi pusat pertukaran informasi antara para user (pengguna). Salah satu contoh nyatanya yaitu Instagram, sebuah media sosial yang kaya akan informasi menarik yang digandrungi oleh masyarakat khususnya anak muda. Di Instagram,  seseorang  dapat mengupload gambar disertai caption untuk mendukung informasi yang diberikan. Tidak jarang informasi yang diberikan berupa fakta dan opini.

Advertisement

Terkadang juga ditemukan berita hoaks atau bohong yang merugikan satu pihak tertentu. Selain Instagram, Facebook juga termasuk aplikasi yang tidak jauh berbeda dengan Instagram. Hanya saja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DailySocial.id yang diwakili oleh Amir Karimudin menyatakan risetnya bahwa media terbanyak penyebar berita hoaks dalam lingkup media sosial yaitu laman Facebook sebanyak 82%, Whatsapp sebanyak 57% , dan terakhir Instagram sebanyak 29%. Riset ini diikuti oleh 2.032 koresponden yang tersebar di seluruh Indonesia.

Melihat masalah krusial ini pada era jurnalisme online, besar sekali harapan saya agar pembaca media yang utamanya dapat diakses secara online mampu berpola pikir kritis dalam mendapat berbagai informasi. Beyer dalam bukunya yang berjudul Critical Thinking menjelaskan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menentukan kredibilatas suatu sumber dengan mengidentifikasi asumsi, bias yang ada, dan sudut pandang.

Advertisement

Beliau juga menjelaskan bahwa berpikir kritis harus mampu mengoreksi informasi yang disajikan untuk mendukung kebenaran dari suatu berita. Inilah pola pikir pembaca saat ini yang harus terus ditekankan agar menjadi pembaca yang cerdas di era jurnalisme online.

Upaya untuk membangun berpikir kritis sebetulnya tidak mudah begitu saja, harus melalui cara yang tepat. Salah satunya yaitu melalui kampanye di berbagai macam platform sosial untuk membangkitkan kesadaran akan berpikir kritis dalam membaca.

Tentu cara ini akan efektif karena masyarakat saat ini gemar sekali dalam menggunakan media sosial sehingga mereka akan sadar dan lebih berhati-hati dalam mengolah berita. Tidak hanya di media sosial, portal  berita seperti website juga harus dijadikan tempat kampanye tentang pentingnya berpikir kritis di era informasi yang serba instan.

Selain berpikir kritis, jauh hari sebelum berita bohong bermunculan seperti sekarang, agama Islam sebenarnya telah mengajarkan kita untuk bertabayyun dalam mendapatkan informasi. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Quran dalam surat Al Hujurat ayat ke-6 yang maknanya berisi  perintah Allah kepada orang beriman agar tidak mudah mempercayai berita dan menyebarkannya yang dibawa oleh orang fasik agar tidak menjerumuskan manusia pada perbuatan zalim.

Menurut Asy-Syaukani dalam kitab Fath Al-Qadir mendefinisikan tabayyun dengan arti memerika dengan teliti sehingga setiap informasi yang didapatkan dari media apapun hendaknya ditelaah kebenarannya agar tidak menyesatkan pembaca.

Resiko meninggalkan tabayyun sendiri juga dapat dirasakan saat ini melalui isu-isu ataupun pemberitaan pada masa pandemi seperti ini yang rawan terhadap hoaks. Misalnya saja pada penelusuran yang dilakukan Antara pada isu mobil ambulans kosong yang sengaja mondar-mandir dengan tujuan menakut-nakuti masyarakat akan bahaya Covid-19.

Faktanya, mobilitas ambulans pada masa pandemi ini naik dua kali lipat karena selain digunakan untuk menjemput dan mengantar pasien, mobil ambulans juga digunakan sebagai pembersihan dan penyemprotan di lokasi yang terdekontaminasi.  Oleh karena itu, implementasi sikap tabayyun sesuai Al-Quran harus mampu dimiliki oleh setiap individu saat ini mengingat perkembangan teknologi informasi yang begitu melesat maju. 

Alasan utama dari pentingnya sikap berpikir kritis dan bertabayyun dalam mendapat informasi mengacu pada data Kominfo (Kementrian Komunikasi dan Informatika) pada tahun 2016 yang menyebutkan bahwa situs penyebar hoaks atau berita bohong di Indonesia hampir mendekati 800 ribu. Jumlah ini pastinya terus meningkat mengingat data tersebut diambil pada tahun 2016 dan sekarang kita pada tahun 2021 yang penuh dengan informasi hoaks. Jika tidak pandai membentengi diri dengan kedua sikap cerdas tersebut sudah pasti kita akan mudah terprovokasi dan akan berujung pada disintegrasi.

Oleh karena itu, jika dua sikap penting yaitu berpikir krtisi dan selalu bertabayyun dimiliki oleh setiap pembaca, tentu Indonesia akan menjadi negara yang jauh dari perpecahan seperti saat ini. Negara Indonesia akan menjadi negara panutan dalam menghadapi berita hoaks yang begitu masif dan kompleks.

Tidak ada waktu untuk mengurusi berita omong kosong karena masyarakat sudah cerdas dan lebih menghabiskan waktunya untuk berkarya demi kemajuan bangsa. Sebagai insan generasi muda yang cerdas, maka alangkah indahnya jika kita mampu mengimplementasikan sikap-sikap tersebut dengan dengan baik. Jangan mudah terprovokasi dengan selalu melakukan cross-check agar menjadi pembaca yang cerdas di era jurnalisme online.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswa aktif UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

CLOSE