Teruntuk Kamu yang Mencintai dan Akhirnya Patah Hati, Tenang! Dirimu Tidak Sendiri

mencintai dan patah hati

Aku adalah tipe manusia yang bila ingin melupakan sesuatu, berusaha untuk menyingkirkan bahkan membuang pesan singkat, benda  atau hal lain yang mengingatkanku pada kenangan yang harus belajar untuk kulepaskan. Tapi sayangnya, justru semakin sulit sekali mengikhlaskannya.

Advertisement

Beberapa hari ini pikiran dan hatiku rasanya tak bisa berjalan semestinya. Bahkan beberapa pekerjaanku keteteran karena aku berusaha memaksakan diriku untuk bisa mengerjakannya. Namun perasaanku tidak bisa mengimbanginya. Entah karena lelah dan tak bisa berbuat apa-apa untuk sekarang, ingin menangis saja karena rasanya sangat sesak di dada. Aku mencoba terus berdoa dan memohon kekuatan pada Tuhan untuk tetap bisa berjuang merelakan seseorang.

Iya. Teman dan juga seseorang yang pernah kusukai, kini mereka bersama. Bahkan di setiap kesempatan mereka pun sudah tak segan lagi mengunggah foto liburan bersama. Dan terakhir, sampai malam ini, ketika tak sengaja kami bertemu di acara kondangan temanku. Sekuat hati aku berusaha untuk tetap bisa berjalan bersama mereka, tapi hatiku tidak bisa. Aku memilih untuk berjalan di depan mereka terlebih dulu. Ternyata sampai detik itu pun aku belum bisa memberikan senyumku kepada mereka.

Jujur aku tidak ingin merusak kebahagiaan mereka. Aku tidak ingin mereka mempunyai beban karena seperti tak mendapatkan restu dariku. Seperti aku yang paling jahat di anatara mereka.

Advertisement

Dan keadaan ini pun tak hanya aku yang mengalami. Ada temanku yang juga meraskan hal yang sama. Sahabatnya kini berpacaran dengan orang yang dulunya dia suka juga. Bahkan dia harus susah payah menghindar, supaya tidak ditemui oleh mereka yang ingin meminta maaf karena menjalin hubungan tanpa sepengetahuan temanku sebelumnya.

Aku tahu rasanya. Aku tahu bagaiman belajar untuk tidak menghindar. Aku tahu rasanya untuk tidak menangis. Aku tahu rasanya bagaiman untuk tetap bisa melihat meski tak ingin melihat kebahagian mereka. Tapi apa aku dan temaku akan seperti ini terus. Atau mungkin juga kamu merasakan hal yang sama denganku?

Advertisement

Setiap hari aku selau berusaha untuk menyibukkan diriku dengan segala hobiku. Bahkan mencoba untuk jatuh hati lagi pada seseorang yang baru. Namun yang ada setiap bertemu dengan mereka pun atau salah satunya, hatiku kembali tak bisa menerima karena masih tak habis pikir kenapa kedua orang yang menjadi teman dekatku harus menjadi orang yang paling ingin aku hindari? Padahal aku bukanlah tipe orang seperti itu. Rasanya benci terhadap diriku sendiri. Mereka tidak salah. Perasaan mereka juga tidak bisa dibohongi.

Ingin rasanya mencoba untuk tersenyum dan memberi selamat kepada mereka. Tapi kepalaku rasanya berat untukku gerakkan menatap mereka. Aku takut air mataku yang harus kuberikan untuk memberi selamat kepada mereka. Untuk itulah sampai saat ini aku belum bisa menemui mereka, bahkan berbicara dengan mereka.

Maafkan aku teman. Mungkin jika suatu saat nanti kamu membaca tulisanku ini, aku sama sekali tidak ingin menghalangi kebahagianmu. Tapi aku juga butuh waktu untuk bisa benar-benar merelakan ini semua. Aku belajar untuk membuang segala kekecewaanku padamu. Segala hal yang pernah kuceritakan padamu tentangnya. Dan kamu pun tahu itu semua. Aku tahu kamu pun pasti berat berada di posisimu saat ini.  Aku minta maaf karena belum bisa memberikan senyum ikhlasku. Aku minta maaf jika sampai saat ini masih menghindarimu. Aku minta maaf.

Aku tidak tahu lagi  bagaimana caranya mengatur perasaanku saat bertemu dengan kalian berdua. Aku minta maaf. Aku masih berusaha belajar menjadi wanita kuat yang merelakan seseorang yang pernah mengisi hari-hariku dulu. Meskipun sepertinya hanya aku yang merasakan getarannya, sedangkan dia tidak.

Oh iya, mungkin hanya aku saja yang mencintainya sendiri, aku juga harus berani patah hati. Aku harus belajar mengikhlas seperti teman-teman atau bahkan kalian yang pernah atau sedang berada di posisi sepertiku. Meskipun kenyataannya aku masih tak bisa secepat itu mengikhlaskannya. Semoga suatu saat nanti aku bisa menyusulmu untuk merasakan kebahagiaan dan benar-benar bisa melepasnya untukmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE