Menertawai Diri Sendiri untuk Mencari Jati Diri

Banyak orang melakukan perjalanan panjang tanpa tujuan hanya untuk mencari jati diri...

Saya yakin hampir setiap orang hanya mampu mentertawakan orang lain dan lebih banyak porsi untuk mengamati orang lain daripada mengamati dirinya sendiri. Hanya segelintir orang yang mampu melihat dirinya dan mentertawakan kekonyolannya sendiri.

Advertisement

Dalam ruang dan waktu yang sama kita bisa melihat perbedaan antar manusia dengan manusia lainnya. Namun kita tidak pernah melihat bahwa kita sama dengan dirinya. Sama-sama banyak kurangnya, sama-sama konyol dan sama-sama ditertawakan yang lainnya padahal, hanya saja kita tak pernah sadar.

Kita bisa belajar menertawakan diri sendiri dari Abu Nawas, seorang sufi yang terkenal dengan joke-joke sederhananya namun menggelitik plus kadang membuat geram orang disekitarnya. Bahkan kita yang masa hidupnya jauh dari Abu Nawaspun kalo sudah membaca ceritanya akan tertawa sekaligus terhibur.

Abu Nawas secara tidak langsung mengajarkan kita bahwa orang yang hebat adalah orang yang sudah sampai pada taham mentertawakan diri sendiri. kenapa demikian?

Advertisement

Yang pertama, adalah tahap melihat diri sendiri. Artinya ketika kita melihat orang lain kita juga harus melihat diri kita sendiri "jangan-jangan aku sama kayak dia?" atau "jangan-jangan kita sama konyolnya kayak dia?" fikiran-fikiran semacam ini akan secara langsung meraba pada tiap-tiap persendian diri kita dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Yang kedua, adalah tahap mengkaji diri sendiri. Yang berarti setelah kita melihat diri sendiri kemudian kita mengkaji, mempelajari diri kita sendiri. Sebab menurut Jhonatan freeman 98 persen orang mengaku dirinya lebih baik daripada orang lain. Dan saya kira ini juga menjadi Common sense yang bisa disadari oleh semua orang. 

Advertisement

Yang ketiga adalah taham mentertawan diri sendiri. Jadi setelah kita bisa melihat dan mengkaji diri sendiri kita akan bisa mentertawakan diri kita. Kekonyolan kita dan segala sesuatu yang yang terdapat kekurangan pada orang lain yang sebetulnya juga terdapat dalam diri kita sendiri.

Kita akan tertawa pada diri kita sendiri ketika kita sudah bisa menyadari kebodohan kita sendiri, kekonyolan kita sendiri atau bahkan kemunafikan kita sendiri. "oh aku ya ternyata konyol banget ya, oh aku ternyata bodoh banget ya" ungkapan tersebut akan keluar saat sudah bisa melihat diri kita sendiri.

Artinya sebelum kita melihat orang lain lihatlah diri kita sendiri terutama pada kekurangannya. Tapi biasanya kita tidak akan jujur bahwa kita ini banyak kurangnya atau bahkan tidak lebih baik dari orang yang kita lihat kekurangannya. Pada tahap inilah yang sulit yaitu tahap menerima kekurangan yang kalau dalam penelitian Jhonatan freeman masuk dalam 2 persen itu. Sedikit bukan? Tapi justru sedikit itu yang berkualitas.

Banyak orang melakukan perjalanan panjang tanpa tujuan hanya untuk mencari jati diri, seperti Suryo Mentaram 40 tahun mengembara dan melakoni berbagai macam profesi hanya untuk mencari jati diri. Nah, kita sudah berapa lama kita menyelami diri ini?

Demikian semoga bermanfaat. Tabik!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE