Menolak Untuk Lupa Batavia Kecil Penyumbang Emas Tugu Monas

Batavia Kecil Memiliki Beribu Sejarah

Lebong Tandai adalah salah satu desa di Kecamatan Napal putih Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, yang letaknya berbatasan dengan kawasan taman Nasional Kerinci, Sebelat (TNKS). Bukti-bukit yang indah mengelilinginya membuat panorama desa Lebong Tandai bagaikan sebuah desa dalam cerita dongeng. Sungai lusang yang melewati desa ini mempu memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat setempat. Aliran sungai ini tidak pernah berhenti memutari kincir air peninggalan zaman Kolonial Belanda yang mampu memberikan energi listrik untuk masyarakat setempat. Desa lebong tandai terdiri dari beberapa Etnis yaitu, suku Pekal, Rejang, Jawa, padang, batak, sunda dan lainnya. Walaupun banyak sekali perbedaan Etnis, mereka tetap bersatu dan selalu damai antara satu dengan yang lainnya. 


Menurut dari Supriadi Kepala Desa Lebong Tandai, “Ada tiga hutang di Lebong Tandai yaitu hutan TNKS, APT, INCLUB Lebong Tandai dengan luasan 3240 hekta, dengan jumlah KK 187 dan jumlah penduduknya kurang lebih sekitar 560 orang. Suku  terbesar di desa ini adalah mayoritas suku pekal”.  


Sejak dulu desa ini dikenal sebagai salah satu pengasil emas di Pulau Sumatra. Pada masa Kolonial Belanda Eksploitasi besar-besaran dilakukan setelah ditemukan informasi lebong Tandai Pada tahun 1890. Pertambangan emas Lebong Tandai memegang peranan penting menunjang perekonomian pemerintah kolonial belanda, dan menjadi pertambang emas besar di Asia Tenggara. Puncak dari kejayaan tambang emas ini dari tahun 1900 sampai 1940-an. Tidak sedikit emas yang disumbangan oleh desa Lebong Tandai untuk Negara Indonesia. Tahukah anda emas yang berada di Puncak Tugu Monumen Nasional di Jakarta berasal dari sini sebanyak 28 Kg dari 50 kg yang Melapisi Obor Monas. Emas seberat 28 kg merupakan sumbangan dari Teuku Markan orang pengusaha kaya asal Aceh, di-Era Presiden Soekarno.

Setelah itu pada tahun 1988, PT Lusang Mining Masuk ke desa Lebong Tandai, makin menipisnya emas di desa ini memaksa perusahaan tersebut menghentikan operasinya pada tahun 1995-an. Hingga sampai sekarang banyak masyarakat setempat atau pendatang melakukan aktivitas mereka dengan berkerja sebagai penambang emas menggunakan alat tradisional hingga saat ini. Masa kejayaan Batavia Kecil dulunya menjadi incaran para bangsa asing dan perusahan-perusahan kini hanya tinggal kenangan. Fasilitas bekas penambangan seperti bangun-bangunan tua kini terlihat sudah semakin rapuh termakan oleh waktu. Bekas bangun-bangun perusahan tersebut menjadi saksi bisu puncak kejayaan desa Lebong Tandai yang kini Terisolir. Jika kita ingin pergi ke desa Lebong Tandai kita harus mengunakan kendaraan Tradisonal yaitu Kereta Lori atau Molek peninggalan Kolonial Belanda yang sudah dimodivikasi oleh masyarakat setempat. Kereta Lori atau Molek adalah salah satu kendaraan tradisonal yang mengggunakan rel seperti kereta api. Membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam jika kita ingin pergi kesana menggunakan kendaraan tradisional tersebut, dikarenakan jalan atau rel kereta yang sudah tidak layak dipakai membuat sulitnya untuk pergi ke desa tersebut. Sulitnya akses perjalan ke desa lebong tandai membuat kebutuhan pangan untuk masyarakat setempat cukup mahal.

Desa Lebong Tandai atau kerap disebut “Batavia Kecil” selalu dalam pelukan yang memiliki banyak cerita sejarah pada masa kejayaannya. Desa Lebong Tandai sangatlah tertinggal karena sulitnya akses perjalanan menuju ke desa ini, akibat dari akses perjalanan yang sulit banyak pembangunan-pembangunan yang terhambat mengakibatkan desa ini sangat terisolir. Semoga desa ini mendapatkaan perhatian lebih oleh pemeritah di Provinsi Bengkulu sehingga menjadi desa yang tidak Terisolir, hingga mendapatkan kemajuan pembangunan-pembangunan yang layak dan tidak disebut sebagai daerah yang sangat tertinggal di Provinsi Bengkulu. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nama: Hengki Saputra TTL: Gunung Payung, 20-07-1999 Hobi: Olahraga dan musik Status: Belum Kawin Pekerjaan: Mahasiswa Alamat: Jl. Poros, desa Gunung Payung, RT 01, RW 01, Kec Pinang Raya, Kab Bengkulu Utara, Bengkulu