Menjadi seorang anak tunggal perempuan tidaklah mudah, karena menjadi satu-satunya harapan orang tua. Stigma tentang anak tunggal yang beredar di masyarakat pada umumnya yaitu menganggap menjadi anak satu-satunya itu hal yang menyenangkan. Katanya kalau mau minta apapun itu pasti bakal dipenuhi oleh orangtua dan kasih sayangnya tidak terbagi oleh yang lain. Padahal banyak hal lainnya yang tidak banyak orang tahu tentang bagaimana menjadi seorang anak semata wayang.
Kesepian adalah suatu hal yang biasa bagi anak tunggal. Apalagi saat orang tua tidak ada di rumah, hanya ada keheningan yang menemani. Untungnya sekarang orang tua saya bekerja sebagai seorang wirausaha, sehingga sering berada di rumah. Dulu sewaktu saya masih kecil, orang tua saya masih bekerja sebagai karyawan swasta, yang mana harus berangkat pagi pulang sore. Saat itu saya dititipin ke tempat bude saya, jauh dari orang tua, dan orang tua paling menjenguk seminggu sekali.
Semakin bertambahnya usia, semakin membuat saya sadar bahwa hanya ada saya yang menjadi satu-satunya harapan orang tua saya. Banyak tekanan, tantangan, dan harapan yang akan datang menghampiri anak tunggal. Walaupun memang kenyataannya orang tua saya jarang menuntut ini itu kepada saya. Mungkin jika orang tua lainnya akan menuntut anaknya untuk menjadi juara kelas, lain halnya dengan orang tua saya. Orang tua saya hanya bilang kepada saya, tidak menjadi juara kelas pun tidak masalah, asalkan dengan syarat, kamu sudah berusaha semaksimal yang kamu bisa. Itu hal yang sangat saya syukuri karena mendapat orang tua seperti orang tua saya.
Dilansir dari theasianparent, menurut Psikolog sekaligus penulis buku berjudul TheFuture of Your Only Child mengatakan bahwa anak tunggal sangat perfeksionis dan mudah tertekan. Karena ia merupakan satu-satunya anak yang bisa diandalkan untuk membahagiakan orang tua, akhirnya menjadikan ia seorang yang perfeksionis dan mudah tertekan. Karena merasa ada tanggung jawab yang lebih, ia jadi bisa sangat mudah tertekan. Anak tunggal juga tidak akan segan mengkritik diri sendiri secara tegas apabila ia tidak melakukan suatu hal sesuai dengan harapannya ungkap Carl seperti yang dikutip dari laman Vice.
Hal itu benar, saya juga mengalaminya, terutama semenjak bertambah dewasa. Dahulu mungkin waktu kecil ingin cepat-cepat menjadi orang dewasa karena melihat orang dewasa bisa melakukan apapun secara mandiri. Eh, waktu sudah dewasa, rasanya ingin kembali ke masa kecil. Masa di mana sehari-hari hanya memikirkan besok main apa ya sama teman? Bukan besok mau ngerjain tugas yang mana dulu ya? Laprak dulu atau esai dulu?
Memang semakin bertambah umur semakin bertambah juga tekanannya. Semakin banyak juga harapan-harapan yang harus kita wujudkan. Semakin sering juga menemui masa ketika harapan yang akan kita wujudkan tidak sesuai dengan kenyataan. Karena itulah membuat banyak orang takut untuk bertambah dewasa. Bertambah dewasa tidak seindah ekspektasi kita saat masih kecil. Banyak hal terjadi bahkan di luar kendali kita.
Psikolog Carl juga mengungkapkan bahwa anak perempuan satu-satunya lebih sensitif. Ia cenderung lebih baperan, mudah khawatir, juga mudah berempati kepada oranglain. Hal ini dikarenakan perhatian dan fasilitas yang diberikan orang tua, sehingga anak terkadang sedikit kesulitan saat di lingkungan luar.
Selain sensitif, Carl juga mengungkapkan bahwa anak tunggal perempuan cenderung suka menyendiri dan kesepian. Tidak memiliki saudara, ia terbiasa dengan kesendirian, maka ia pun nyaman saat sendirian. Ia sangat menghargai privasi dan cenderung sulit terbuka kepada orang lain. Meski demikian, ia juga sering merasa kesepian dan membutuhkan seseorang untuk mendengarkan cerita keluh kesahnya.
Menjadi anak semata wayang perempuan mungkin memang berat untuk dilakukan. Tapi pelan-pelan saja dan tetap berjuang karena hanya kamu satu-satunya harapan orang tua. Jika bukan kamu siapa lagi yang akan mewujudkan harapan-harapan mereka? Mentalnya dikuatin lagi, perjalanan masih panjang. Kalau capek itu istirahat terus nangis diem-diem di kamar sambil memutar playlist galau biar nangisnya lebih maksimal bukan nya berhenti di tengah jalan. Memang beranjak dewasa itu sedikit menakutkan. Takut hal-hal yang sudah kita susun secara apik tiba-tiba realita menghancurkannya tanpa sedikit pun rasa kasihan. Takut semua kemungkinan yang akan terjadi. Takut gagal. Itu semua hal yang normal, untuk seseorang yang sedang berproses. Tidak apa, yang penting sudah berusaha maksimal dan untuk hasil akhir nya bagaimana, kita pasrahkan saja pada Tuhan yang Maha Mengatur.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”