Memaafkan Diri Sendiri, Sebuah Cara Berterima Kasih pada Hati yang Telah Tegar Meski Tersakiti

memaafkan diri sendiri

Setiap manusia tidak lepas dari kesalahan-kesalahan. Dari kesalahan itu semestinya dia bisa belajar bagaimana agar tidak mengulang. Sebab kesalahan sejatinya bukan diulang. Kesalahan bukan sebuah video yang bisa kapanpun kamu rewind dan replay. Kesalahan ialah guru terbaikmu untuk melakukan hal-hal benar. 

Advertisement

Namun ada pula manusia yang begitu terpuruk menjadi sadar telah membuat kesalahan, walau harus melalui masa depresi. Tak apa. Sekali dua kali mencipta kesalahan adalah wajar. Ini kehidupan kita yang pertama sekaligus terakhir. Tak mengapa. Lantas apa yang dipikirkan hingga merasuk hingga ke alam bawah sadar?

Kesalahan dalam memilih pasangan, kah? Membiarkan dia menguasaimu dan memperlakukanmu sesukanya? Membiarkan dia bermain di belakangmu sementara dia meminta untuk saling percaya? Melepaskan dia walau hati tidak pernah sejalan?

Atau, kesalahan menentukan tujuan hidup? Yang kamu kira akan baik-baik saja, tapi malah sebaliknya. Kamu jatuh berulang-ulang, terjerembab dan kadang berdiam pada kubangan dosa? Atau, kesalahan dalam membuat keputusan?

Advertisement

Jangan terlalu dipikirkan, sebab tidak ada gunanya. Karena pikiranmu akan menguras energi dan membuatmu semakin terpuruk lagi. Kamu harus tahu, mau sekeras apapun kamu pikirkan kesalahan itu tidak ada pernah berubah dan akan selalu begitu apa adanya. Kamu harus segera bertindak, bergerak, menyelesaikannya. Maka, hal pertama yang harus lakukan adalah memaafkan.

Meminta maaf pada diri sendiri atas kesalahan-kesalahan yang kamu lakukan. Meminta maaf pada diri karena telah membawanya dalam kehancuran. Lantas, maafkan. Maafkan dengan ikhlas, tenang, dan sadar. Memaafkan diri dan berdamai pada hati. Katakan, tidak mengapa, terima kasih selama ini sudah kuat, kamu hebat. Katakan kalimat itu berkali-kali, itu cara berterima kasih.

Advertisement

Perjalanan masih panjang, berliku, terjal, dan berlubang. Terkadang hambar, tapi sekali akan terasa kejam. Selama menitinya, kamu harus terus-menerus memaafkan diri. Hanya itulah cara supaya kamu tetap kuat berdiri di kaki sendiri. Sementara yang lain sibuk dengan urusan pribadi masing-masing.

Ini hanya segelintir proses pendewasaan diri—berdamai dengan hati. Dengan melalui proses ini, kamu akan tahu betapa layaknya kamu untuk dicintai. Betapa hebatnya kamu selama ini. Berdamai dengan hati, membuka lembaran-lembaran baru, menorehkan kembali cerita, melupakan segenap kenangan penuh luka yang mencabik-cabik hidupmu.

Berdamailah, dengan memaafkan diri, dan teruslah mencoba hidup seakan tidak ada hari kemarin. Yang kamu miliki sekarang hanya hari ini, esok dan masa depan. Jadi, berjalanlah meski sesekali terasa gontai, jangan berhenti. Jangan berhenti, untuk memahami dan memaafkan diri sendiri. Berdamai dengan hati dan jiwa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE