Mengeluhlah Untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Janganlah mengeluh sendirian apalagi mengeluh pada orang lain.

Jangan pernah mengeluhkan masalah anda, karena sembilan puluh lima persen orang tidak peduli, dan lima persen gembira karena itu terjadi pada anda. Quote dari Greg S.Reid di atas adalah satu dari jutaan quote berceceran di buku maupun di internet, yang selalu aku pandangi tanpa ku masukan dalam hati. Sebagai golongan remaja manja seperti saya, mengeluh sudah bagaikan nasi, yang harus dikonsumsi setiap hari.

Advertisement

Permasalahan ekonomi hingga tidak jelasnya karir saya sebagai tukang las, terlihat seperti padi yang sudah menguning, dan tinggal menunggu waktu untuk dikeluh kesahkan. Sebenarnya tulisan ini juga terbuat dari secuil keluhan saya menghadapi tekanan hidup, jika tidak ingin waktu tiga menit anda terbuang sia-sia untuk membaca tulisan saya, ada baiknya segera tekan icon close pada aplikasi anda.

Memang mengakarnya rasa pesimis yang ada pada diri saya terasa sangat sukar untuk dikalahkan. Hati dan pikiran yang terus bertengkar mempermasalahkan tentang tekanan hidup, hanya berujung pada rasa malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tapi sepertinya sifat pesimis dan suka mengeluh bukan bagian dari manusia. Keyakinan bahwa sifat pesimis bukan sifat asli manusia, saya temukan ketika mengikuti acara majelis ilmu yang pembicaranya adalah Emha Ainun Najib (cak nun). Isi yang terkandung dalam acara itu menjelaskan, jika anda hidup tidak dalam rasa gembira dan ketenangan, berarti anda belum menemukan tujuhan Tuhan menciptakan anda.

Seperti halnya dua pohon mangga, yang ditanam ditempat sama dan jenis tanah yang sama belum tentu kedua pohon itu berbuah bersamaan. Mungkin satu pohon berbuah lebih cepat tapi pohon lainya mempunyai batang lebih besar dan kuat, karena Tuhan menciptakan makhluknya dengan fungsi dan tujuan yang berbeda.

Advertisement

Berbeda dengan pohon. Manusia yang diberi akal dan pikiran oleh Tuhan, harus menemukan sendiri alasan Tuhan menciptakan kita. Berangkat dari ilmu yang saya dapat dari Emha Aiun najib, terus mencari dan merenung disela-sela kemalasan. Dugaan saya terhadap tujuhan Tuhan mencptakan saya jatuh pada menulis. Memang ini hanya dugaan dan firasat saya karena kebenaran sejati hanyalah milik Tuhan, tapi ketika menulis saya merasa jawaban dari tekanan hidup adalah menulis.

Memang terdengar sedikit konyol profesi saya sebagai tukang las terinspirasi menjadi penulis. Menulis yang memerlukan pikiran dingin berbanding terbalik dengan profesi saya yang setiap harinya bergelut dengan hawa panas. Sangat tidak mungkin tulisan saya sebagus dan sebaik penulis di luar sana, toh saya juga penulis yang belum dibayar.

Hati memang tidak bisa berbohong, menginginkan pendapatan dari menulis, tapi ahh sudahlah itu tidak penting, yang lebih penting kenapa anda masih membaca tulisan sampai akhir? Padahal tulisan yang berisi tentang mengeluh sangatlah membosankan, tapi jika diperbolehkan saya memberi saran. Janganlah mengeluh sendirian apalagi mengeluh pada orang lain. Tapi mengeluhlah hanya pada Tuhan untuk kehidupan yang lebih baik

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE