Vapor saat ini sudah menjadi fenomena di kalangan masyarakat. Faktor yang dapat dijadikan alasan kenapa banyak masyarakat menggunakan vape, walaupun secara garis besar pengguna vape tidak meninggalkan perilaku konsumtif rokok, adalah mengikuti perkembangan gaya hidup, memiliki cita rasa beragam dan asap yang dihasilkan dari vape lebih wangi dibanding asap rokok.
Rokok elektrik telah berkembang hingga pada generasi ketiga yang menggunakan sistem tangki yang dikenal dengan istilah vape atau vapor. Vapor adalah alat bertenaga listrik yang berfungsi untuk zat-zat kimia menjadi uap dan mengalirkan ke paru-paru (BPOM, 2015). Zat kimia seperti nikotin yang bercampur dalam campuran gliserin, propilen glikol atau humektan lainnya dengan air dan disediakan dalam catridge atau tank yang terkadang bisa diganti.
Vape telah membuat banyak kalangan muda seperti pelajar SMA dan juga mahasiswa bahkan anak-anak mencoba menggunakan vape. Vape dirasa lebih aman dan stylish serta memiliki sensasi merokok seperti rokok konvensional sehingga banyak kalangan perokok beralih ke vape dapat membantu mengurangi ketergantungan penggunaan rokok konvensional dan juga alat untuk menghentikan kebiasaan merokok (Tri Ariyani, 2019).
Vape terdiri dari 3 bagian: battery (bagian yang berisi baterai), atomizer (pemanas dan membuat larutan nikotin menguap), dan catridge (isi larutan nikotin/ e-juice, e-liquid). Karena sumber daya yang digunakan vape adalah listrik, maka dapat diisi ulang dengan cara mengecas selayaknya hp atau dengan cara mengganti battery vape tersebut.
Generasi pertama rokok elektronik memang berbentuk batang, kemudian berlanjut berbentuk cerutu. Kedua generasi awal vapor ini tak bisa diisi ulang. Generasi ketiga dan keempat berbentuk cairan. Hal yang membedakan hanyalah ukuran yang kini jauh lebih besar. Kandungan di dalam vapor tentu berbeda dengan rokok konvensional.
Di Indonesia sendiri pengguna vape mencapai 2,2 juta pengguna, karena orang menganggap vape lebih aman dibanding rokok konvensional karena tidak mengandung tembakau. Akan tetapi, sebernarnya vape sendiri mengadung  nikotin, asetaldehida, akrolein, propanal, formaldehida, logam berat, dan diasetil yang kandungannya tidak jauh berbeda dengan rokok konvensional.
Menurut dr. Yusup, keberadaan vape ini semakin memperparah penggunaan rokok, banyak orang yang sebelumnya tidak pernah merokok atau sudah berhenti merokok menjadi perokok aktif karena tergoda oleh klaim bahwa rokok elektronik atau vape jauh lebih aman dibanding rokok konvensional.
Vape tidak jauh lebih aman jika dibandingkan dengan rokok konvensional. Hal ini mengingat kandungan yang terdapat pada vape tidak beda jauh bahayanya dengan rokok konvensional. Hal yang membedakan hanyalah pada kandungan tembakau. Kandungan dari vape sendiri jika dikomsumsi jangka panjang akan tetap menimbulkan penyakit seperti penyakit paru-paru, risiko terkena kanker, membahayakan jatung dan masih banyak akibat vape bagi kesehatan.
Letak berbahaya vape juga ada pada kandungan asap vape. Hal ini terjadi akibat dari asap vape  yang telah tercampur timah, nikel, perak, besi, aluminium, silikat, dan kromium yang sudah tercampur dalam asap vape. Dengan begitu jika asap vape terhirup oleh seseorang, maka akan mengakibatkan seperti gangguan pernafasan, asma, penyempitan pembulu darah, iritasi mata, dan masih banyak lagi.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa rokok elektronik (vape) dan rokok konvensional sama-sama berbahaya. Ahli Paru dan Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Erlang Samoedro, Sp.P., FISR mengungkapkan bahwa bahan berbahaya pada rokok vape lebih rendah dari rokok konvensional, tapi kadar nikotin lebih tinggi, bisa 10 kali lipat dari rokok konvensional. Selain itu dr. Erlang juga menyebutkan bahwa kemungkinan cairan vape dicampurkan dengan bahan bahan THC (Tetrahidrokanabinol) atau mariyuana yang mengandung cairan lemak yang bisa menyebabkan gangguan pada paru-paru. Maka dari itu vape juga berbahaya bagi tubuh manusia. Bahkan cairan nikotin yang tertelan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak (Erikania, 2017).
Contoh nyata dari akibat penggunan vape di Amerika Serikat  yang memakan korban bernama Adam Hergenreder harus menjalani rawat inap di rumah sakit akibat vape, Adam Hergendreder harus bernafas menggunakan alat bantu aliran oksigen dari tabung. Menurut dokter, Adam memiliki paru-paru seperti orang berusia tua karena terlalu seringnya mengkonsumsi vape sehingga paru-paru Adam kotor.
Setelah mengetahui bahaya vape bagi kesehatan, berikut merupakan kiat-kiat untuk mengurangi kebiasaan menggunakan vape yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menghindari orang-orang yang merupakan perokok aktif, mencari hobi baru yang dapat menyibukan diri sehingga pikiran akan teralihkan, berolahraga, mengatur pola makan yang sehat, dan dapat melibatkan keluarga atau teman dekat untuk membantu dan memberi dukungan dalam berhenti untuk merokok.
Upaya pemerintah terkait vape mengenai larangan beredarnya vape disampaikan kepala direktur impor dengan nota dinas nomor 456/BPPKP.3/ND/08/2015. BPOM memberikan perlindungan kepada masyarakat terkait vape dengan memberikan peringatan kepada masyarakat tentang bahaya vape dan pemberian peringatan kepada penjual. BPOM akan sesegera mungkin mengkaji lagi vape secara akurat (Dewi, 2019).
Dengan itu semua kita dapat menyimpulkan bahwa bahaya penggunaan vape dan rokok konvensional sama-sama berbahaya, sehingga hal ini dapat mematahkan alasan menggunakan vape untuk berhenti merokok. Mulai sekarang kita dapat mengurangi atau bahkan menghentikan penggunaan vape karena akan menggangu kesehatan diri sendiri dan orang lain, selain itu tidak hanya tubuh saja yang rusak karena penggunaan vape, namun isi dompet juga dapat menipis karena penggunaan vape.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”