Keuntungan Kalau Kamu Sesekali Bersikap Egois dalam Hidup. Stop Turuti Omongan Orang Melulu

Menjadi egois itu perlu

Terkadang, kita sering merasa ‘nggak enak’ ketika kita dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut diri sendiri dan orang lain yang kita sayangi ataupun kita hormati. Contohnya, ketika seorang teman mengajak kita untuk pergi menemaninya ke toko buku. Padahal rencananya hari itu kamu ingin beristirahat di rumah setelah lelah bekerja seharian. Namun karena teman sendiri, rasanya jadi sulit untuk menolak. Akhirnya kamu pun menjalani hal tersebut dengan setengah hati.

Advertisement

Sama halnya dalam dunia pekerjaan. Mungkin kamu juga pernah berada di posisi seperti ini. Ketika kamu sudah lama bekerja di suatu perusahaan, dan mendapati diri sulit untuk berkembang di perusahaan tersebut, tentunya resign adalah sebuah pilihan yang patut dipertimbangkan. Namun karena perasaan ‘nggak enak’ itu, kamu malah terjebak dalam pikiranmu sendiri. Misalnya, “Aduh, tapi kan selama ini yang memberikan saya penghasilan adalah perusahaan ini.

Di saat banyak perusahaan menolak saya, namun perusahaan ini mau menerima saya meskipun belum memiliki pengalaman bekerja sama sekali.” Padahal, ketika kamu berani untuk mengajukan resign dan menerima tawaran kerja di tempat lain kamu bisa mendapatkan pengalaman baru yang tentunya membuat kamu terus berkembang. Ketika akhirnya keputusan yang kamu ambil adalah untuk bertahan di perusahaan lama, biasanya kamu akan dibayangi rasa menyesal yang justru berakibat pada penurunan semangat dan hasrat dalam bekerja. Bahkan kalau dibiarkan akan mengakibatkan stress.

Egois, mungkin bagi beberapa orang bukanlah hal yang positif, dimana ia menempatkan dirinya sebagai yang utama, sebagai sosok yang harus selalu mendapatkan keuntungan. Banyak orang menjauhi sifat egois. Namun menurut Saya, menjadi egois itu perlu, asal masih dalam takarannya. Bagi saya, menjadi egois itu merupakan bentuk self love karena berarti kamu menempatkan dirimu sebagai yang utama. Misalnya, seperti kasus toko buku yang telah dibahas sebelumnya.

Advertisement

Bila kita mempertahankan sifat egois kita dengan menolak ajakan teman untuk pergi ke toko buku, kita justru akan mendapatkan waktu berukualitas untuk diri sendiri, atau yang biasa disebut me time. Sama halnya dengan kasus kedua, yaitu dalam bidang pekerjaan. Seandainya kamu memilih untuk mengajukan resign dan pindah ke perusahaan baru yang dapat mengembangkan potensimu, tentunya kamu akan menjalani hari-harimu dengan jauh lebih bahagia.

Maka, jadilah seseorang yang egois. Egois yang masih pada batasannya. Bagaimana bentuk egois yang ‘masih pada batasannya? Adalah egois yang memprioritaskan keinginan diri sendiri namun tidak menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, daripada memberikan alasan yang kurang mengenakkan seperti “Males ah, pergi saja ke toko buku sendiri, saya mau istirahat”, ada baiknya kita perhalus dengan “Sebenarnya saya ingin menemani, namun saat ini saya butuh waktu istirahat.”

Advertisement

Akan lebih baik lagi bila memberikan usul untuk mengganti hari, sehingga tetap dapat pergi ke toko buku bersama. Sama halnya dalam bidang pekerjaan. Resign merupakan hal yang biasa terjadi dan bukanlah suatu kejahatan. Tinggal kita lah yang harus memberikan penjelasan kepada atasan agar maksud kita bisa diterima dengan baik.

Menjadi egois dapat dimulai dengan berani untuk mengatakan ‘tidak’. Mulailah berani untuk berkata ‘tidak’ dan prioritaskan dirimu sendiri dalam setiap pengambilan keputusanmu!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya merupakan mahasiswa lulusan Hubungan Internasional UNPAR pada 2014 lalu. Saat ini, saya bekerja di bidang pendidikan. Saya memiliki ketertarikan dalam isu-isu sosial, anak-anak, pendidikan, dan peranan LSM untuk pembangunan di Indonesia.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE