Memperjuangkan Isi Hati Nurani

Bukan karena disuruh lalu dibayar, apalagi hanya karena biar dapat nasi bungkus.

#Tolakruukuhp menjadi tagar utama yang dibawa-bawa para mahasiswa dalam demonstrasi di depan kebanyakan gedung DPR. Sebenarnya, apasih yang ingin disampaikan oleh pasukan mahasiswa ini?

Advertisement

Minyun ambil beberapa narasumber dari kating di kampusku yaa!

Walaupun cewek, IMMawati yang akrab dipanggil Mbak Faiq ini tak mau ketinggalan untuk mengikuti demo tolak RUUKUHP. Mbak Faiq adalah Mahasiswa semester 5 prodi PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya yang mau membagi sedikit cerita saat ia turun ke jalan untuk mendemo.

Demo pada hari Kamis tanggal 26 September 2019 di depan kantor DPRD Jawa Timur, cukup ramai karena dihadiri banyak mahasiswa juga kalangan masyarakat lainnya. Tak hanya dari Surabaya, masyarakat dari Malang dan Jember juga ikut meramaikan. Siapa tan tak tahu bahwa suhu udara ibukota Jawa Timur itu panasnya sungguh panas. Tapi yang dirasakan oleh Mbak IMMawati ketika sampai di lokasi adalah kesejukan. 

Advertisement

Warga paruh baya menyambut beramai-ramai di pinggir jalan. Sukacita dan dukungan masyarakat turut hadir, dibuktikan dengan seruan penyemangat juga lambaian tangan untuk mereka, para mahasiswa yang siap menegakkan kebenaran. “Serasa mau tugas negara”, celetuk Mbak IMMawati ini. Itulah alasan mengapa sejuk yang terasa, hati ikut terharu melihat dukungan dari semuanya.

Solidaritas juga terasa menyelimuti. Kantor DPRD yang sudah padat oleh kerumunan mahasiswa, salam sapa selalu ramah tersampaikan apabila mahasiswa dari kampus lain datang menyatu. Adik-adik STM juga ikut menyusul seakan tak mau kalah dengan kakak-kakak mahasiswa, menjelang siang hari mereka datang masih dengan menggendong tas sekolah juga lengkap berpakaian seragam putih abu-abu. Buruh dan pelajar laiannya ikut menyatu padu, bergabung pula.

Advertisement

Dan inilah saatnya. Menjelang sore hari, korlap menginstruksikan pada para IMMawati untuk ambil langkah mundur dari barisan depan, agar sang pejuang laki-laki bisa melangkah maju menuntut keadilan sekaligus mewakilkan para perempuan yang harus dilindungi.

Namun, ada yang mengganjal di hati. Ketika Mbak Faiq dan teman-temannya asik istirahat di depan kantor pos, seorang Bu Polwan yang duduk tak jauh dari mereka tiba-tiba bertanya, “Kalian kesini, titipan dari siapa?”. Kalimat yang singkat tapi cukup menohok. Perlu diketahui bahwa alasan mahasiswa mendemo karena tergerak oleh hati nurani, merasa mempunyai kewajiban untuk membela dan memperjuangkan nasib rakyat kecil. 

Bukan karena disuruh lalu dibayar, apalagi hanya karena biar dapat nasi bungkus. “Kalo ada pertanyaan kayak gitu diajuin ke mahasiswa yang notabene dicap manusia berintelektual yaa.. eh apa-apaan sih!”, celetuk Mbak cantik kelahiran Lumajang ini merasa kesal.

But, it’s the ending that we want, the happy ending. Memang, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Setelah para penegak kebenaran dan penuntut keadilan memberi dua pilihan; DPR yang keluar kandang atau para mahasiswa yang masuk untuk menang. Akhirnya, ketua DPRD Jawa Timur, Pak Kusnadi menampakkan diri di kerumunan para pendemo. Beliau naik keatas mobil pick up yang digunakan sebagai mimbar demo oleh para mahasiswa. Mengejutkan, Bapak Kusnadi melepas kemeja batiknya, sebagai tanda bahwa beliau berdiri disitu atas nama pribadi. 

Dengan hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih, beliau menyerukan bahwa beliau adalah bagian dari masyarakat dan lantang menolak RUUKUHP untuk disahkan. Hal itu ditanggapi antusias oleh para pendemo dengan teriakan semangat. Polisi yang berbaris lengap dengan perangkat-perangkatnya, juga mobil water cannon yang siap bertempur sedari awal tetap pada tempatnya. Kondisi tetap terkendali dan berjalan lancar. Tak ada kerusuhan, tak ada semprotan air menyerang, aman hingga demo berakhir. Alhamdulillah :)

“Demo itu bukan sekedar teriak-teriak. Tetapi kamu demo, turun ke jalan itu untuk menyampaikan aspirasi masyarakat dan menuntut apa saja yang salah agar dibenarkan. Saat ini, Bapak Jokowi belaku Presiden RI, hanya menunda pengesahan RUUKUHP, yang artinya RUUKUHP masihlah berpeluang untuk disahkan. Maka dari itu kami para mahasiswa tak bisa membiarkan itu terjadi dengan bergerak menegakkan kebenaran, menuntut agar RUUKUHP ditolak, bukan hanya ditunda. 

Dan Alhamdulillah di Surabaya, nggak ada kekerasan sama sekali, baik-baik aja. Itu semua berkat Bu Risma yang sudah menghimbau kepada aparat untuk tidak menyakiti warga-warganya. Dan di akhir demo, Pak ketua DPRD Jawa Timur menegaskan bahwa beliau turut menolak dan akan membuat surat pengajuan untuk diserahkan kepada DPRD Pusat. Itu menjadi bukti keberhasilan bagi arek-arek jatim yang ikut andil dalam demo di Surabaya,  26 September 2019.” Sedikit cerita yang dapat dibagi oleh teman seprodi Mbak Faiq yang ingin dirahasiakan identitasnya lewat voice note via whatsapp beberapa hari yang lalu.

Surabaya sudah jadi saksi bisu perjuangan para mahasiswa, pelajar, dan buruh sebagai delegasi rakyat kecil untuk menegakkan kebenaran. Tak seharusnya, pemerintah dengan kekuasaannya semena-mena menindas rakyat perlahan-perlahan dan tak menghiraukan lagi nilai kemanusiaan dalam negara. Dan liciknya, jika semua kehancuran negara tersebut, dilakukan hanya demi uang. Duh sakno e negeriku iki. 

Surabaya dan kota-kota lain di Indonesia, sudah jadi tempat bersejarah hari ini.  Bahwa tak peduli kapan masanya, tak peduli siapa pelakunya, kebenaran harus selalu ditegakkan. Wajib hukumnya. Berbanggalah kalian mahasiswa, suaramu diperlukan untuk mereka para korban penindasan, penentu cerah tidaknya masa depan. Salam mahasiswa!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE